kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui
sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah
Glasson, 1997.
2.3 Metode Analisis Sektor Unggulan 2.3.1 Analisis
Location Quotient LQ
Location Quotient Kuosien lokasi atau disingkat LQ adalah perbandingan dengan besarnya peranan suatu sektorindustri di suatu daerah
terhadap besarnya peranan sektorindustri tersebut secara nasional. Analisis LQ memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot
analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada di atas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam
bentuk time-seriestrend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu Tarigan, 2005.
Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i
pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua
sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif Glasson, 1977. Di dalam penelitian ini analisis dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pada tingkat provinsi, maka daerah bawahnya adalah provinsi, dan daerah atasnya adalah Indonesia.
2.4. Penelitian Terdahulu
Kartika 2013 melakukan penelitian dengan judul “Analisi Kontribusi Ekspor Kopi terhadap PDRB Sektor Perkebunan dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Ekspor Kopi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor komoditi kopi Sumatera Utara dan
mengetahui bagaimana kontribusi ekspor kopi terhadap PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan ekspor kopi terus
mengalami peningkatan yang bersifat fluktiatif dari tahun ke tahun dengan trend yang cenderung meningkat dan volume ekspor kopi memberikan kontribusi
positif terhadap peningkatan PDRB sektor perkebunan Sumatera Utara. Fitriah 2014 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Investasi
Swasta dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sektor Pertanian, Sub-Sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
jumlah tenaga kerja dan nilai realisasi PMDN dan PMA sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian secara sempit. Hasil penelitian menunjukkan
elastisitas tenaga kerja berkisar antara 0.160 –0.793. Hasil ini mengimplikasikan
bahwa PDRB sektor pertanian, sub-sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan lebih didorong oleh faktor tenaga kerja dibandingkan investasi.
Naufal 2010 dalam penelitian dengan judul “Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di
Pemerintah Aceh”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi
Universitas Sumatera Utara
Sektor Pertanian terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju perrtumbuhan ekonomi di Pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan Sektor Pertanian
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Pemerintah Aceh, disamping itu mayoritas penduduk Pemerintah Aceh bekerja di Sektor Pertanian.
Sektor Pertanian menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun terhadap pembentukan PDRB daerah selama kurun waktu 2000-2007. Sumbangan Sektor
Pertanian tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan sumbangan sektor- sektor lain.
Restiviana 20 08, dalam penelitiannya dengan judul “Perekonomian
Wilayah Banyuwangi ”. Hasil penelitiannya menyatakan sektor yang berdaya
saing rendah pada Kabupaten Banyuwangi adalah Sekor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor-
sektor tersebut di atas berdaya saing kurang baik jika dibandingkan dengan sektor yang sama yang ada di kabupaten lain di Jawa Timur. Sedangkan Sektor
Bangunan merupakan sektor-sektor berdaya saing tertinggi di Kabupaten Banyuwangi. Sektor unggulanbasis di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan LQ,
adalah: 1. Sektor Pertanian. 2. Sektor Pertambangan dan Galian, 3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Wiyanti 2004, dalam penelitiannya dengan judul ”Analisis Sektor Basis
Perekonomian Kabupaten Tangerang serta Implikasinya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Oton
omi Daerah” menggunakan Pendekatan Location Quotient LQ. Hasil penelitian menyatakan bahwa perekonomian Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Tangerang didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder, yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih.
sedangkan sektor tersier mengalami pergeseran ke arah peningkatan, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa.
2.4 Kerangka Konseptual