Peraturan Periklanan Bidang Obat

2 Iklan multivitamin dan mineral Untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan vitamin dan mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan, serta lansia. b. Obat pereda sakit dan penurun panas Untuk meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan atau menurunkan panas. c. Obat flu Untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan pilek. d. Obat asma Untuk meringankan gejala sesak napas karena asma. e. Obat batuk 1 Antitusif Untuk meredakan batuk yang tidak berdahak. 2 Ekspektoran Untuk meredakan batuk yang berdahak. 3 Kombinasi antitusif, ekspektoran, dan antihistamin Untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek. f. Antasida Untuk mengatasi gejala sakit maag seperti: perih, kembung, mual. g. Obat kulit topikal Untuk mengatasi infeksi karena jamur. h. Obat tetes mata Untuk meredakan iritasi mata yang ringan.

G. Perilaku Konsumen terhadap Iklan

Perilaku konsumen dalam menilai tayangan iklan di televisi sangatlah beragam. Masyarakat berpendidikan tinggi mempunyai pandangan yang kritis dan tinggi terhadap iklan, sedangkan masyarakat berpendidikan rendah bersikap kurang kritis sehingga lebih mudah menggunakan obat-obat yang diiklankan Anief, 1985. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis Kotler, 2003a. Berdasarkan model hierarchy of effects, tahap-tahap yang dialami oleh konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian meliputi tahap awareness kesadaran, knowledge pengetahuan, liking kesukaan, preference pilihan, conviction keyakinan, dan purchase pembelian. Tahap pertama dan kedua merupakan komponen kognitif mengenai pengumpulan informasi. Tahap ketiga dan keempat merupakan komponen afektif yang berkaitan dengan proses memformulasikan perasaan atau sikap. Dua tahap terakhir merupakan komponen konatif yang berkaitan dengan motivasi atau tindakan Poerwanto, 1999. Menyikapi iklan yang marak disiarkan di media massa cetak dan elektronik, konsumen seharusnya senantisa bijaksana dengan bersikap selalu berhati-hati dan cermat dalam membaca atau mendengarkan yang diiklankan. Konsumen tidak perlu mencoba-coba, tetapi lebih menyesuaikan keinginan dengan kebutuhan. Selain itu, konsumen hendaknya menyadari kemampuan keuangannya Sidabalok, 1999.

H. Wanita sebagai Penanggung Jawab Pemilihan Obat untuk Keluarga

Sebagai ibu rumah tangga, wanita memegang posisi sentral dalam menentukan visi dan pola konsumsi keluarga. Posisi sentral inilah yang dengan jeli dimanfaatkan kalangan produsen untuk memasarkan produknya Laksono, 1995. Kaum hawa menjadi obyek paling potensial untuk dijadikan sasaran beriklan, karena secara psikologis emosional perempuan jauh lebih gampang dibidik untuk mempromosikan berbagai barang, juga karena perempuan mempunyai peran terpenting saat berbelanja yang berpengaruh terhadap anak dan suami serta membawa domino effect bagi ibu yang lain Abadi, 2003. Mayoritas kaum wanita ibu-ibu di negara kita juga menjadi penanggung jawab dalam memilih obat untuk keluarga. Kondisi kesehatan keluarga di Indonesia memang lebih banyak ditentukan oleh wanita Marlinda, 1995. Banyak kaum ibu yang lebih memilih menggunakan obat tanpa resep, motivasinya adalah untuk menghemat biaya Marlinda, 2003b. Kaum ibu sebaiknya selalu menambah pengetahuan mengenai obat-obatan, supaya dalam memilih obat untuk keluarga tidak mudah terpengaruh oleh iklan Marlinda, 1995. Hasil survei di Yogyakarta tahun 1993 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan kaum ibu dalam pengobatan sendiri belum menunjang keamanan dan keefektifan pengobatan. Ibu-ibu responden yang mengerti susunan zat aktif sebanyak 4, indikasi 45, dosis dan aturan pakai 65, serta efek samping dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kontraindikasi masing-masing hanya 2. Kurangnya informasi mendasar tentang obat menyebabkan kaum ibu memilih obat hanya berdasarkan merek obat yang tersedia di pasaran, tentunya karena mereka sangat mudah terpengaruh informasi dari produsen obat melalui iklan di berbagai media Marlinda, 2003b.

I. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental observasional, yaitu penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri variabel subyek menurut keadaan apa adanya in nature tanpa adanya manipulasi peneliti. Rancangan penelitian deskriptif non analitik karena hanya melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi Pratiknya, 2001. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi, tetapi bukan mengenai bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Menurut Hasan 2002, penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

B. Definisi Operasional

1. Iklan obat tanpa resep di televisi adalah informasi obat tanpa resep dari produsen kepada konsumen melalui media elektronik televisi, untuk memperkenalkan produk dan memikat konsumen agar memakai produknya. 2. Obat tanpa resep dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat bebas dengan tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam dan obat bebas terbatas dengan tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam pada masing-masing kemasannya. 3. Evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep adalah penilaian rasional atau tidak rasionalnya iklan obat tanpa resep khusus media elektronik televisi. Dinyatakan rasional untuk setiap kategorinya bila semua informasi yang tercantum dalam aturan terpenuhi, dan tidak rasional bila ada yang tidak terpenuhi. Tiga kategori kerasionalan iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini adalah: a. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988, yang meliputi nama zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, nama dan alamat industri farmasi b. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, yang meliputi indikasi, informasi keamanan obat diasumsikan meliputi peringatan-perhatian dan efek samping, nama dagang, dan nama industri farmasi c. kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. 4. Zat aktif: komponen obat yang mempunyai efek farmakologis, nama dagang: nama obat yang diberikan oleh pemilik produk untuk identitas produknya, indikasi: petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan penyakit, kontraindikasi: petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan karena berlawanan dengan kondisi tubuh pemakai, dan efek samping: efek yang timbul tetapi tidak diinginkan dapat merugikan atau berbahaya. 5. Klaim indikasi adalah pernyataan tentang indikasi obat yang dicantumkan dalam iklan. 6. Tayangan acara untuk ibu-ibu adalah jenis acara sinetron, infotainmen, serial drama, film, telenovela, dan program memasak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI