Gambar 3.1. House of Quality
3.3. DFMA Design for Manufacturing and Assembly
3
1. Keputusan rancangan detail yang memiliki pengaruh penting pada kualitas dan biaya produk.
3.3.1 . Design for Manufacturing Sebagai Metodologi yang Paling Umum
Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun fase pengembangan konsep, tetapi pada aktivitas pengembangan selanjutnya, tim
sering kesulitan untuk mengaitkan kebutuhan dan spesifikasi dengan isu-isu desain tertentu yang mereka hadapi. Banyak tim yang mempraktekkan metode
Design for X DFX, di mana X bisa saja berhubungan dengan salah satu dari
lusinan kriteria kualitas seperti reliabilitas, kekuatan, kemampuan layanan, pengaruh terhadap lingkungan atau kemampuan manufaktur. Desain untuk proses
manufaktur Design For Manufacturing DFM adalah yang paling umum digunakan dari metodologi ini, yang merupakan kepentingan yang sifatnya umum
karena langsung menginformasikan biaya-biaya manufaktur. Prinsip-prinsip umum ntuk menggunakan metodologi untuk mendapatkan
X dalam DFX:
2. Tim pengembangan menemui banyak sasaran, yang sering kali menyebabkan konflik
3. Hal penting untuk memiliki besaran-besarannya metrics dibandingkan dengan rancangan.
3
Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W, Product Design for Manufacture and Assembly. Edisi 2; New York: Marcel Dekker, 2002.
Universitas Sumatera Utara
4. Perbaikan radikal sering membutuhkan usaha-usaha awal kreatif penting dalam proses
5. Metode yang terdefinisi baik mendukung proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah studi teknik simultan dengan menggunakan DFMA
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Konsep desain Design for Assembly
DFA Pemilihan material
dan proses dan estimasi biaya awal
Konsep desain terbaik
Design for Manufacture DFM
Prototype
Production Saran untuk
penyederhanaan struktur produk
Saran untuk material dan proses yang
lebih ekonomis
Detail desain untuk biaya produksi
minimum
Sumber: Boothroyd Dewhurst 2002
Gambar 3.2. Langkah Studi Teknik Simultan dengan Menggunakan DFMA
3.3.2. Design for Assembly DFA
Menurut Boothroyd-Dewhurst 2002, efisiensi proses perakitan sebuah produk dalam sebuah perusahaan tergantung pada dua hal yang saling
berinteraksi, yaitu antara manusia operator perakitan ataupun robot jika sistem
Universitas Sumatera Utara
telah terotomasi dengan produk yang akan dirakit itu sendiri. Pekerjaan manusia memang harus dievaluasi agar rmanusia tersebut dapat
melakukan pekerjaannya secepat dan seteliti mungkin. Namun, efisiensi tidak dapat diperoleh secara maksimal apabila proses kerja manusia tidak disertakan
dengan rancangan produk yang baik. Perancangan sistem perakitan untuk suatu produk tidak dapat terlepas dari rancangan produk itu sendiri, dimana
fungsi atau bagian-bagian produk tersebut mempunyai konsep yang jelas keberadaannya.
Langkah pertama dalam kegiatan manufaktur adalah perancangan produk yang merupakan suatu aktivitas yang secara tradisional dimulai dengan
pembuatan sketsa komponen produk dan perakitannya, yang selanjutnya akan dibuat pada papan gambar atau program CAD yang merupakan tempat dimana
perakitan dan gambar secara mendetail dibuat. Hasil dari perancangan dengan program CAD ini kemudian dikirim ke bagian manufaktur dan teknisi perakitan,
yang tugasnya adalah melakukan proses produksi yang optimal dalam menghasilkan produk akhir. Pada tahap ini seringkali ditemukan masalah
manufaktur dan perakitan yang akan menyebabkan adanya permintaan perubahan dan rancangan produk saat itu.
Waktu delay yang cukup besar diakibatkan perubahan suatu rancangan sehingga produksi dari produk terhambat yang kemudian dapat dijelaskan bahwa
semakin terlambat ditemukannya masalah perancangan ulang, maka akan semakin mahal pula biaya yang diperlukan untuk melakukan perubahan. Proses
manufaktur dan perakitan perlu diperhitungkan pada tahap perancangan produk.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dilakukan atas dasar bahwa perubahan rancangan harus dilakukan sedini mungkin. Pada Gambar 3.3, penggunaan waktu yang lebih banyak pada tahap
desain akan menghemat waktu dan juga mengurangi biaya produksi. Penerapan Design for Assembly
juga akan mempercepat terkirimnya produk kepasar. Dalam lima belas tahun terakhir, DFA telah menjadi konsep yang semakin penting dalam
melakukan perancangan produk-produk pasar saat ini. Adapun perbandingan antara teknik tradisional dan teknik DFA dilihat Gambar 3.3.
Sumber: Boothroyd Dewhurst 2002
Gambar 3.3. Perbandingan Antara Teknik Tradisional Dan Teknik DFA
Ulrich dan Eppinger 1995 menjelaskan bahwa DFA yang merupakan bagian dari Design for Manufacturing DFM adalah suatu proses perancangan
produk yang bertujuan untuk memudahkan proses perakitan. Inti dari DFA adalah mengurangi jumlah bagian-bagian produk yang terpisah minimasi jumlah
komponen. To assembly menunjuk pada penambahan atau penggabungan bagian- bagian atau komponen-komponen individu untuk membentu produk yang
lengkap. Penerapan DFA lebih mengarah pada analisis kemudahan perakitan secara
spesifik. Syan dan Swift menuliskan bahwa tujuan DFA adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Mendapatkan jumlah komponen seminimal mungkin 2. Mengoptimalkan kemampuan perakitan atau assemblability dari setiap
komponen 3. Mengoptimalkan kemampuan penanganan atau handlability dari komponen
dan perakitan 4. Meningkatkan kualitas, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
perakitan. The Society of Manufacturing Engineers
SME, 1992 merekomendasikan untuk mengikuti prinsip-prinsip dari design for assembly dalam memperbaiki
rancangan produk, antara lain adalah
4
1. Minimalkan jumlah komponen :
2. Pendekatan perakitan modular 3. Merancang dengan diri-fitur penambat snap-fit
4. Menggunakan komponen standar 5. Proses subassemblies dari bawah ke atas
6. Merancang komponen yang bebas 7. Menghilangkan reorientasi
8. Fasilitas bagian penanganan 9. Meminimalkan level perakitan
10. Menghilangkan kabel listrik.
3.3.3. Design for Manufacturing DFM