obat untuk meredakan rasa sakit, karena penggunaan obat tanpa resep dengan dosis besar dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi kesehatan konsumen, misalnya parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hepar.
Pada penelitian ini ditemukan iklan obat wajib apotek, yaitu obat dari golongan obat keras atau obat daftar G yang seharusnya tidak boleh diiklankan di
televisi. Iklan dari satu jenis obat ini muncul di televisi dengan memanfaatkan kelemahan pernyataan pasal 32 Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998,
bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada
media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Hal ini bisa terjadi karena obat wajib apotek memang obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di apotek.
B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep
Frekuensi iklan ternyata mempunyai pengaruh terhadap konsumen obat Anief, 1985. Obat dengan frekuensi iklan yang tinggi menunjukkan tingkat
konsumsi obat yang lebih tinggi dibandingkan obat dengan frekuensi iklan yang lebih rendah. Gambaran distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu ditampilkan berdasarkan jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen
obat, dan produsen. Penyajian dilakukan untuk masing-masing stasiun televisi maupun gabungan dari keempat stasiun televisi.
1. Jenis acara
Jenis acara televisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tayangan acara untuk ibu-ibu, yang meliputi sinetron, infotainmen, serial drama, film,
telenovela, dan program memasak. Acara-acara tersebut pada umumnya memang sangat digemari dan dibutuhkan oleh ibu-ibu. Tayangan acara untuk ibu-ibu
dipilih karena terdapat fenomena di masyarakat bahwa sebagian besar kaum ibu di negara kita bertanggung jawab memilih obat untuk keluarganya. Faktor
pendukung lainnya adalah wanita lebih suka menggunakan obat tanpa resep dibandingkan laki-laki Holt dan Hall, 1990. Wanita lebih sering menggunakan
obat tanpa resep karena wanita mempunyai ambang rasa nyeri dan ketidaknyamanan relatif lebih rendah daripada laki-laki, dan wanita mempunyai
kepedulian lebih tinggi terhadap kesehatan. Wanita juga melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep untuk menghemat biaya Marlinda, 2003b.
Tabel I
.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006
berdasarkan jenis acara S. Televisi A
S. Televisi B S. Televisi C
S. Televisi D No.
Jenis Acara Σ F
Σ F Σ F
Σ F
1. Film
80 11,2
6 3,1
24 9,3
2. Infotainmen
114 15,9
53 27,5
97 34,8
85 33,1
3. Program memasak
4 2,1
4. Serial drama
26 13,5
3 1,1
5. Sinetron
523 72,9
104 53,9
162 58,1
147 57,2
6. Telenovela
17 6,1
1 0,4
Total 717
100 193
100 279
100 257
100
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sinetron merupakan jenis acara yang frekuensi iklan obat tanpa resepnya paling tinggi di stasiun televisi A,
B, C, maupun D, dan frekuensi tertinggi terdapat di stasiun televisi A 72, 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI