19
Tabel 2. Peningkatan Jumlah Penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2000-2008 Tahun
KabupatenKota Propinsi
DIY Kulon-
progo Bantul
Gunung- kidul
Sleman Yogyakarta
2000 370.965
781.059 670.544
901.735 397.398
3.121.701
2001 371.579
798.428 672.832
920.644 405.523
3.169.006
2002 372.167
816.122 675.076
939.879 413.784
3.217.028
2003 372.728
834.145 677.279
959.445 422.181
3.265.778
2004 373.262
852.504 679.438
979.345 430.718
3.315.267
2005 373.770
871.203 681.554
999.586 439.393
3.365.506
2006 374.142
884.086 683.443
1.013.178 445.258
3.400.107
2007 374.445
896.994 685.210
1.026.767 451.118
3.434.534
2008 374.783
909.812 686.772
1.040.220 456.915
3.468.502
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2010
Peningkatan jumlah penduduk di Propinsi DIY tersebut akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi terutama untuk makanan. Semakin besar
jumlah penduduk maka semakin besar pula kebutuhan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penduduk tersebut. Peningkatan konsumsi ini dapat dilihat dari
pengeluaran rata-rata per kapita pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang
Tahun 2007 dan 2008
Kelompok Barang 2007
2008
1. Padi-padian 2. Umbi-umbian
3. Ikan 4. Daging
5. Telur dan Susu 6. Sayur-sayuran
7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan
9. Minyak dan lemak 10. Bahan minuman
11. Bumbu-bumbuan 12. Konsumsi lainnya
13. Makanan dan minuman jadi 14. Tembakau dan sirih
35.874 1.991
13.822 6.898
10.497 13.690
5.207 9.055
5.959 7.799
3.900 4.736
37.030 17.570
36.970 2.040
15.315 7.104
12.048 15.539
5.978 8.779
8.336 8.221
4.312 5.356
44.193 19.636
Jumlah Makanan 174.028
193.828
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2010 diolah
20
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa makanan dan minuman jadi menempati urutan pertama untuk konsumsi makanan bagi penduduk pada tahun
2007 yaitu sebesar 37.030 rupiah dan meningkat sebesar 5,38 persen di tahun 2008.
Peningkatan jumlah konsumsi penduduk terhadap makanan dan minuman jadi salah satunya disebabkan oleh proses modernisasi. Modernisasi adalah suatu
bentuk dari perubahan sosial yang terarah menyebabkan masyarakat lebih dinamis dan ditandai makin banyaknya aktivitas yang dilakukan. Proses modernisasi
tersebut menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Salah satu perubahan tersebut adalah perilaku makan.
Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga mengalami proses modernisasi tersebut. Gaya hidup masyarakat Yogyakarta yang dinamis
yang ditandai makin banyaknya aktifitas yang dilakukan di luar rumah, menyebabkan masyarakat Yogyakarta tidak memiliki cukup waktu untuk
memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan, termasuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Sebagian masyarakat Yogyakarta lebih memilih untuk makan di
luar karena lebih bersifat praktis, cepat dan nyaman. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan masyarakat Yogyakarta terhadap jasa penyedia makanan.
Tercatat dari statistik Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan
jumlah restoran tiap tahunnya. Perkembangan jumlah restoran di Propinsi DIY dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Restoran Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2005-2009 Tahun
Jumlah Restoran 2006
566 unit 2007
571 unit 2008
537 unit 2009
600 unit 2010
633 unit
Sumber : Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 diolah
Peningkatan jumlah usaha makanan baik yang sejenis maupun tidak sejenis mengindikasikan bahwa usaha makanan memiliki lingkungan bisnis
21
kompetitif. Usaha makanan yang berkembang tidak hanya menawarkan makanan yang enak namun juga menawarkan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
Kondisi persaingan ini mengharuskan pengusaha membangun dan memperkuat image usahanya serta menghasilkan inovasi baru agar tetap diakui dan dipilih
konsumen. Saat ini produsen tidak hanya perlu memperhatikan strategi bersaingnya, namun produsen juga harus memperhatikan kinerja berorientasi
pelanggankonsumen sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen secara total. Konsumen diharapkan dapat melakukan pembelian ulang terhadap
produkjasa yang ditawarkan, yang pada akhirnya dapat memperluas pangsa pasar usaha makanan itu sendiri.
Oleh sebab itu, studi mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen perlu dilakuakan agar dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan strategi pemasaran
yang tepat dan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga perusahaan dapat bertahan dalam persaingan dan mampu menjaga kualitas produk dan
pelayanannya secara kontinu.
1.2. Perumusan Masalah