Rangkuman Pembahasan Evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia.

rasional klaim indikasinya, tetapi 41,5 masih dinilai tidak rasional sehingga harus diperbaiki karena pemberian informasi yang tidak tepat mengenai indikasi suatu obat dapat mengakibatkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional oleh masyarakat dan keberhasilan pengobatan yang diharapkan konsumen tidak tercapai. Berdasarkan hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep, diketahui bahwa masih cukup banyak iklan obat tanpa resep melalui media elektronik televisi yang tidak rasional. Hal ini sangat merugikan masyarakat yang sering menggunakan obat tanpa resep, karena iklan obat tanpa resep di televisi cukup berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam pemilihan obat, terutama bagi ibu rumah tangga yang sebagian besar berperan sebagai pengambil keputusan dalam pemilihan obat untuk seluruh anggota keluarga. Pemerintah, produsen obat tanpa resep, pihak pembuat iklan, dan pihak stasiun televisi sebagai penayang iklan, diharapkan dapat bekerjasama dengan baik untuk mewujudkan iklan obat tanpa resep di televisi yang rasional. Tindakan ini perlu segera dilakukan agar tercapai pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep yang rasional di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu pengobatan yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping obat. Dengan demikian, dapat tercapai keberhasilan terapi dengan obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan, meskipun hanya mengeluarkan biaya yang relatif murah. Berikut ini disajikan ringkasan hasil evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep untuk setiap jenis obat: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XXXIV. Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Kerasionalan Kelengkapan Informasi No. Jenis Obat WHO 1988 Kep.Men.Kes No. 386 1994 Kerasionalan Klaim Indikasi 1. Actifed Ekspektoran tidak rasional tidak rasional rasional 2. Anakonidin tidak rasional rasional tidak rasional 3. Asthma Soho tidak rasional tidak rasional rasional 4. Biogesic Anak tidak rasional tidak rasional rasional 5. Bodrex tidak rasional tidak rasional tidak rasional 6. Bodrex Flu Batuk tidak rasional rasional tidak rasional 7. Bodrex Migra tidak rasional tidak rasional rasional 8. Bodrexin tidak rasional rasional rasional 9. Bodrexin Flu Batuk tidak rasional rasional tidak rasional 10. Canesten tidak rasional tidak rasional tidak rasional 11. Contrexyn tidak rasional tidak rasional rasional 12. Creobic tidak rasional tidak rasional rasional 13. Decolgen tidak rasional tidak rasional tidak rasional 14. Fatigon tidak rasional tidak rasional tidak rasional 15. Fungiderm tidak rasional tidak rasional rasional 16. Insto tidak rasional tidak rasional rasional 17. Inza tidak rasional rasional rasional 18. Inzana tidak rasional tidak rasional rasional 19. Komix G tidak rasional tidak rasional tidak rasional 20. Laserin tidak rasional tidak rasional tidak rasional 21. Mixagrip Flu Batuk tidak rasional tidak rasional tidak rasional 22. Mylanta tidak rasional tidak rasional rasional 23. Neo Entrostop tidak rasional tidak rasional rasional 24. Neo Napacin tidak rasional tidak rasional rasional 25. Neo Rheumacyl tidak rasional tidak rasional rasional 26. Neo Rheumacyl Neuro tidak rasional tidak rasional rasional 27. Neo Ultracap tidak rasional tidak rasional tidak rasional 28. Neo Ultrasiline tidak rasional tidak rasional rasional 29. Neosanmag Fast tidak rasional tidak rasional rasional 30. Neuralgin tidak rasional tidak rasional rasional 31. Obat Sakit Kepala Cap 19 tidak rasional tidak rasional rasional 32. OBH Combi Batuk Pilek tidak rasional tidak rasional tidak rasional 33. OBH Tropica Plus tidak rasional rasional tidak rasional 34. Oskadon tidak rasional rasional rasional 35. Oskadon SP tidak rasional tidak rasional rasional 36. Panadol Extra tidak rasional tidak rasional rasional 37. Paramex tidak rasional rasional rasional 38. Paramex Flu Batuk tidak rasional tidak rasional tidak rasional 39. Poldan Mig tidak rasional tidak rasional rasional 40. Procold tidak rasional tidak rasional rasional 41. Sanaflu tidak rasional rasional tidak rasional 42. Sanaflu Forte tidak rasional rasional tidak rasional 43. Saridon tidak rasional tidak rasional rasional 44. Ultraflu tidak rasional tidak rasional rasional 45. Vicks Formula 44 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 46. Visine tidak rasional tidak rasional rasional 47. Vitamin IPI A tidak rasional tidak rasional tidak rasional 48. Vitamin IPI B complex tidak rasional tidak rasional tidak rasional 49. Vitamin IPI B1 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 50. Vitamin IPI B12 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 51. Vitamin IPI C tidak rasional tidak rasional tidak rasional 52. Woods Antitusif tidak rasional tidak rasional rasional 53. Woods Ekspektoran tidak rasional tidak rasional rasional BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap seluruh iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi swasta nasional Indonesia A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat iklan obat tanpa resep sebesar 6,4 dari seluruh iklan. 2. a. Iklan obat tanpa resep paling banyak ditayangkan pada acara sinetron 64,7. b. Iklan obat tanpa resep terbagi menjadi 13 kelas terapi, dan yang paling banyak adalah kelas terapi obat analgesik sakit kepala, demam sebesar 23,6. c. Iklan obat tanpa resep golongan obat bebas terbatas 78,8 jauh lebih banyak daripada obat bebas 21,2. d. Iklan obat tanpa resep terdiri dari 56 jenis obat, dan yang paling banyak adalah Mixagrip Flu Batuk 8,6. e. Iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa 92,5 jauh lebih banyak daripada untuk konsumen anak-anak 7,5. f. Iklan obat tanpa resep diiklankan oleh 21 produsen, dan yang paling banyak adalah Konimex 16,5. 3. Evalusi kerasionalan iklan obat tanpa resep dilakukan untuk 53 jenis obat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Tidak ada yang kelengkapan informasi iklannya rasional berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988, tetapi 18,9 dinyatakan rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Persentase informasi zat aktif dalam iklan 22,6, nama dagang 100, indikasi 100, kontraindikasi 0, peringatan-perhatian 92,4, nama industri farmasi 88,7, alamat industri farmasi 0, dan efek samping obat 20,8. b. Berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, sebesar 58,5 iklan obat tanpa resep dinyatakan rasional klaim indikasinya.

