Uji Ketuntasan Belajar Analisis Data Tes

70 Kriteria pengujian baik pada Independent Sample T-Test maupun Paired Sample T-Test menurut Nugroho 2005: 33 yaitu H diterima jika t hitung t tabel , atau nilai p-value pada kolom sig.2-tailed level of significant α yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelas tersebut.

3.6.1.6 Uji Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar menurut BSNP 2006: 12 berkisar antara 0-100. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Uji ketuntasan belajar dilakukan untuk menguji hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Data yang akan diuji adalah kemampuan akhir berpikir kreatif matematik peserta didik yang kemudian dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik di kelas eksperimen setelah mendapatkan PBL berbantuan media pembelajaran Pohon Matematika dan kelas kontrol di akhir pembelajaran. Ketuntasan belajar pada penelitian ini yang diterapkan SMP Negeri 2 Tarub adalah 85 peserta didik mendapatkan nilai minimal 65. Ketuntasan belajar yang dinilai terdiri dari ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. 71 3.6.1.6.1 Uji Ketuntasan Individual Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik secara individual adalah One-Sample T-Test berbantuan software SPSS. Test value yang digunakan adalah 65. Nilai 65 merupakan nilai minimal yang harus dicapai peserta didik sehingga dapat dikatakan tuntas berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. � : � = 65, artinya capaian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik sama dengan 65 H 1 : μ ≠ 65, artinya capaian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik tidak sama dengan 65 Kriteria pengujiannya yaitu terima H jika Sig α, sebaliknya tolak H jika Sig α. Jika menerima H berarti rataan pada sampel cukup mewakili untuk menyatakan bahwa di populasi sudah mencapai nilai µ . Sebaliknya kalau menolak H dan menerima H 1 berarti rataan sampel menunjukan bahwa rataan populasi sudah mencapai µ . Dimungkinkan dapat terjadi rataan ada di bawah atau di atas µ tersebut sehingga perlu dilihat nilai rataan empiris sampel. Apabila rataannya mencapai lebih dari µ maka disimpulkan bahwa rataan populasi sudah melebihi µ , sebaliknya apabila rataan empiris sampel di bawah µ maka rataan populasi di bawah µ Sukestiyarno, 2010: 99. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5 dan µ = 65 yang merupakan nilai minimal yang harus dicapai peserta didik agar tuntas sesuai KKM. 72 3.6.1.6.2 Uji Ketuntasan Klasikal Uji untuk mengetahui ketuntasan klasikal peserta didik menggunakan uji proporsi satu pihak dengan rumus statistik z yang rumusnya sebagai berikut. � = − 1 − dengan x = banyak peserta didik yang tuntas pada kelas eksperimen n = banyaknya seluruh peserta didik pada kelas eksperimen = suatu nilai yang merupakan anggapan atau asumsi tentang nilai proporsi populasi, dalam penelitian ini sebesar 85 Hipotesis statistik yang digunakan sebagai berikut � : , artinya capaian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu minimal 85 peserta didik mencapai minimal 65 H 1 : artinya capaian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik kurang dari 85 peserta didik mencapai minimal 65 Kriteria pengujiannya yaitu jika − 0,5 −� dimana 0,5 −� diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang 0,5−∝ maka keputusan yang diambil adalah menolak H Sudjana, 2001: 235. Jika hasil pengujiannya menerima H berarti kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik telah mencapai KKM yaitu minimal 85 peserta didik mencapai minimal 65. 73

3.6.2 Analisis Data Non-Tes

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 6 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 1 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN PROGRAM CABRI GEOMETRY II.

0 0 56

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN WINGEOM.

0 0 24

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 2 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

0 0 12

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

0 0 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - Raden Intan Repository

0 3 109