Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                                                                                Keempat ,  faktor  lain  dari  pendidikan  karakter  terintegrasi  adalah
pendidikan karakter terintegrasi dengan kegiatan kesiswaan di sekolah. Bagian ini tergambar dari berbagai kegiatan yang dilakukan sekolah di
luar  jam  pelajaran  yang  ada  dilaksanakan  dengan  memasukkan  nilai- nilai  karakter  yang  sesuai  pada  setiap  kegiatan  yang  diadakan.
Kegiatan-kegiatan siswa di luar sekolah ini dimaksudkan selain untuk mengembangkan  potensi,  minat,  dan  bakat  siswa  juga  dimaksudkan
untuk  menanamkan  nilai-nilai  luhur  yang  bisa  dilakukan  siswa sehingga menjadi kebiasaan dalam bertindak di kehidupan sehari-hari.
Apabila  di  sekolah-sekolah  terdapat  banyak  kegiatan  kesiswaan  yang diadakan  tetapi  kurang  memperhatikan  tujuan  dan  maksud  dari
masing-masing  kegiatan  maka  nilai-nilai  karakter  yang  dimasukkan dalam  kegiatan  kesiswaan  tersebut-pun  kurang  memberikan  dampak
yang optimal bagi pendidikan karakter terintegrasi. Kelima
,  faktor  lain  dari  hasil  pendidikan  karakter  yang  cukup tersebut  kemungkinan  juga  dipengaruhi  hal  evaluasi  atau  monitoring
dari  program  pendidikan  karakter  terintegrasi  yang  sudah  dimiliki sekolah.  Monitorinng  dan  evaluasi  sangat  penting  dikarenakan  untuk
memperoleh  gambaran  sejauh  mana  pelaksanaan  pendidikan  karakter itu  berjalan,  mengumpulkan  data  dan  menganalisisnya  untuk
menyusun  rekomendasi  perbaikan  pelaksanaan  program  pendidikan karakter  ke  depan  tindak  lanjut.  Maka  dari  itu  jika  sekolah  sudah
memiliki  program  pendidikan  karakter  terintegrasi,  dan  sudah
melaksanakannya  tanpa  ada  monitoring  dan  evaluasi  program  maka pendidikan karakter terintegrasi di sekolah hanya akan berjalan begitu
saja  tanpa  ada  penilaian  untuk  mengetahui  ketercapaian  pelaksanaan dan tidak ada perbaikan  untuk  menindak lanjuti  program  pelaksanaan
yang kurang maksimal. Maka dari itu, monitoring dan evaluasi sebuah program  apalagi  program  pendidikan  karakter  terintegrasi  di  sekolah
yang  memiliki  cakupan  dan  tanggung  jawab  besar  terhadap perkembangan  moral  dan  karakter  siswa  yang  lebih  baik  sangat  perlu
dilakukan. Keenam
,  selain  faktor-faktor  di  atas  yang  menentukan keberhasilan  tingkat  hasil  pendidikan  karakter  di  SMP  Negeri  6
Surakarta  faktor  lain  juga  sangat  berpengaruh  terhdapap  hasil pendidikan  karakter  pada  siswa.  Faktor  pendidikan  karakter  yang
dimaksud  adalah  faktor  dari  lingkungan  tempat  tinggal  keluarga maupun  dari  lingkungan  masyarakat.  Kerjasama  dari  berbagai
stakeholder yang  ada  kaitannya  dengan  penanaman  karakter  siswa
sangat  diperlukan  di  era  globalisasi  yang  semakin  maju  dan  canggih ini, agar para siswa tetap memiliki nilai luhur yang menjadi pedoman
bagi kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang. Uraian  di  atas  adalah  uraian  hasil  pendidikan  karakter  di  SMP
Negeri  6  Surakarta  dan  beberapa  faktor  yang  kemungkinan mempengaruhi  keberhasilan  pendidikan  karakter  terintegrasi  secara
umum di sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan karakter terintegrasi.
Selain  hasil  pendidikan  karakter  secara  umum,  di  SMP  Negeri  6 Surakarta  juga  terdapat  perbedaan  hasil  pendidikan  karakter
terintegrasi  antara  siswa  dan  siswi  pada  Tahun  Ajaran  20132014. Berdasarkan  analisis  data  hasil  pendidikan  karakter  terintegrasi  pada
siswa  dan  siswi  di  SMP  Negeri  6  Surakarta  menunjukkan  bahwa  ada perbedaan hasil pendidikan karakter antara kelompok siswa dan siswi.
Perbedaan  hasil  tersebut  menunjukkan  bahwa  kelompok  siswi memiliki  hasil  pendidikan  karakter  terintegrasi  yang  lebih  tinggi
daripada kelompok siswa. Perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi antara siswa dan
siswi  di  SMP  Negeri  6  Surakarta  yang  menunjukkan  bahwa  adanya perbedaan  perilaku  karakter  yang  dipahami  dan  ditunjukkan  dalam
kehidupan  sehari-hari  oleh  masing-masing  individu  khususnya individu  yang  dipengaruhi  oleh  faktor  jenis  kelamin  baik  di  dalam
lingkungan sekolah, lingkungan rumah, maupun lingkungan sosialnya. Selain  itu,  siswa  dan  siswi  pada  masa  tersebut  sedang  berada  pada
tahap perekembangan remaja hal ini juga mempengaruhi pola perilaku yang ditunjukkan oleh para kelompok siswa maupun siswi.
Dari  hasil  uji  beda  yang  menunjukkan  bahwa  hasil  pendidikan karakter terintegrasi  kelompok siswi lebih tinggi  dibanding kelompok
siswa,  hal  ini  kembali  menegaskan  bahwa  adanya  karakteristik  yang
berbeda  yang  dimiliki  oleh  masing-masing  individu  dalam  hal  ini kaitannya  dengan  faktor  perbedaan  jenis  kelamin  yang  ada.  Laki-laki
dan perempuan berebeda, baik dari fisik maupun psikologisnya. Selain itu  juga  dari  berbagai  bidang  kehidupan  nyata  seperti  pendidikan,
pergaulan,  keluarga,  cara  berpikir,  dan  sebagainya.  Perbedaan  hasil pendidikan  karakter  terintegrasi  pada  siswa  dan  siswi  sejalan  dengan
ungkapan  Santrock  2002  yang  menyebutkan  bahwa  perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari beberapa
hal. Pertama
,  perbedaan  hasil  pendidikan  karakteristik  antara  siswa dan siswi dilihat karakteristik dari perubahan pubertas dan seksualitas.
Karakteristik  yang  pertama  tersebut  menyebutkan  bahwa  perempuan lebih  sensitif  dan  hangat  dibanding  laki-laki  yang  asertif,  sombong,
dan  merasa  dirinya  kuat.  Sehingga  dari  karakteristik  tersebut perempuan  lebih  berperilaku  yang  berhati-hati,  tenang,  dan  lebih
terarah  karena  merasa  dirinya  adalah  seseorang  yang  memang  harus berperilaku  demikian  yang  menunjukkan  bahwa  perilaku  perempuan
harus  baik  dan  tidak  menyakiti.  Berbeda  dengan  laki-laki  yang memiliki  karakteristik  asertif,  sombong,  dan  kuat.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  laki-laki  adalah  sosok  yang  kuat  besar  penuh aktivitas dan harus berani sehingga terkadang apa yang dilakukan oleh
laki-laki tidak terkontrol oleh dirinya sehingga terlihat tidak teratur dan terarah.
Kedua, perbedaan  hasil  pendidikan  karakter  terintegrasi  pada
siswa  dan  siswi  juga  dapat  dilihat  karakteristik  laki-laki  dan perempuan  dari  pengaruh  orang  tua.  Pengaruh  orang  tua  juga  dapat
membedakan perilaku antara siswa dan siswi. Laki-laki yang dibiarkan bersikap  lebih  mandiri  dibanding  perempuan  terkadang  membuat
perilaku yang ditunjukkan laki-laki lebih bebas dan semaunya sendiri. Berbeda  dengan  perempuan  yang  lebih  dimonitor  atau  diawasi  lebih
intensif oleh orang tua maka perilaku yang ditunjukkan pun akan lebih memiliki  batasan-batasan  tertentu  yang  dianggap  baik,  karena  segala
sikap  yang  ditunjukkan  oleh  perempuan  secara  disadari  terlihat  di monitoring
oleh  orang  tua.  Sehingga,  dalam  berperilaku  siswa  lebih bebas  untuk  melakukan  sesuatu  yang  diinginkan  karena  orangtua
biasanya  sudah  mempercayakan  bahwa  anaknya  adalah  seorang  laki- laki  yang  memang  perlu  memiliki  banyak  aktivitas  dibanding  dengan
orangtua  siswi  yang  menganggap  bahwa  perempuan  perlu  memilih aktivitas  apa  saja  dan  perilaku  apa  saja  yang  pantas  atau  tidak  pantas
dilakukannya. Ketiga
,  hasil  perbedaan  pendidikan  karakter  terintegrasi  pada siswa  dan  siswi  juga  terlihat  dari  pandangan  guru  terhadap  perilaku
individu  tersebut  saat  berada  di  sekolah.  Laki-laki  dalam  hal kepatuhan,  mengikuti  aturan,  dan  ketertiban  cenderung  kurang
dibandingkan  perempuan.  Perempuan  lebih  patuh  dan  cenderung mendengarkan  guru  secara  baik  apa  yang  menjadi  kewajiban  yang
harus  dijalaninya  mengikuti  aturan  yang  berlaku  di  sekolah.  Hal  ini terlihat  dari  contoh  peraturan  sekolah,  anak  perempuan  lebih  tertib
dalam hal keberangkatan jam masuk sekolah sedangkan anak laki-laki cenderung  lebih  sering  terlambat  saat  berangkat  sekolah.  Kemudian
dalam  hal  memperhatikan  pelajaran  di  kelas  anak  perempuan  lebih seksama apa  yang menjadi bahan ajar  yang disampaikan guru, namun
berbeda  dengan  anak  laki-laki  yang  cenderung  cuek.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  anak  perempuan  cenderung  memilih  suatu  hal
yang  dianggap  aman  dan  tidak  menimbulkan  sebuah  masalah,  tetapi berbeda  dengan  anak  laki-laki,  mereka  cenderung  menyepelekan
peraturan  dan  memilih  sesuatu  yang  menantang  dirinya  untuk  lebih menunjukkan  bahwa  jika  laki-laki  itu  harus  berani  mengadapi
tantangan meskipun tantangan tersebut adalah sesuatu yang merugikan dirinya  bahkan  orang  lain.  Dari  segi  permasalahan,  anak  laki-laki
dianggap memiliki banyak permasalahan dalam belajar dibanding anak perempuan. Anak laki-laki  sering bermain  dan melakukan banyak hal
di  luar  rumah  sehingga  anak  laki-laki  kurang  memperhatikan  jadwal belajar  yang  mempengaruhi  nilai  hasil  belajarnya.  Permasalahan  ini
terlihat  di  saat  anak  laki-laki  berada  di  kelas  cenderung  sering menyontek  saat  mengerjakan  tugas  atau  PR,  kurang  bisa  menjawab
pertanyaan  saat  ditanya  guru,  dan  lain-lain.  Berbeda  dengan  anak perempuan yang lebih tekun lebih sering di rumah untuk mengerjakan
tugas  atau  mempunyai  jadwal  khusus  untuk  belajar  sehingga  prestasi anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki.
Keempat, dari berbagai faktor perbedaan karakteristik antara laki-
laki  dan  perempuan  di  atas  perbedaan  hasil  pendidikan  karakter terintegrasi pada siswa dan siswi juga terlihat dari sosio-emosionalnya.
Pada remaja laki-laki cenderung memiliki kontrol diri yang rendah dan lebih  menonjol  pada  agresi  fisik.  Sehingga  laki-laki  jika  memiliki
suatu  masalah  dengan  orang  lain  lebih  memilih  menyelesaikannya secara  tergesa-gesa  sesuai  dengan  emosi  yang  dialami  dan  cenderung
memilih  beradu  fisik  sebagai  jalan  penyelesainnya.  Namum  berbeda dengan  laki-laki,  perempuan  lebih  cenderung  memiliki  agresivitas
pada  verbalnya.  Perempuan  saat  memiliki  masalah  dengan  orang  lain cenderung  menonjolkan  emosi  verbalnya  yaitu  kata-kata  yang  pedas
maupun kata-kata yang dianggap bisa mewakili perasaan yang sedang dialaminya.  Sehingga,  perbedaan  karakteristik  dari  kelompok  jenis
kelamin  tersebut  dapat  dilihat  dari  beberapa  kasus  remaja  sekolah akhir-akhir  ini  seperti  remaja  laki-laki  tawuran  dengan  siswa  sekolah
lain  dan  remaja  putri  lebih  cenderung  meluapkan  kekesalannya  lewat kata-kata yang dirangkai di media sosial yang ada.
Dari  berbagai  perbedaan  karakteristik  antara  siswa  dan  siswi tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  perbedaan  signifikan
perilaku karakter  antara  siswa dan siswi di  sekolah terkhusus  di  SMP Negeri 6 Surakarta yang dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik jenis
kelamin. Perempuan memiliki karakter yang lebih baik dibanding laki- laki. Sehingga, dalam menanamkan karakter  yang dimiliki oleh siswa
ternyata  memang  perlu  memperhatikan  masing-masing  karakteristik jenis  kelaminnya.  Hal  ini  dimaksudkan  agar  pemahaman  nilai-nilai
karakter  yang  disampaikan  kepada  siswa  tersampaikan  dengan  baik sesuai  cara  pandang  dan  karakteristik  siswa  yang  dilihat  dari
perbedaan jenis kelaminnya. Sehingga, setiap siswa meskipun berbeda jenis  kelamin  benar-benar  memiliki  pemahaman  dan  menjiwai  nilai-
nilai  karakter  yang  sudah  di  dapatkannya  secara  optimal  melalui aplikasi  diri  lewat  perilaku  yang  ditunjukkannya  dalam  kehidupan
sehari-hari dalam berbagai hal dan aspek kehidupan. Dengan memiliki karakter yang kuat dari dalam diri individu baik
laki-laki  maupun  perempuan  akan  memiliki  kekuatan  diri  yang tangguh  dalam  menghadapi  segala  tantangan  di  berbagai  kehidupan
yang akan datang. Nilai karakter akan tertanam kuat pada diri individu apabila  individu  memiliki  kesadaran  penuh  bahwa  nilai-nilai
kehidupan yang luhur perlu dimiliki sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan  sehari-hari  agar  baik  dalam  kehidupan  pribadi,  keluarga,
sekolah, maupun dalam kehidupan sosialnya. Pada  penelitian  hasil  pendidikan  karakter  di  sekolah  menengah
pertama  SMP,  yang  menggunakan  kuesioner  sebagai  alat  untuk mengukur  hasil  pendidikan  karakter  terintegrasi  di  SMP  Negeri  6
Surakarta.  Kuesioner  tersebut  terdiri  dari  50  item  pertanyaan  dan
pernyataan  yang  menggambarkan  nilai  karakter.  Tetapi,  setelah  di  uji validitas  ada  40  item  yang  dianggap  valid  dan  terdapat  10  item  yang
dianggap  gugur  dan  tidak  bisa  diikutkan  dalam  penghitungan  hasil. Item-item  ini  selain  menunjukkan  hasil  pendidikan  karakter  secara
keseluruhan  juga  menunjukkan  item-item  mana  Yang  teridentifikasi dalam  kategori  belum  optimal  sehinga  perlu  adanya  perbaikan  dalam
pengembangan pendidikan karakter berikutnya. Pada  kelompok  siswa  terdapat  sembilan  item  pertanyaan  dan
pernyataan  yang  termasuk  termasuk  dalam  kategori  belum  optimal. Kesembilan  item  tersebut  dijadikan  sebagai  bahan  acauan  pembuatan
silabus.  Dari  kesembilan  item  terendah  yang  ada  menggambarkan  6 nilai  karakter  tergolong  memiliki  kategori  nilai  karakter  yang  belum
optimal  pula.  Nilai-nilai  karakter  yang  belum  optimal  ini  menjadi bahan acuan pembuatan modul bimbingan.
Sedangkan  pada  kelompok  siswi  terdapat  5  item  yang  termasuk dalam  kategori  belum  optimal.  Kelima  item  ini  juga  menjadi  bahan
acuan dalam pembuatan silabus. Kemudian, dari kelima item terendah tersebut  juga  menggambarkan  5  nilai  karakter  tergolong  memiliki
kategori nilai karakter yang rendah pula, yang dijadikan sebagai bahan acuan pembuatan modul bimbingan. Nilai-nilai karakter tersebut antara
kelompok  siswa  dan  siswi  hanya  berbeda  satu  nilai  karakter  yang rendah. Jika kelompok siswa nilai-nilai karakter  yang rendah meliputi
bergaya  hidup  sehat;  kerja  keras;  berpikir  logis,  kritis,  kreatif,  dan
inovatif;  percaya  diri;  patu  pada  peraturan  sosial;  dan  nasionalis. Sedangkan  untuk  kelompok  siswi  ada  5  nilai-nilai  karakter  yang
tergolong  belum  optimal  yang  meliputi  bergaya  hidup  sehat;  kerja keras;  berpikir  logis,  kritis,  kreatif,  dan  inovatif;  patu  pada  peraturan
sosial;  dan  nasionalis.  Berikut  item-item  pernyataan  dan  nilai-nilai karakter yang termasuk dalam kategori belum optimal.
Tabel 15. Item Pernyataan dan Nilai Karakter Belum Optimal pada
Kelompok Siswa dan Siswi
No Item Rendah
Kelompok Siswa Item Rendah Kelompok
Siswi Nilai Karakter
Rendah Kelompok Siswa
Nilai Karakter Rendah Kelompok
Siswi
1.
Keteraturan  waktu makan  saya  setiap
hari
. 6
Keteraturan waktu
makan saya
setiap hari
. 6 Disiplin
Disiplin
2. Saya
sudah mengerjakan  tugas  saya
sendiri  tanpa  bantuan orang lain. 11
Saya  sudah  mengerjakan tugas  saya  sendiri  tanpa
bantuan orang lain. 11 Kerja keras
Kerja keras
3. Apakah
saya sudah
berani  tampil  di  depan kelas? 13
Percaya diri 4.
Demi kelancaran
sekolah  saya,  apapun yang
saya ingin
seharusnya dipenuhi
oleh  orang  tua  saya. 18
Berpikir  logis,  kritis, kreatif, dan inovatif
5. Bagiku  sesuatu  yang
baru dan
unik itu
sangtlah sulit. 19 Bagiku  sesuatu  yang  baru
dan  unik  itu  sangtlah  sulit. 19
Berpikir  logis,  kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir  logis,  kritis, kreatif, dan inovatif
6. Apakah  saya  memilah
sampah sebelum
dibuang di
tempoat sampah  organik,  non
organik. 26 Apakah
saya memilah
sampah  sebelum  dibuang di tempat sampah organik,
non organik. 26 Patuh
pada aturan-
aturan sosial Patuh
pada aturan-
aturan sosial
7. Saya
memanfaatkan waktu  belajar  di  rumah
ketika malam hari. 27 Patuh
pada aturan-
aturan sosial 8.
bagiku menghafal 5 sila dalam  pancasila  tanpa
menerapkan sila-sila
tersebut  sudah  cukup. 37
bagiku  menghafal  5  sila dalam
pancasila tanpa
menerapkan sila-sila
tersebut sudah cukup. 37 Nasionalis
Nasionalis
9. Bagiku
mengenal budaya
dari daerah
sendiri  sudah  cukup. 38
Nasionalis
Dengan  melihat  beberapa  item  dan  nilai  karakter  yang  rendah tersebut selanjutnya menjadi bahan untuk membuat silabus dan modul
bimbingan  sebagai  contoh  acuan  dalam  pendidikan  karakter terintegrasi  di  sekolah.  Selain  untuk  lebih  memudahkan  guru
memberikan  nilai-nilai  karakter  yang  ditanamkan  kepada  siswa, silabus  dan  modul  bimbingan  juga  diharapkan  meningkatkan
penanaman  nilai-nilai  karakter  kepada  siswa  lewat  berbagai  kegiatan yang  direncanakan.  Dengan  menggunakan  perencanaan  yang  matang,
sehingga kegiatan-kegiatan yang digunakan dalam menanamkan nilai- nilai karakter dibuat semenarik mungkin sehingga siswa maupun siswi
menyerap  lebih  dalam  maksud  dan  tujuan  nilai  karakter  yang  perlu dimiliki  oleh  dirinya  tersebut.  Penyusunan  silabus  dan  contoh  modul
bimbingan terdapat pada lampiran.
91
                