Langkah-langkah Membuat Modul Pembuatan Modul Bimbingan

hormat santun antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadikan peneliti lebih yakin untuk melakukan penelitian mengenai adanya perbedaan sikap karakter yang dimiliki oleh siswa dan siswi di sekolah menengah pertama, dan lebih mengembangkan lebih dalam berbagai fakta yang terjadi pada siswa dan siswi di SMP mengenai sikap karakter yang dimiliki.

I. Kerangka Pikir

Pendidikan Karakter terintegrasi merupakan salah satu pengembangan pendidikan nasional di Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai pengembangan potensi peserta didik dalam membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melalui upaya pendidikan karakter secara terintegrasi yang dilaksanakan di sekolah diharapkan membawa peserta pada sikap yang lebih menjunjung nilai-nilai kehidupan yang tinggi. Pendidikan karakter terintegrasi yang dilaksanakan di sekolah terpadu dalam tiga hal, yaitu: terpadu dalam mata pelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan kesiswaan. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi ketiga hal tersebut yang menjadi acuan yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Namun, selain melalui faktor pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi yang dilaksanakan sekolah terdapat faktor lain yang mempengaruhi tingkat hasil pendidikan karakter. Faktor lain tersebut dilihat dari perbedaan jenis kelamin siswa. Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini dikarenakan cara penerimaan pendidikan karakter dan perilaku yang ditunjukkan antara siswa laki-laki dan perempuan tersebut berbeda. Sehingga menimbulkan hasil perilaku pendidikan karakter yang berbeda pula. SMP Negeri 6 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter terintegrasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah selama ini. Oleh karenanya, peneliti ingin mengetahui seberapa tingkat ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi di sekolah tersebut dan dari perbedaan karakteristik siswa menurut jenis kelamin peneliti juga ingin mengetahui adakah perbedaan hasil pendidikan karakter siswa menurut perbedaan jenis kelaminnya. Untuk menentukan keberhasilan pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMP Negeri 6 Surakarta, dinyatakan dalam penilaian menggunakan instrumen yaitu kuesioner dalam bentuk semantic differensial. Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi dan di Tinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin siswa

J. Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti memiliki hipotesis yang digunakan sebagai acuan dalam menjawab sebuah rumusan masalah yang di uji kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam permasalahan ini adalah: Ha: Terdapat perbedaan signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi antara siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta. Ho: Tidak terdapat perbedaan signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi antara siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta. Pendidikan Karakter Secara Terintegrasi 1. Terintegrasi dalam Pembelajaran 2. Terintegrasi dalam Manajemen Sekolah 3. Terintegrasi dalam Kegiatan Kesiswaan Perbedaan Jenis Kelamin Ketercapaian hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi dan ditinjau dari perbedaan Jenis Kelamin Siswa