Makanan dan minuman jadi 14. Tembakau dan sirih

19 Tabel 2. Peningkatan Jumlah Penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2000-2008 Tahun KabupatenKota Propinsi DIY Kulon- progo Bantul Gunung- kidul Sleman Yogyakarta 2000 370.965 781.059 670.544 901.735 397.398 3.121.701 2001 371.579 798.428 672.832 920.644 405.523 3.169.006 2002 372.167 816.122 675.076 939.879 413.784 3.217.028 2003 372.728 834.145 677.279 959.445 422.181 3.265.778 2004 373.262 852.504 679.438 979.345 430.718 3.315.267 2005 373.770 871.203 681.554 999.586 439.393 3.365.506 2006 374.142 884.086 683.443 1.013.178 445.258 3.400.107 2007 374.445 896.994 685.210 1.026.767 451.118 3.434.534 2008 374.783 909.812 686.772 1.040.220 456.915 3.468.502 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2010 Peningkatan jumlah penduduk di Propinsi DIY tersebut akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi terutama untuk makanan. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar pula kebutuhan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penduduk tersebut. Peningkatan konsumsi ini dapat dilihat dari pengeluaran rata-rata per kapita pada Tabel 3. Tabel 3. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2007 dan 2008 Kelompok Barang 2007 2008 1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Ikan 4. Daging 5. Telur dan Susu 6. Sayur-sayuran 7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan 9. Minyak dan lemak 10. Bahan minuman 11. Bumbu-bumbuan 12. Konsumsi lainnya

13. Makanan dan minuman jadi 14. Tembakau dan sirih

35.874 1.991 13.822 6.898 10.497 13.690 5.207 9.055 5.959 7.799 3.900 4.736 37.030 17.570 36.970 2.040 15.315 7.104 12.048 15.539 5.978 8.779 8.336 8.221 4.312 5.356 44.193 19.636 Jumlah Makanan 174.028 193.828 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2010 diolah 20 Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa makanan dan minuman jadi menempati urutan pertama untuk konsumsi makanan bagi penduduk pada tahun 2007 yaitu sebesar 37.030 rupiah dan meningkat sebesar 5,38 persen di tahun 2008. Peningkatan jumlah konsumsi penduduk terhadap makanan dan minuman jadi salah satunya disebabkan oleh proses modernisasi. Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah menyebabkan masyarakat lebih dinamis dan ditandai makin banyaknya aktivitas yang dilakukan. Proses modernisasi tersebut menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Salah satu perubahan tersebut adalah perilaku makan. Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga mengalami proses modernisasi tersebut. Gaya hidup masyarakat Yogyakarta yang dinamis yang ditandai makin banyaknya aktifitas yang dilakukan di luar rumah, menyebabkan masyarakat Yogyakarta tidak memiliki cukup waktu untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan, termasuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Sebagian masyarakat Yogyakarta lebih memilih untuk makan di luar karena lebih bersifat praktis, cepat dan nyaman. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan masyarakat Yogyakarta terhadap jasa penyedia makanan. Tercatat dari statistik Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan jumlah restoran tiap tahunnya. Perkembangan jumlah restoran di Propinsi DIY dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Restoran Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2005-2009 Tahun Jumlah Restoran 2006 566 unit 2007 571 unit 2008 537 unit 2009 600 unit 2010 633 unit Sumber : Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 diolah Peningkatan jumlah usaha makanan baik yang sejenis maupun tidak sejenis mengindikasikan bahwa usaha makanan memiliki lingkungan bisnis 21 kompetitif. Usaha makanan yang berkembang tidak hanya menawarkan makanan yang enak namun juga menawarkan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Kondisi persaingan ini mengharuskan pengusaha membangun dan memperkuat image usahanya serta menghasilkan inovasi baru agar tetap diakui dan dipilih konsumen. Saat ini produsen tidak hanya perlu memperhatikan strategi bersaingnya, namun produsen juga harus memperhatikan kinerja berorientasi pelanggankonsumen sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen secara total. Konsumen diharapkan dapat melakukan pembelian ulang terhadap produkjasa yang ditawarkan, yang pada akhirnya dapat memperluas pangsa pasar usaha makanan itu sendiri. Oleh sebab itu, studi mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen perlu dilakuakan agar dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga perusahaan dapat bertahan dalam persaingan dan mampu menjaga kualitas produk dan pelayanannya secara kontinu.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Perilaku Konsumen Martabak Air Mancur Bogor (Kasus Di Cabang Jl.Pajajaran Dan Cabang Jl.Sudirman)

2 25 112

Analisis kepuasan, loyalitas, dan preferensi konsumen martabak air mancur Bogor

4 50 126

PERLINDYAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PADA MAKANAN YANG MENGGUNAKAN PEWARNA TEKSTIL DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 13

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PADA MAKANAN YANG MENGGUNAKAN PEWARNA TEKSTIL DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 23

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PADA MAKANAN YANG MENGGUNAKAN PEWARNA TEKSTIL DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 7 8

Pengaruh budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan PDAM Tirtadharma Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta : studi kasus pada karyawan PDAM Tirtadharma Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 136

Pengaruh lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen Waroeng Steak and Shake cabang Sleman, Yogyakarta.

1 6 178

Studi Kasus pada SMA Swasta Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

0 0 153

Analisis kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen - USD Repository

0 0 119

Pengaruh lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen Waroeng Steak and Shake cabang Sleman, Yogyakarta - USD Repository

0 1 176