5. Tujuan iklan
WHO menyatakan bahwa tujuan iklan untuk masyarakat umum yaitu membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat
yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep Anonim, 1988. Berdasarkan sasarannya, Kotler 2003b menggolongkan tujuan iklan menjadi empat. Iklan
informatif untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru; iklan persuasif untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan
pembelian suatu produk atau jasa; iklan pengingat untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali; serta iklan penguatan yang dimaksudkan untuk
meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.
6. Fungsi iklan
Fungsi iklan meliputi: fungsi pemasaran menjual produk, fungsi komunikasi menyampaikan pesan, fungsi pendidikan mendidik mengenai
sesuatu, fungsi ekonomi menjadi penggerak ekonomi dan fungsi sosial menimbulkan dampak sosial psikologis Bovee dan Arens, 1986.
F. Peraturan Periklanan Bidang Obat
Upaya pengendalian informasi komersial untuk meningkatkan kerasionalan pengobatan sendiri, dilakukan Organisasi Kesehatan Sedunia WHO
dengan mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion sejak tahun 1988. Dicantumkan di dalamnya bahwa informasi
dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam meliputi: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. komposisi zat aktif dengan nama INN International Nonpropietary Names atau nama generik obatnya
2. merek dagang 3. indikasi utama
4. perhatian, kontraindikasi, dan peringatan 5. nama dan alamat produsen atau distributor
Diatur pula bahwa iklan obat untuk masyarakat dihimbau untuk membatasi indikasi, dan klaim obat dapat menyembuhkan, mencegah, atau meredakan
penyakit, harus dapat dibuktikan. Dengan mengacu pada Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion–
WHO, pemerintah juga mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386MENKESSKIV1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas.
Salah satu latar belakang dikeluarkannya pedoman ini adalah untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak
rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan. Berdasarkan Pedoman Periklanan Obat Bebas, iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai:
a. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN khusus untuk media cetak; untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus
dengan nama INN. b. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat.
c. Nama dagang obat. d. Nama industri farmasi.
e. Nomor pendaftaran khusus untuk media cetak.
Dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 41 ayat 2, dinyatakan: Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
memenuhi persyaratan obyektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386MENKESSKIV1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas menyatakan bahwa informasi mengenai produk
obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat 2 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:
1. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang
ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.
2. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat
obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping.
3. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung
jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan.
Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang
mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.02706 tahun 2002 tentang Promosi Obat, pasal 5,
dinyatakan bahwa promosi obat melalui media audio visual dan elektronik hanya diperbolehkan untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 386MENKESSKIV1994, tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, juga dinyatakan bahwa obat yang dapat diiklankan kepada
masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain.
Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 pasal 32 menyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya
dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Dalam Undang-Undang RI