Berpikir Kreatif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

24

2.3.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

2.2.2.1 Berpikir Kreatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diunduh dari http:bahasa.kemdiknas.go.idkbbiindex.php, kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat daya cipta. Kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta, daya cipta, perihal berkreasi, dan kekreatifan. Kreativitas menurut Munandar 1999: 48 adalah kemampuan yang berdasarkan pada data atau info yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran fluency, keluwesan flexibility dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu bagian dari kreativitas. Berpikir kreatif menurut Johnson 2008: 215 adalah suatu kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Sedangkan Krulik and Rudnick dalam Siswono 2011 menjelaskan bahwa “creative thinking is thinking that is original and reflective and that produces a complex product ”. Stenberg 2008: 145-146 pun mengungkapkan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dengan menggunakan cara-cara yang baru dan untuk menemukan solusi-solusi yang unik terhadap persoalan. 25 Ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford dalam Supriadi 1997:7 yaitu kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keaslian originality, penguraian elaboration, dan perumusan kembali redefinition. Kelancaran adalah menghasilkan banyak gagasan. Keluwesan adalah mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Keaslian adalah mencetuskan gagasan dengan cara asli. Elaborasi adalah menguraikan sesuatu secara terperinci. Redefinisi adalah meninjau persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan yang sudah diketahui banyak orang. Kumpulan informasi yang semakin banyak akan membantu proses pemecahan masalah dengan berpikir kreatif akan mengaktifkan potensi otak seseorang. Cara berpikir kreatif menurut Budiyanto 2009: 157-158 berpangkal dari 1 keyakinan bahwa setiap masalah yang menimpa umat manusia, selalu disertai oleh kesanggupan manusia untuk mengatasinya; dan 2 berpikir di luar keumuman think out-box yang salah satunya dapat dilakukan dengan melihat segala sesuatu secara keseluruhan think holistically. Kita akan menemukan jalan keluar yaj’alahu makhrajan atau ide-ide kreatif yang min haitsu laa yahtasib tidak disangka-sangka. Saat itulah akan didapatkan insight yang luar biasa. Menurut Stenberg 2008: 401 ada dua jenis berpikir kreatif yang berkaitan dengan insight yaitu insight konvergen dan insight divergen. Insight konvergen di dalamnya individu memadukan pola atau struktur penyatuan dalam pemilah-milahan data. Sedangkan pada insight divergen, individu menyebarkan dari satu bentuk atau struktur khusus untuk mengeksplorasikan apa saja jenis penggunaan yang bisa ditemukan. Insight divergen bisa digunakan untuk 26 memahami berbagai upaya kreatif. Stenberg 2008: 376 – 377 mengungkapkan bahwa insight adalah pemahaman yang berbeda dan terkadang muncul mendadak terhadap suatu masalah atau strategi yang membantu memecahkan masalah. Insight melibatkan pendeteksian dan pengkombinasian informasi lama dan baru yang relevan untuk meraih satu pandangan baru mengenai masalah atau solusinya. Salah satu karakteristik kreativitas adalah berpikir divergen. Guilford Kwon, 2006 mendefinisikan berpikir divergen sebagai sesuatu yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tanpa satu jawaban mutlak atau berpikir dengan berbagai perspektif. Penyelesaian masalah yang terdapat dalam Matematika membutuhkan kemampuan berpikir kreatif. Pehkonen dalam Siswono 2011 berpendapat bahwa “The perspective on mathematics creative thinking refers to a combination of logical and divergent thinking which is based on intuition but has a conscious aim ”. Haylock, Krutetskii, Silver 1997 dalam Siswono 2011 menyampaikan bahwa “Divergent thinking is focused on flexibility, fluency, and novelty in mathematical problem solving and problem posing ”. Sedangkan Sak Maker sebagaimana dikutip oleh Bahar Marker 2011 mendefinisikan tentang kreativitas matematika yaitu “…as the ability to produce novel solutions to problems and to apply mathematical principles in many different ways to produce mathematically correct solutions ”. Dwijanto 2007: 25 mengemukakan bahwa kreativitas dalam matematika adalah kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan berpikir kreatif ini dicerminkan dalam empat aspek yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi dalam kajian bidang matematika. Dari keempat aspek kreativitas ini seringkali sukar 27 untuk dipisahkan satu sama lain, namun demikian dapat dilihat aspek mana yang lebih dominan. Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki pandangan berpikir think out of the box. Ciri-ciri atau yang mencerminkan adanya kemampuan berpikir kreatif antara lain kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keaslian originality, penguraian elaboration, dan perumusan kembali redefinition. Berpikir kreatif memunculkan ide-ide baru, solusi unik dan berkembangnya beragam alternatif solusi untuk memecahkan permasalahan. Berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi dari berpikir logis dan divergen dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Kemampuan berpikir kreatif ini dicerminkan dalam empat aspek yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi dalam kajian bidang matematika. Empat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan namun dilihat dominansi aspeknya dalam kreativitas matematika yang dimiliki seseorang.

2.2.2.2 Kriteria Kreativitas

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 6 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 1 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 0 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN WINGEOM.

0 0 24

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 2 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

0 0 12

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

0 0 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Raden Intan Repository

0 3 109