B. Saran

1. Perlu adanya upaya peningkatan kerasionalan kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep di televisi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terutama kaum ibu terhadap iklan obat. 2. Perlu dilakukan pembaharuan peraturan pemerintah tentang kriteria iklan obat tanpa resep khususnya di media televisi dan agar dapat benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan evaluasi iklan secara berkala. 3. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan frekuensi dan kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi terhadap pemilihan obat di masyarakat. Dapat juga dilakukan penelitian serupa pada stasiun televisi, tayangan acara, dan kelas terapi yang berbeda sehingga dapat dijadikan perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Abadi, T., 2003, Media Massa, Iklan dan Konsumtivisme, Warta Konsumen, Th. XXIX, No. 11, 12. Achmad, J., 1996, Panduan Kesehatan Keluarga, 172, 202, Medi Media, Jakarta. Anief, M., 1985, Iklan dan Pengobatan Sendiri, Medika, Th. XI, No. 6, 523, 525. Anief, M., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, 137, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 1983, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380ASKVI83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1988, Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion, http:www.who.intmedicinedocslibrary . Diakses pada 26 Juni 2006. Anonim, 1992, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, 5, 6,17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919MenkesPerX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 386MenkesSKIV1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia yang Disempurnakan, 30, Komisi Periklanan Indonesia, Jakarta. Anonim, 1997a, Iklan Obat Cenderung Menyesatkan, http:www.kompas.comberita-terbaru020306headline014.htm . Diakses pada 10 Juni 2006. Anonim, 1997b, Kompendia Obat Bebas, Ed. II, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1997c, Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 10, Jakarta. Anonim, 1997d, Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 97, Jakarta. Anonim, 1998, Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Lembaran Negara RI tahun 1998 No. 138, Jakarta Anonim, 1999, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 42, Jakarta. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2002a, Kian Banyak Masyarakat Lakukan Swamedikasi, http:www.swara.tvidview_headline.php?ID=489 . Diakses 8 Oktober 2006. Anonim, 2002b, Televisi Tempat Favorit untuk Belanja Iklan, Kompas, Ed. 15 Desember,19. Anonim, 2002c, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.05.3.02706 Tahun 2002 tentang Promosi Obat, www.pom.go.idpublichukum_perundanganpdfpromosi_obat.pdf . Diakses pada 10 Juni 2006. Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027MenkesSKIX2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2005, Pengobatan Sendiri Bagian I, http:www.anugrah- argon.comnews-detail.asp?nix=348cix=1 . Diakses pada 10 Juni 2006. Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 41, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2007, 2006, Belanja Iklan Meningkat 17, http:www.suarapembaruan.comnews20070119index.html-10k . Diakses pada 8 Februari 2007. Ashaf, A.F., 1995, Iklan : Ketidaknyamanan dan Kaburnya Identitas Media, Warta Konsumen, Th. XXI, No. 10, 38. Bovee, C.L., dan Arens, W.F., 1986, Contemporary Advertising, 2 nd Ed., 9, Irwin Homework, Illinois. Covington, T.R., 2000, Self Care and Nonprescription Pharmacotheraphy, Handbook of Nonprescription Drugs, 12 th Ed., 5, American Pharmaceutical Association, Washington DC. Danto, 2004, Sebagian Besar Iklan Obat dan Makanan Menyesatkan, http:www.tempointeraktif.comhgekbis20040108brk,20040108- 28,id.html . Diakses pada 10 Juni 2006. Donatus, I.A., 1997, Kajian terhadap Kerasionalan Produk Obat Selesma yang Beredar di Pasaran, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, 1-3, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Faisal, S., 1989, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasinya, 67, 168, CV. Rajawali, Jakarta. Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Ed. IV dengan perbaikan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Gilson, C., dan Berkman, H.W., 1993, Advertising Concepts and Strategies, 1 nd Ed., 267, 336, 337, University of Miami, New York. Hadi, S., 2004, Metodologi Research, Jilid 1, Ed. II, 91, Penerbit Andi, Yogyakarta. Hardjasaputra, S. L. P., Budipranoto, G., Sembiring, S.U., Kamil, I., 2002, Data Obat di Indonesia, Ed. X, Grafidian Medipress, Jakarta. Harto, P.P., Ratnasari, E., Saragih, H.P., dan Mudjiono, 2006, Raja-Raja TV: Raja TV…..Raja Akuisisi, http:www.scylics.multiply.comjournalitem186- 19k . Diakses pada 8 Februari 2007. Hasan, M.I., 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 60, Ghalia Indonesia, Jakarta. Herdiawan, P., Wicaksono, D., Ratnasari, E., Febryanto, H., dan Darmawan, H.,

2005, Bisnis Farmasi: Ini Dia Para Penguasanya, Warta Ekonomi, Th. XVII, No. 08, 25.

Holt, G.A., dan Hall, E.L., 1990, The Self-Care Movement, Handbook of Nonprescription Drugs, 9 th Ed., 2, 3, 6, American Pharmaceutical Association, Washington DC.