Tata Cara Analisis Hasil

pilihan tersebut memang sudah memiliki kredibilitas yang bagus sebagai media iklan, memiliki tayangan acara dengan rating yang tinggi, frekuensi iklannya tinggi, jangkauan siarannya maksimum, dan sasaran pemirsanya luas.

8.4 2.5

6.5 35.6

13.8 33.3

4.4 1.5

3.2 26.3

31.8 32.8

6.0 2.0

6.9 33.1

16.2 35.9

5.2 3.2

3.4 21.3

22.9 44.0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A B C D stasiun televisi PERSENTASE JENIS IKLAN PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI Lain-lain Kosmetika Makanan dan minuman Vitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tangga Obat tradisional jamu, obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat quasi Obat tanpa resep obat bebas dan obat bebas terbatas Gambar 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing- masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006

2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi

Jumlah total frekuensi iklan obat tanpa resep pada keempat stasiun televisi A, B, C, D adalah 1446 dengan persentase 6,4 lihat Gambar 3 . Memang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bukan yang paling tinggi jika dibandingkan jenis iklan yang lain, tetapi merupakan angka frekuensi yang cukup berarti untuk bisa menarik perhatian konsumen khususnya ibu-ibu terhadap obat tanpa resep yang diiklankan. Telah terbukti bahwa iklan obat melalui media televisi menduduki peringkat pertama dalam mempengaruhi konsumen obat Anonim,1997a. Televisi juga diakui merupakan media dimana iklan obat paling sering ditemukan, terpaut cukup banyak dengan media iklan lainnya Zahir, 1996. PERSENTASE JENIS IKLAN PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI 8122 36.0 1446 6.4 526 2.3 1182 5.2 6795 30.2 4464 19.8 Obat tanpa resep obat bebas dan obat bebas terbatas Obat tradisional jamu, obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat quasi Vitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tangga Makanan dan minuman Kosmetika Lain-lain Gambar 3. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Frekuensi iklan makanan dan minuman 30,2, dan frekuensi iklan kosmetika 19,8, lebih tinggi daripada frekuensi iklan obat tanpa resep. Kondisi ini terjadi karena makanan, minuman, dan kosmetika merupakan produk konsumsi harian untuk ibu-ibu dan keluarganya, sedangkan obat tanpa resep hanya dibutuhkan pada saat seseorang menderita sakit. Obat tanpa resep memang sebaiknya hanya digunakan pada saat tubuh benar-benar membutuhkan bantuan obat untuk meredakan rasa sakit, karena penggunaan obat tanpa resep dengan dosis besar dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan konsumen, misalnya parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hepar. Pada penelitian ini ditemukan iklan obat wajib apotek, yaitu obat dari golongan obat keras atau obat daftar G yang seharusnya tidak boleh diiklankan di televisi. Iklan dari satu jenis obat ini muncul di televisi dengan memanfaatkan kelemahan pernyataan pasal 32 Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998, bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Hal ini bisa terjadi karena obat wajib apotek memang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek.

B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep

Frekuensi iklan ternyata mempunyai pengaruh terhadap konsumen obat Anief, 1985. Obat dengan frekuensi iklan yang tinggi menunjukkan tingkat konsumsi obat yang lebih tinggi dibandingkan obat dengan frekuensi iklan yang lebih rendah. Gambaran distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu ditampilkan berdasarkan jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen obat, dan produsen. Penyajian dilakukan untuk masing-masing stasiun televisi maupun gabungan dari keempat stasiun televisi.