Televisi A Televisi B Televisi A Televisi B

Produsen tentunya hanya memilih stasiun televisi yang paling tepat untuk menjadi media iklan produk mereka. Terdapat 16 produsen yang mengiklankan produknya di stasiun televisi A, 11 produsen di stasiun televisi B, 13 produsen di stasiun televisi C, dan 15 produsen di stasiun televisi D. Persentase frekuensi iklan setiap produsen obat tanpa resep dapat dilihat pada Tabel VI . Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A dan C adalah Konimex, Sterling di stasiun televisi B, dan Dankos di stasiun televisi D. Pada keempat stasiun televisi, Konimex, Kalbe Farma, dan Dankos adalah para produsen obat tanpa resep dalam negeri yang paling banyak mengiklankan produknya di televisi. Hasil sebuah pengamatan menyatakan tiga produsen dalam negeri yang mendominasi di pasar obat-obatan yang dijual bebas adalah Konimex, Tempo Scan Pacific, dan Kalbe Farma. Dinyatakan pula bahwa Konimex tampil mendominasi karena memiliki tiga produk andalan yaitu Konidin ® , Inza ® , dan Paramex ® Herdiawan, Wicaksono, Ratnasari, Febryanto, dan Darmawan, 2005. Dalam penelitian ini, Dankos lebih banyak iklannya daripada Tempo Scan Pacific karena Dankos mempunyai produk andalan baru yaitu Mixagrip Flu Batuk ® yang diiklankan secara besar-besaran pada keempat stasiun televisi, sedangkan frekuensi iklan obat tanpa resep produksi Konimex paling tinggi karena mempunyai produk-produk seperti Neo Napacin ® , Inzana ® , Fungiderm ® , Anakonidin ® , serta produk barunya Paramex Flu Batuk ® . Paramex ® memang diiklankan pada keempat stasiun televisi, Inza ® juga diiklankan di dua stasiun televisi, tetapi Konidin ® sedang tidak diiklankan pada saat penelitian ini dilakukan. Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan produsen S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D

S. Televisi A, B, C, D No.

Produsen Σ F Σ F Σ F Σ F Σ F 1. PT. Bayer Indonesia Tbk 21 2,9 15 5,4 36 2,5 2. PT. Bintang Toedjoe 16 6,2 16 1,1 3. PT. Combiphar Farma 1 0,1 3 1,6 4 1,4 1 0,4 9 0,6 4. PT. Dankos Laboratories Tbk 80 11,2 11 5,7 34 12,2 58 22,6 183 12,7 5. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 28 3,9 15 7,8 28 10 17 6,6 88 6,1 6. PT. Glaxo Smith Kline 4 0,6 4 0,3 7. PT. Henson Farma 69 9,6 15 7,8 1 0,4 85 5,9 8. PT. Irawan Djaja Agung 4 1,6 4 0,3 9. PT. Kalbe Farma 100 13,9 16 8,3 60 21,5 32 12,5 208 14,4 10. PT. Konimex Pharm. Laboratories 153 21,3 7 3,6 62 22,2 16 6,2 238 16,5 11. PT. Kotra Pharma 1 0,4 2 0,8 3 0,2 12. PT. Mecosin Indonesia 3 0,4 3 1,1 6 0,4 13. PT. Medifarma Laboratories 35 4,9 16 5,7 51 3,5 14. PT. Pfizer Indonesia Tbk 59 8,2 21 7,5 26 10,1 106 7,3 15. PT. Roche Indonesia 11 1,5 6 3,1 17 1,2 16. PT. Sanbe Farma 30 4,2 1 0,4 31 12,1 62 4,3 17. PT. Soho Industri Pharmasi 13 5,1 13 0,9 18. PT. Sterling Products Indonesia 15 2,1 70 36,3 85 5,9 19. PT. Supra Ferbindo Farma 44 6,1 22 11,4 2 0,7 15 5,8 83 5,7 20. PT. Tempo Scan Pacific Tbk 64 8,9 16 8,3 32 11,5 16 6,2 128 8,9 21. PT. Tropica Mas Pharmaceuticals Industry 12 6,2 9 3,5 21 1,5 Total 717 100 193 100 279 100 257 100 1446 100 Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihatnya, sehingga dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat. Konimex, Kalbe Farma, dan Dankos sebagai para produsen yang frekuensi iklannya di televisi paling tinggi lebih dari 10, terutama Konimex dengan frekuensi iklan tertinggi, tentunya mengharapkan iklannya berdampak lebih kuat terhadap masyarakat pemirsa televisi dibandingkan obat-obat tanpa resep dari produsen lain dalam penelitian ini. Dengan memberikan dampak yang kuat tersebut, selanjutnya diharapkan dapat terwujud tingkat konsumsi masyarakat yang relatif lebih tinggi terhadap obat tanpa resep produksi mereka, sehingga biaya yang relatif besar untuk pemasangan iklan dapat segera kembali melalui hasil penjualan obat, bahkan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.

C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep

Iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di media televisi swasta umumnya mempunyai durasi yang pendek, hal ini dikarenakan mahalnya biaya pembuatan sekaligus penayangannya, bahkan menurut Kotler 2003b biaya iklan di televisi naik lebih cepat daripada media iklan lainnya. Sebagian besar produsen obat tanpa resep tentunya hanya memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya pemasangan iklan yang tidak terlalu besar, sehingga mereka tidak mau memperdulikan akibatnya bagi konsumen. Pendeknya durasi tayangan membuat daya tangkap konsumen menjadi terbatas, sebab informasi tentang obat yang diiklankan tidak memungkinkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ditayangkan semuanya. Hal ini membuat peran iklan sebagai sarana atau sumber informasi obat tanpa resep bagi masyarakat menjadi tidak efektif. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa 20,78 responden mengakui bahwa kelengkapan informasilah yang membuat iklan obat televisi menjadi menarik Primantana, 2001. Iklan dianggap merupakan sarana informasi awal untuk memilih suatu produk obat. Informasi awal yang dirasakan lengkap akan menarik konsumen untuk menggunakan obat tanpa resep yang diiklankan. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan. Menurut Kriteria Etik Promosi Obat–WHO 1988, iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan indikasi, informasi keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping. Iklan obat juga harus mencantumkan spot peringatan perhatian BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, salah satunya hanya disebutkan bahwa iklan obat harus mencantumkan informasi keamanan obat. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai klasifikasi informasi yang harus dicantumkan sebagai informasi keamanan obat. Pada umumnya, informasi keamanan obat meliputi peringatan-perhatian, kontraindikasi, dan efek samping. Dalam penelitian ini, informasi keamanan obat diasumsikan hanya meliputi peringatan-perhatian dan efek samping. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah dinilai rasional meskipun tidak mencantumkan kontraindikasi, dengan pertimbangan durasi tayang iklan obat di televisi yang relatif singkat memang kurang memungkinkan untuk dapat mencantumkan semua informasi. Dengan demikian, iklan obat tanpa resep dinilai rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian, efek samping, nama dagang, dan nama industri farmasi. Hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988 maupun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, disajikan untuk setiap kelas terapi pada Tabel VII–XVIII. Tabel VII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat analgesik nyeri otot dan tulang tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi

A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Kerasionalan

No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO 1988 Kep.Men.Kes No. 386 1994 1. Neo Rheumacyl nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian tidak rasional tidak rasional 2. Neo Rheumacyl Neuro zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 3. Oskadon SP nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional Data pada Tabel VII menunjukkan bahwa kelengkapan informasi iklan obat analgesik nyeri otot dan tulang tanpa resep dinilai tidak rasional berdasarkan kedua kriteria iklan, sehingga tidak banyak memberikan informasi kepada masyarakat. Iklan Neo Rheumacyl Neuro ® lebih lengkap informasinya dibandingkan Neo Rheumacyl ® dan Oskadon SP ® . Tabel VIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat analgesik sakit kepala, demam tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO 1988 Kep.Men.Kes No. 3861994 1. Biogesic Anak nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 2. Bodrex nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 3. Bodrex Migra zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 4. Bodrexin nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi, efek samping tidak rasional rasional 5. Contrexyn nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 6. Inzana nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 7. Neuralgin nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian tidak rasional tidak rasional 8. Obat Sakit Kepala Cap 19 nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 9. Oskadon nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi, efek samping tidak rasional rasional 10. Panadol Extra nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian tidak rasional tidak rasional 11. Paramex zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping tidak rasional rasional 12. Poldan Mig nama dagang, indikasi, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 13. Saridon nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional Semua iklan obat tanpa resep kelompok obat analgesik sakit kepala, demam tanpa resep dinilai tidak rasional kelengkapan informasi iklannya menurut Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988, tetapi berdasarkan Keputusan