Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihatnya, sehingga dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat. Konimex,
Kalbe Farma, dan Dankos sebagai para produsen yang frekuensi iklannya di televisi paling tinggi lebih dari 10, terutama Konimex dengan frekuensi iklan
tertinggi, tentunya mengharapkan iklannya berdampak lebih kuat terhadap masyarakat pemirsa televisi dibandingkan obat-obat tanpa resep dari produsen lain
dalam penelitian ini. Dengan memberikan dampak yang kuat tersebut, selanjutnya diharapkan dapat terwujud tingkat konsumsi masyarakat yang relatif lebih tinggi
terhadap obat tanpa resep produksi mereka, sehingga biaya yang relatif besar untuk pemasangan iklan dapat segera kembali melalui hasil penjualan obat,
bahkan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep
Iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di media televisi swasta umumnya mempunyai durasi yang pendek, hal ini dikarenakan mahalnya biaya
pembuatan sekaligus penayangannya, bahkan menurut Kotler 2003b biaya iklan di televisi naik lebih cepat daripada media iklan lainnya. Sebagian besar produsen
obat tanpa resep tentunya hanya memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya pemasangan iklan yang tidak terlalu
besar, sehingga mereka tidak mau memperdulikan akibatnya bagi konsumen. Pendeknya durasi tayangan membuat daya tangkap konsumen menjadi terbatas,
sebab informasi tentang obat yang diiklankan tidak memungkinkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditayangkan semuanya. Hal ini membuat peran iklan sebagai sarana atau sumber informasi obat tanpa resep bagi masyarakat menjadi tidak efektif.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa 20,78 responden mengakui bahwa kelengkapan informasilah yang membuat iklan obat televisi
menjadi menarik Primantana, 2001. Iklan dianggap merupakan sarana informasi awal untuk memilih suatu produk obat. Informasi awal yang dirasakan lengkap
akan menarik konsumen untuk menggunakan obat tanpa resep yang diiklankan. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO 1988 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa
resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan.
Menurut Kriteria Etik Promosi Obat–WHO 1988, iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif,
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun
1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan indikasi, informasi keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut
bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal
yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping. Iklan obat juga harus mencantumkan spot peringatan perhatian BACA ATURAN
PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI