Kerangka Berpikir PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN POHON MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

48 Students at level 4 fulfilled three components of creative thinking indicators; level 3 fulfilled two components, flexibility and fluency, or novelty and fluency. Students at level 2 only satisfied one aspect that is flexibility or novelty, and at level 1 only satisfied a fluency aspect. Students at level 0 did not fulfill all components. 8 Hasil penelitian dari Bahar Maker 2011 mengungkapkan hubungan antara kreatif dan hasil matematika peserta didik dengan penilaian yang digunakan untuk mengukur kreativitas matematika sebagai berikut: …was used to measure originality, flexibility, and elaboration OFE, fluency, and total mathematical creativity TMC as indexes of students’ mathematical creativity.Using Pearson correlations, authors found significant relationships among all the measures of creativity fluency, OFE, and TMC and between all the indices of creativity and both the measures of mathematics achievement. Using multiple regression the authors found that OFE, fluency, and TMC explained from 41 to 60 of the variance in mathematical achievement scores across all indices of creativity and both achievement tests. Using ANOVA, authors found that both mathematical creativity and mathematical achievement increased across grade levels, but the Pearson correlations by grade level showed that these increases were not linear.

2.8 Kerangka Berpikir

Tantangan di era globalisasi menuntut peningkatan kompetensi sebagai salah satu aspek penilaian kualitas sumber daya manusia. Penyelesaian permasalahan yang muncul tidak hanya dibutuhkan kemampuan kognitif saja namun dibutuhkan motivasi kuat dan kreativitas. Keseimbangan kecerdasan yang dimiliki manusia IQ, EQ, SQ dan kemampuan yang mengiringinya diperlukan untuk mendukung dalam meraih kesuksesan dan resistensi seseorang dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman. 49 Masalah akan senantiasa muncul dalam kehidupan manusia. Sesuatu merupakan masalah bagi seseorang apabila sesuatu itu baru dan sesuai dengan kondisi yang memecahkan masalah, dan kondisi yang memecahkan masalah memiliki pengetahuan prasyarat Ruseffendi, 1991:169. Persoalan menjadi masalah bagi seseorang apabila orang tersebut 1 mampu menyelesaikan tetapi tidak menggunakan cara atau algoritma yang rutin, 2 mempunyai siapan untuk menyelesaikan mental, pengetahuan, 3 ada niat untuk menyelesaikan Ruseffendi, 1991: 336. Pemecahan masalah melibatkan kerja mental untuk menaklukkan hambatan yang menghadang jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Adanya masalah dan upaya pemecahan masalah tersebut menghasilkan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan baru yang kemudian akan membetuk pola pikir seseorang. Hal ini membutuhkan sebuah proses berpikir dan belajar. Motivasi dan kreativitas dapat menjadi kunci sukses penyelesaian atau pemecahan masalah. Menurut Buchori sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 1 bahwa pendidikan yang baik tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk meraih sesuatu profesi atau jabatan tetapi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang berhasil dengan baik tidak hanya dapat menciptakan manusia yang unggul dalam kemampuan kognitif saja tetapi memiliki nilai dan sikap yang luhur, motivasi kuat dan kreatif solutif. Orang kreatif akan mampu melakukan sesuatu yang baru dan tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi sebelumnya. Orang yang memiliki kreativitas yang tinggi akan lebih mudah dalam mengatasi masalah kehidupannya, karena 50 permasalahan dapat dipecahkan melalui berbagai macam solusi. Berpikir kreatif identik dengan berpikir divergen. Berpikir kreatif perlu diasah agar meningkatkan kreativitas sehingga memudahkan dalam menyelesaikan masalah karena kita akan menemui sebuah permasalahan dengan banyak alternatif jalan penyelesaian. Beberapa hasil penelitian tentang PBL mengungkapkan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Salah satunya adalah hasil penelitian Awang Ramly 2008 menyimpulkan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kreatif matematik juga dapat didorong dengan penggunaan Pohon Matematika. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah Malang menunjukkan penggunaan media pembelajaran Pohon Matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik. Penelitian penggunaan Pohon Matematika tersebut diantaranya dilakukan oleh Lestariningsih 2008 dan Aini 2010 yang menyimpulkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tarub yang terletak di Desa Bulakwaru, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 2 Tarub. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Sekolah Menengah Pertama kelas VII yang merupakan usia remaja berusia antara 13 – 15 tahun. Menurut Piaget dalam Stenberg 2008: 126, perkembangan kognitifnya berada tahap operasi formal yang muncul di usia antara 11 – 15 tahun yang mempunyai karakter berpikir abstrak, idealistik dan logis. Remaja pada tahap ini tidak lagi terbatas pada pengalaman yang konkret sebagai titik tolak 51 pemikirannya. Mereka juga memiliki penalaran hipotesis deduktif yaitu kemampuan mengembangkan hipotesis atau dugaan mengenai bagaimana memecahkan masalah dan melakukan deduksi terhadap langkah terbaik yang harus diikuti untuk memecahkan masalah. Menurut Bell 1981: 102 berdasarkan teori kognitif dan Piaget, pembelajaran pada peserta didik SMP khususnya matematika sebagai berikut: …enjoy working with diagram, models, and other physical devices; they need to relate new abstract concepts to physical reality and their own experiences. New topics in mathematics should be introduced through concrete examples, and intuition an experimentatation should play a large part in teaching strategies for new principles and concepts. Berdasarkan uraian di atas, PBL berbantuan media pembelajaran Pohon Matematika diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut. Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Kemampuan Berpikir kreatif matematik Pohon Matematika PBL - Pemecahan masalah Kreativitas - berpikir kreatif - sikap kreatif - produk kreatif Aktivitas belajar 52

2.9 Hipotesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 6 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 1 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 0 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN WINGEOM.

0 0 24

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 2 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

0 0 12

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

0 0 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Raden Intan Repository

0 3 109