Tingkat Kesukaran Soal Daya Pembeda

62 Tabel 3.1. Klasifikasi Koefisien Realibilitas dari Nurgana Ruseffendi,1998: 144 Interval Klasifikasi Koefisien Realibilitas = 0 Tak berkorelasi 0,20 Rendah sekali 0,20 0,40 Rendah 0,4 0,60 Sedang 0,60 0,80 Tinggi 0,80 1 Tinggi sekali = 1 Sempurna

3.5.2.3 Tingkat Kesukaran Soal

Butir-butir soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik, apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item adalah sedang atau cukup Sudijono, 2009: 370. Menurut Witherington dalam Sudijono 2009: 370, angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar angka indeks kesukaran item, semakin mudah soal atau butir item. Tingkat kesukaran soal menurut Du Bois dalam Sudijono 2009: 371 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut � = � � dengan P = proportion = proporsi = difficulty index = angka indeks kesukaran item 63 N p = banyaknya peserta didik yang dapat menjawab dengan benar terhadap butir item soal yang diberikan N = jumlah peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar Penafsiran interpretasi terhadap angka indeks kesukaran item, Thorndike Hagen dalam bukunya berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education yang dikutip oleh Sudijono 2009: 372 mengemukakan sebagai berikut: 0,00 � 0,30 = terlalu sukar 0,30 � 0,70 = cukup sedang 0,70 � 1,00 = terlalu mudah.

3.5.2.4 Daya Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta didik yang tidak atau kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan. Nilainya berkisar dari -1,00 sampai 1,00. Jika daya beda berharga negatif artinya butir soal tersebut lebih banyak dijawab benar oleh siswa pada kelompok bawah BSNP, 2010. Nilai tes yang akan diukur daya bedanya, diurutkan total nilainya dari yang terbesar. Setelah itu, diambil sampel 27 dari peserta didik yang mengikuti tes untuk kelompok atas dan 27 untuk kelompok bawah. Hal ini disebabkan karena berdasarkan bukti-bukti empirik pengambilan subyek sebanyak 27 untuk kelompok atas dan 27 untuk kelompok bawah itu telah menunjukkan kesensitifannya. Sudijono, 2009: 387. 64 Penentuan besar kecilnya daya beda butir soal pada soal jenis tes uraian menurut BSNP dalam Hidayat Sutrisno 2011: 51 dapat digunakan rumus � = − � dengan D = daya beda butir soal x atas = rata-rata skor kelompok atas x bawah = rata-rata skor kelompok bawah � = skor maksimum butir soal Tabel 3.2 Klasifikasi dan Interpretasi Daya Pembeda Soal Berdasarkan Angka Indeks Diskriminan Item D Menurut Sudijono 2009: 389 Besarnya Angka Indeks Diskriminan Item D Klasifikasi Interpretasi −1,00 � 0,00 - Jelek sekali 0,00 � 0,20 Poor Lemah sekali jelek, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik 0,20 � 0,40 Satisfactory Cukup sedang 0,40 � 0,70 Good Baik 0,70 � 1,00 Excellent Baik sekali 65

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Tes

3.6.1.1 Uji Normalitas

Data kemampuan berpikir kreatif matematik di kelas kontrol maupun eksperimen di akhir pembelajaran terlebih dahulu diuji normalitasnya. Uji kolmogorov smirnov dengan bantuan software SPSS, digunakan untuk melakukan uji normalitas ini. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. H o : data terdistribusi normal H 1 : data tidak terdistribusi normal Kriteria uji kolmogorov-smirnov yang digunakan adalah H o diterima jika nilai Asymp.Sig.2-tailed level of significant ∝= 0,05 Nugroho, 2005: 112.

3.6.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang akan diambil dari populasi yang sama. Jumlah kelas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua kelas. Pengujiannya pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS dengan hipotesis sebagai berikut. H o : data populasi bervarian homogen H 1 : data populasi tidak bervarian homogen Kriteria pengujian yang dilakukan yaitu tolak H bila harga koefisien F Levene lebih dari nilai kritis F tabel pada df 1 dan df 2 yang sesuai. Apabila menggunakan nilai signifikan, tolak H bila nilai � . � yang telah ditentukan 5. Wahana Komputer, 2007: 83

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 6 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 1 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 0 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN WINGEOM.

0 0 24

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 2 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

0 0 12

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

0 0 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Raden Intan Repository

0 3 109