Pengobatan Sendiri dan Masalah Informasi Obat Tanpa Resep

terjadinya kesalahan dalam penggunaan Sudarwanto, 1996. Berkaitan dengan hal tersebut, pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan obat yang rasional Anonim, 2002a. Prinsip pengobatan rasional meliputi indikasi tepat, penilaian kondisi pasien tepat, pemilihan obat tepat efektif, aman, dan ekonomis dan sesuai dengan kondisi pasien, dosis dan cara pemberian obat secara tepat, informasi untuk pasien secara tepat, serta evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat Anonim, 2000. Penilaian kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep, dapat ditinjau dari komponen rasional dan tidak rasional di bawah ini: Gambar 1. Prinsip-prinsip kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep Tepat indikasi, obat yang digunakan didasarkan pada diagnosis penyakit yang akurat. Tepat penderita yaitu tidak ada kontraindikasi. Tepat obat, pemilihan obat didasarkan pada pertimbangan rasio keamanan-kemanjuran yang terbaik. Tepat dosis, yaitu takaran, jalur, saat dan lama pemberian sesuai dengan kondisi penderita. Boros, misalnya menggunakan obat yang mahal padahal tersedia obat lebih murah dengan keamanan dan kemanjuran yang sebanding. Berlebihan, misalnya menggunakan obat yang tidak diperlukan atau dosis yang terlalu besar. Kurang, misalnya obat yang diperlukan tidak digunakan dalam jumlah yang cukup RASIONAL 4 asas tepat + 1 waspada 1. Tepat indikasi 2. Tepat penderita 3. Tepat obat 4. Tepat dosis 5. Waspada efek samping obat TIDAK RASIONAL 1. Boros 2. Berlebihan 3. Kurang 4. Salah 5. Majemuk polifarmasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau dosis tidak cukup. Salah yaitu bila pilihan obat kurang tepat dengan indikasi. Majemuk polifarmasi, misalnya dua obat atau lebih digunakan padahal satu atau dua obat sudah memberikan efek yang sama Donatus, 1997. Upaya penggunaan obat tanpa resep secara rasional tentunya harus melibatkan peran aktif tenaga farmasi, yang terutama berfungsi untuk memberikan informasi serinci mungkin mengenai obat-obat yang dibutuhkan oleh masyarakat Anonim, 2002a. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027MENKESSKIX2004, disebutkan bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leafletbrosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

C. Obat Tanpa Resep

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep di apotek dan toko obat berijin. Obat bebas terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355Dir.JenSK1969, harus dicantumkan tanda peringatan berwarna hitam pada wadah atau kemasannya, dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau disesuaikan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih. Sesuai obatnya, pemberitahuan tersebut adalah: P. no. 1. Awas Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam. Contoh: Decolgen tablet, Inza ® tablet P. no. 2. Awas Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine ® kumur P. no. 3. Awas Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Betadine ® untuk antiseptik lokal P. no. 4. Awas Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: rokok anti asma P. no. 5. Awas Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax ® supositoria P. no. 6. Awas Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol ® supositoria Sartono, 1993 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380ASKVI83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat 1 dan 2, menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919MENKESPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Obat tanpa resep memiliki perbandingan risiko dan manfaat yang menguntungkan pemakainya. Pada umumnya, obat golongan ini mempunyai batas keamanan cukup baik dengan indeks terapi lebar. Obat tanpa resep juga tidak boleh bersifat adiktif, penggunaannya sederhana tidak menggunakan injeksi dan tidak membutuhkan pemantauan, tidak mendorong terjadinya penyalahgunaan obat, serta tidak menimbulkan efek samping yang terlalu membahayakan seandainya terjadi kesalahan dalam penggunaan Sudarwanto, 1996. Terdapat beberapa obat tanpa resep yang sering digunakan masyarakat. 1. Obat pereda rasa sakit dan penurun demam analgesik-antipiretik Obat-obat yang dapat digunakan adalah parasetamol, asetosal, dan ibuprofen 200 mg. Contoh: Saridon ® tablet, Inzana ® tablet, Neo Rheumacyl ® tablet Anonim, 1997b. 2. Obat influenza flu Obat flu merupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat yaitu antihistamin untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan dan bersin-bersin atau reaksi alergi lain yang menyertai influenza misalnya klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, dekongestan hidung untuk mengurangi keluhan hidung tersumbat atau berair misalnya pseudoefedrin hidroklorida, fenilpropanolamin hidroklorida, analgesik-antipiretik, ekspektoran, dan antitusif. Contoh: Inza ® tablet, Procold ® kaplet Anonim, 1997b. 3. Obat batuk Obat batuk terbagi menjadi dua kelompok. Ekspektoran pengencer dahak untuk batuk berdahak, misalnya gliseril guaiakolat guaifenesin, amonium PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI