Hasil pendidikan karakter pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus.
ABSTRAK
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014
dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 20013/2014. Masalah yang diteliti adalah (1) “Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi?”. (2) “Adakah perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta?”. (3) “Butir-butir karakter mana yang capaian skornya teridentifikasi rendah serta implikatif bagi pembuatan silabus dan modul bimbingan?”.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 115 siswa. Siswa berjumlah 52 orang dan siswi berjumlah 63 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner hasil pendidikan karakter yang berjumlah 40 item pernyataan tipe Semantic Differensial. Teknik analisis data deskriptif kategorisasi berdasarkan kategori
PAP tipe I. Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Uji beda skor rata-rata dari masing-masing kelompok siswa dan siswi menggunakan teknik t-tes.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 6 Surakarta termasuk dalam kategori cukup. (2) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter antara kelompok siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta, hasil pendidikan karakter terintegrasi pada kelompok siswi lebih baik dibanding kelompok siswa. (3) Ditemukan 9 butir dari 6 nilai karakter pada kelompok siswa tergolong rendah dan 5 butir dari 5 nilai karakter pada kelompok siswi tergolong rendah yang dijadikan bahan acuan pembuatan silabus dan modul bimbingan.
(2)
ABSTRACT
OUTCOME ACHIEVEMENT OF THE CHARACTER EDUCATION FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
(An Evaluative Analysis on the Results of an Integrated Character Education in terms of Gender among the Students SMP NEGERI 6 SURAKARTA Academic Year 2013/2014 and its Implications on Syllabus & Guidance Module
Preparation)
Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma
2015
This study is an evaluative descriptive study aimed to gain an overview of the results of the integrated character education in SMP Negeri 6 Surakarta Academic Year 2013/2014. The problems being investigated were (1) "How successful is the integrated character education?” (2) "Are there differences in the results of the integrated character education on male and female students at SMP Negeri 6 Surakarta?" (3) "Which items of the character values are scored low and what are their implications on the syllabus and guidance module development?"
This research is a descriptive study using a survey method. The subjects were 115 seventh and eighth grade students of SMP Negeri 6 Surakarta academic year 2013/2014. There were 52 male students and 63 female students. The research instrument was a 40-item questionnaire using Semantic Differential statement on the results of character education. The descriptive data analysis techniques used categorization based on criterion-referenced evaluation type I. This category consists of five levels, namely very good, good, fair, poor, and very poor. The comparative test of the mean scores of each group of male and female students used a t-test technique.
The results were: (1) Overall, the results of the integrated character education among the male and female VII and VIII students class in SMP Negeri 6 Surakarta were categorized as fair. (2) There were differences of significant in the outcomes of the integrated character education between male and female groups of students in SMP Negeri 6 Surakarta, in which the female students scored better than the male students. (3) Nine items of 6 character values among the male students were considered as low and 5 items of 5 character in the female group of students were considered as low and which is used the reference materials to develop syllabus and guidance modules.
(3)
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014
dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Sumsumi Dewi NIM : 111114012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
i
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014
dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Sumsumi Dewi NIM : 111114012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tak akan pernah ada Keberhasilan tanpa adanya Perjuangan
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani
Jangan pernah menyerah jika merasa masih bisa maju (Mahatma Gandi)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa
2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD 3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
4. SMP Negeri 6 Surakarta
5. Orang tuaku tercinta Bapak Sruwiyono dan Ibu Warsini
6. Kedua adikku Budi Sentosa dan Sri Utami 7. Teman-teman Tercinta
(8)
(9)
(10)
vii
ABSTRAK
HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi
ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014
dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)
Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 20013/2014. Masalah yang diteliti adalah
(1) “Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi?”. (2) “Adakah perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi di SMP Negeri 6
Surakarta?”. (3) “Butir-butir karakter mana yang capaian skornya teridentifikasi rendah serta implikatif bagi pembuatan silabus dan modul bimbingan?”.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 115 siswa. Siswa berjumlah 52 orang dan siswi berjumlah 63 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner hasil pendidikan karakter yang berjumlah 40 item pernyataan tipe Semantic Differensial. Teknik analisis data deskriptif kategorisasi berdasarkan kategori
PAP tipe I. Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Uji beda skor rata-rata dari masing-masing kelompok siswa dan siswi menggunakan teknik t-tes.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) Hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 6 Surakarta termasuk dalam kategori cukup. (2) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil pendidikan karakter antara kelompok siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta, hasil pendidikan karakter terintegrasi pada kelompok siswi lebih baik dibanding kelompok siswa. (3) Ditemukan 9 butir dari 6 nilai karakter pada kelompok siswa tergolong rendah dan 5 butir dari 5 nilai karakter pada kelompok siswi tergolong rendah yang dijadikan bahan acuan pembuatan silabus dan modul bimbingan.
(11)
viii
ABSTRACT
OUTCOME ACHIEVEMENT OF THE CHARACTER EDUCATION FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
(An Evaluative Analysis on the Results of an Integrated Character Education in terms of Gender among the Students SMP NEGERI 6 SURAKARTA Academic Year 2013/2014 and its Implications on Syllabus & Guidance Module
Preparation)
Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma
2015
This study is an evaluative descriptive study aimed to gain an overview of the results of the integrated character education in SMP Negeri 6 Surakarta Academic Year 2013/2014. The problems being investigated were (1) "How successful is the integrated character education?” (2) "Are there differences in the results of the integrated character education on male and female students at SMP Negeri 6 Surakarta?" (3) "Which items of the character values are scored low and what are their implications on the syllabus and guidance module development?"
This research is a descriptive study using a survey method. The subjects were 115 seventh and eighth grade students of SMP Negeri 6 Surakarta academic year 2013/2014. There were 52 male students and 63 female students. The research instrument was a 40-item questionnaire using Semantic Differential statement on the results of character education. The descriptive data analysis techniques used categorization based on criterion-referenced evaluation type I. This category consists of five levels, namely very good, good, fair, poor, and very poor. The comparative test of the mean scores of each group of male and female students used a t-test technique.
The results were: (1) Overall, the results of the integrated character education among the male and female VII and VIII students class in SMP Negeri 6 Surakarta were categorized as fair. (2) There were differences of significant in the outcomes of the integrated character education between male and female groups of students in SMP Negeri 6 Surakarta, in which the female students scored better than the male students. (3) Nine items of 6 character values among the male students were considered as low and 5 items of 5 character in the female group of students were considered as low and which is used the reference materials to develop syllabus and guidance modules.
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
perlindungan, pendampingan, dan penyertaannya selama proses persiapan dan
pelaksanaan penyelesaian penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari dukungan, doa, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dari
hati yang paling dalam kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi dan Konseling
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk penulisan
skripsi ini, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing
dengan kesabaran dan memberikan masukan yang berarti kepada penulis
guna meningkatkan kualitas skripsi ini.
2. Seluruh Bapak Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah bersedia
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh teman-teman Bimbingan dan Konseling 2011 dan anggota
STRANAS 2014 yang telah bersedia bekerja sama dalam membuat
instrumen penelitian secara bersama-sama.
4. Siswa kelas VII D, E dan VIII E, G SMP Negeri 6 Surakarta, atas
(13)
x
5. Bapak dan Ibu tercinta Sruwiyono, Warsini atas dukungan, doa restu,
kasih sayang, perhatian, dan biaya yang telah diberikan selama menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
6. Kedua adik tercinta Budi Sentosa dan Sri Utami yang telah memberikan
semangat dan doa.
7. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angakatan 2011 yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan doanya secara terkhusus kepada
Reny, Martha, Ocha, Sugeng, Pipit, Tika, Melani, Agnes, Sr. Siti, Sr. Kiki,
Sandy, Nurul, dan lain lain. Yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
8. Teman-teman kost yang telah memberikan semangat dan dukungan,
terkhusus kepada Ela, Vidi, Niken.
9. Teman-temanku tercinta Nety, Putri, Sari, mbak Nandi, Delfian, mbak
Sefin, Mbak Chika, dan lain-lain yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
10.Sepupu-sepupu tercinta, khususnya kepada mbak Risa, mbak Wiwik, Kila,
mbak Citra yang selalu memberikan semangat dan kesabarannya dalam
mendengarkan segala keluh kesah yang penulis alami.
11.Khususnya kepada Bli Ketut Adi Apriawan yang telah mengajarkan arti
sebuah kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
(14)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
Bab I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Operasional Variabel ... 9
Bab II LANDASAN TEORI ... 10
A. Hakikat Pendididikan Karakter ... 10
1. Definisi Karakter ... 11
2. Definisi Pendidikan Karakter ... 11
(15)
xii
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 13
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 14
6. Aspek-aspek Nilai Pendidikan Karakter... 18
7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 22
8. Tahapan Pengembangan Karakter ... 24
B. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 25
1. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Pembelajaran ... 25
2. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Manajemen Sekolah ... 29
3. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Kegiatan Kesiswaan ... 30
C. Hakikat Remaja ... 31
1. Pengertian Remaja ... 31
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 32
D. Hakikat Siswa dan Jenis Kelamin ... 33
1. Definisi Siswa atau Peserta Didik ... 33
2. Karakteristik Siswa ... 33
3. Karakter Siswa atau Peserta Didik SMP ... 34
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Siswa menurut Jenis Kelamin ... 35
5. Perbedaan Karakter Siswa menurut Jenis Kelamin ... 35
E. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter... ... 38
1. Pengertian Evaluasi Hasil dan Tujuan ... 38
2. Ciri-ciri atau Persyaratan Evaluasi Program ... 39
3. Manfaat Evaluasi Program ... 40
4. Langkah-langkah Evaluasi Program ... 42
5. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 42
F. Pembuatan Silabus ... 43
G. Pembuatan Modul Bimbingan ... 44
H. Hasil Penelitian Relevan ... 47
I. Kerangka Pikir ... 48
(16)
xiii
Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 52
A. Jenis Penelitian ... 52
B. Subyek Penelitian ... 52
C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 53
1. Cara Pemberian Skor Item ... 54
2. Konstruk Intrumen ... 54
3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56
a. Validitas ... 56
b. Reliabilitas ... 58
D. Uji Empirik Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter di SMP ... 60
1. Validitas Kuesioner ... 60
2. Reliabilitas Kuesioner ... 62
E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data ... 62
1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 62
2. Teknik Analisis Data ... 63
F. Uji Hipotesis Penelitian ... 66
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Hasil Penelitian ... 68
1. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta ... 68
2. Perbedaan Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi antara Siswa dan Siswi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 70
3. Mengidentifikasi item-item Pernyataan dan Nilai-nilai Karakter yang Teridentifikasi Belum Optimal di SMP Negeri 6 Surakarta ... 71
(17)
xiv
Bab V PENUTUP ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Keterbatasan ... 93
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 96
(18)
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut Abu
Ahmadi & Munawar Sholeh ... 36
2. Tabel 2. Perbedaan Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut John W. Santrock ... 37
3. Tabel 3. Subyek Penelitian ... 53
4. Tabel 4. Konstruk Instrumen Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi SMP Negeri 6 Surakarta ... 55
5. Tabel 5. Kriteria Guilford ... 60
6. Tabel 6. Penggolongan Item Valid dan Tidak Valid ... 61
7. Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 62
8. Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 65
9. Tabel 9. Kategorisasi Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 66
10.Tabel 10. Data Siswa dan Siswi ... 66
11.Tabel 11. Kategorisasi Tingkat Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 68
12.Tabel 12. Kategori Skor Item Pendidikan Karakter Siswa di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 71
13.Tabel 13. Kategori Skor Item Pendidikan Karakter Siswi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 73
14.Tabel 14. Item-item Pernyataan & Nilai Karakter yang Terindikasi Belum Berhasil ... 75
15.Tabel 15. Item Pernyataan dan Nilai Karakter Belum Optimal pada Kelompok Siswa dan Siswi ... 90
(19)
xvi
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1. Tingkat Hasil Pendidikan Karakter Siswa
SMP Negeri 6 Surakarta ... 69
(20)
xvii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi dan di Tinjau dari Perbedaan
(21)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi SMP 97
2. Lampiran 2 : Hasil Data Subyek ... 105
3. Lampiran 3 : Validitas Item ... 114
4. Lampiran 4 : Reliabilitas ... 118
5. Lampiran 5 : Uji T-test ... 119
6. Lampiran 6 : Contoh Silabus Bimbingan dan Konseling... 120
7. Lampiran 7 : Contoh Modul Bimbingan ... 127
(22)
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Para pendiri bangsa ini sangat mengerti pentingnya pendidikan dari
bangsa ini. Untuk itulah pendidikan ditempatkan di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara
tidak hanya ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan umum, tetapi juga
mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan untuk menjadi manusia seperti
di atas diperlukan sebuah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai yang
berguna dalam kehidupan nyata, pendidikan tersebut dinamakan
(23)
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang selama ini
dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia dalam upaya
menjadikan manusia yang lebih berkualitas, salah satu ciri dari manusia
berkualitas adalah manusia yang memiliki good character. Dengan
memiliki karakter yang baik dan kuat dari setiap individunya maka sebuah
bangsa memiliki aset besar dalam memajukan kehidupan bangsanya.
Karakter yang baik akan membentuk rantai generasi turun menurun yang
baik pula pada setiap insan individu. Sehingga, jika nilai karakter yang
kuat diturunkan kepada generasi berikutnya maka tidak diragukan lagi
bahwa sebuah bangsa memiliki identitas dan kekuatan yang optimal dalam
memajukan seluruh aspek kehidupan bangsa.
Dalam wacananya Menteri Pendidikan Mohamad Nuh juga telah
mencanangkan tema peringatan Pendidikan Karakter sebagai Pilar
Kebangkitan Bangsa, pada Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2011.
Penggalakan Pendidikan Karakter tersebut menjadi sangat penting dengan
adanya fakta di Indonesia bahwa terdapat 180.000 siswa membolos setiap
hari karena kasus kekerasan dan pemalakan (bullies), 83 % siswa
perempuan dan 60 % siswa laki-laki telah mengalami pelecehan seksual di
sekolah, 54 % siswa SMP mengaku telah berbuat curang pada saat ujian (
Muchlas & Hariyanto, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa siswa di
sekolah belum memiliki karakter yang baik bagi kehidupan pribadinya
(24)
ditanamkan kepada siswa di sekolah sejak dini sebagai bekal siswa untuk
bersikap dalam kehidupan sehari-hari secara lebih baik dan berkualitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa
pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu,
cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d)
toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal
tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk
sekolah menengah pertama (SMP) sangat berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik. Sekolah menengah pertama (SMP) merupakan
jenjang sekolah di mana siswa pada saat itu berusia antara 14-18 th,
sehingga pada masa tersebut merupakan pada usia remaja yang
membutuhkan karakter dalam pembentukan jati dirinya. Siswa sendiri
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri dan
diproses dalam sistem pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Siswa di dalam
jenjang sekolah menengah pertama secara umum terdiri dari beberapa
faktor salah satunya adalah faktor demografi seperti jenis kelamin, faktor
tersebut dianggap ikut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu
(25)
sekolah menurut jenis kelamin menyebutkan bahwa meskipun tampaknya
sederhana, perbedaan jender perlu dipahami oleh guru agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Murid laki-laki memiliki
karakteristik yang berbeda dengan murid perempuan. Misalnya, cara
berpikir siswa laki-laki berbeda dengan murid perempuan. Namun, tidak
menutup kemungkinan karakteristik jender dapat dipertukarkan.
Perbedaan mereka tampak dari kekuatan fisik, perkembangan
psikoseksual, minat belajar pada bidang berlainan, ketekunan, ketelitian,
kecenderungan metode pembelajaran yang lebih sesuai untuk
masing-masing jenis kelamin, dan seterusnya.
Indonesia sudah mencanangkan pendidikan karakter di
sekolah-sekolah pada jenjang menengah pertama tersebut. Pada kenyataannya
terdapat sekolah yang sudah mengimplementasikan pendidikan karakter
kepada siswa namun terdapat pula sekolah yang belum
mengimplementasikannya dalam pembelajaran nyata. Sekolah-sekolah
yang sudah mengimplementasikan pendidikan karakter dilakukan secara
terpadu lewat bahan ajar mata pelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang
dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter
diharapkan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi perlu adanya
pengalaman nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari. Melihat
(26)
masih terjadi pendidikan karakter terintegrasi yang hanya sebagai
tempelan-tempelan semata dengan bahan ajar mata pelajaran tanpa ada
pengaplikasian nyata di lapangan. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengawasan dari penyelenggara pendidikan karakter di sekolah yang
beberapa terakhir ini memang sudah dijalankan.
Berdasarkan hal tersebut, penting adanya untuk mengevaluasi
pendidikan karakter terintegrasi yang beberapa tahun terakhir ini sudah
dilaksanakan di SMP. Namun, hingga kini belum ada penelitian yang
dilakukan untuk mengevaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi
antara siswa putra dan putri di sekolah-sekolah. SMP Negeri 6 Surakarta
adalah salah satu sekolah yang melakukan pendidikan karakter
terintegrasi. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang menjadi contoh
penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia. Maka dari itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui hasil pendidikan karakter yang dicapai
oleh SMP Negeri 6 surakarta ini dalam programnya pendidikan karakter
terintegrasi. Peneliti ingin mengetahui apakah hasil pendidikan karakter
terintegrasi ini mengalami perbedaan antara hasil pendidikan karakter
siswa dan hasil pendidikan karakter siswi di sekolah tersebut. Setelah
melihat hal di atas, maka peneliti mengangkat judul “HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan
(27)
Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)”
dalam penelitian skripsi ini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, yaitu tentang
Pendidikan Karakter Terintegrasi di Sekolah siswa dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah
dicanangkan oleh menteri pendidikan.
2. Ada indikasi pembelajaran nilai-nilai karakter hanya pada tataran
kognitif.
3. Belum optimalnya ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi
di SMP Negeri 6 Surakarta.
4. Ada indikasi Perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa dan
siswi di SMP Negeri 6 Surakarta.
5. Belum ada penelitian tentang perbedaan hasil pendidikan karakter pada
siswa putra dan putri di SMP Negeri 6 Surakarta.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab
masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai
seberapa efektif hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa putra dan
(28)
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi
di SMP Negeri 6 Surakarta?
2. Apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa putra dan
putri di SMP Negeri 6 Surakarta?
3. Item-item pernyataan dan nilai-nilai karakter apa yang terindikasi
belum optimal pada kelompok siswa dan siswi di SMP Negeri 6
Surakarta kaitannya dalam penyusunan silabus & contoh modul
bimbingan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan tingkat efektivitas pendidikan karakter terintegrasi di
SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.
2. Mengidentifikasi apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter
antara siswa putra dan putri di SMP Negeri 6 Surakarta.
3. Mengidentifikasi item-item pernyataan dan nilai karakter apa yang
belum optimal dalam pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri
6 Surakarta kaitannya dalam penyusunan silabus & contoh modul
(29)
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi
di Indonesia dan sebagai wacana untuk membuat program mengenai
nilai-nilai yang rendah yang perlu dikembangkan kepada siswa SMP
Negeri 6 Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para guru di SMP Negeri 6 Surakarta
Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
sekolah untuk melihat seberapa efektifkah pendidikan karakter
terintegrasi yang diberikan kepada siswa dan siswi selama ini.
Selain itu, sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang
dapat diberikan kepada siswa dan siswi kaitannya dalam
meningkatkan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan di
sekolah tersebut.
b. Bagi siswa dan siswi SMP Negeri 6 Surakarta
Para siswa dan siswi dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
melihat seberapa baik ketercapaian pendidikan karakter terintegrasi
yang diberikan kepada diri mereka dan memikirkan kiat-kiat untuk
(30)
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana tingkat
keberhasilan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6
Surakarta dan dapat mengusulkan pembuatan modul bimbingan
yang sesuai untuk membantu meningkatkan nilai-nilai karakter
yang rendah di sekolah tersebut.
G. Definisi Operasional
Adapun Definisi OperasionalVariabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Siswa adalah manusia yang mengikuti kegiatan pembelajaran di
sekolah untuk mencapai manusia yang berkualitas baik kemampuan
intelektual maupun kemampuan non intelektual (fisik dan psikis).
2. Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang diperuntukan dalam
pengembangan karakter atau nilai-nilai pokok kehidupan yang perlu
dimiliki oleh setiap siswa.
3. Siswa Putra adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki
yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
4. Siswa Putri adalah individu yang memiliki jenis kelamin perempuan
yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
5. Evaluasi pendidikan karakter kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui suatu obyek dengan menggunakan suatu instrumen
sebagai tolak ukur dalam sebuah pendidikan yang diperuntukan dalam
pengembangan karakter atau nilai-nilai pokok kehidupan yang perlu
(31)
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat
pendidikan karakter terintegrasi, hakikat remaja, hakikat siswa dan jenis
kelamin,program pembuatan silabus, program pembuatan modul bimbingan.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Definisi Karakter
Karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku individu, (Kesuma, Triatna & Permana, 2011:6).
Di dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP dituliskan
karakter adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat tabiat, temperamen, watak. Sedangkan, berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Individu yang berkarakter adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan kesadaran emosi dan motivasinya (perasaanya).
Dari kedua definisi tentang karakter di atas dapat disimpulkan
bahwa karakter ada suatu nilai yang dianggap baik yang berusaha
(32)
2. Definisi Pendidikan Karakter
Hariyanto & Samani (2012:45 ) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dimaknai sebagai
upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal,
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik
berperilaku sebagai insan kamil.
Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 (Darmiatun &
Daryanto, 2013) menjelaskan pendidikan karakter disebutkan sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya menanamkan nilai-nilai
kehidupan seperti nilai-nilai karakter, budi pekerti, moral, dan watak
pada siswa yang menjadikan siswa memiliki perilaku, sikap, dan
pemahaman tentang suatu keyakinan yang baik dalam berperilaku di
(33)
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Darmiatun & Daryanto (2013:42) Pendidikan karakter bertujuan
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Kesuma, Triatna & Permana (2011:9) berpendapat bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku
anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.
Menurut Panduan Pendidikan Karakter di SMP (2010) pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi kelulusan.
Dari beberapa tujuan pendidikan karakter yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah menanamkan nilai yang baik dan membentuk peserta didik untuk menjadi individu yang berkarakter dan beraklak mulia, baik di sekolah, keluarga, maupun kehidupan bermasyarakat.
(34)
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa
pendidikan karakter harus didasarkan pada pinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
bertanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama;
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendiikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masayarakat sebagai mitra
(35)
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan
peserta didik;
5. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu adanya
nilai-nilai yang menjadi dasar apa itu karakter yang perlu dimiliki oleh
setiap siswa, dalam upaya pengembangan diri menjadi individu yang
lebih baik. Nilai-nilai karakter itu meliputi :
a. Religius
Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan
ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal
ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
(kepercayan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
b. Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
c. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
(36)
d. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.
e. Disiplin
Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku.
f. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dll dengan
sebaik-baiknya.
g. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapan.
h. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta
(37)
i. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang
telah dimiliki.
j. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.
k. Ingin tahu
Cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran
dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan
dipelajari secara lebih mendalam.
l. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
m.Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
n. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
(38)
o. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
p. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
q. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
r. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
s. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
(39)
t. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
6. Aspek-aspek Nilai Pendidikan Karakter
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi
lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1)
Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4)
lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman
kedelapanpuluh nilai tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh
karena itu, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang
disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun
2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut
adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya:
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan
(40)
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
3) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
(41)
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10) Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
11) Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang
menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta
(42)
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan
dengan masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan
selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
(43)
1) Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
agama.
7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui
terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan
oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut:
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c. Menunjukkan sikap percaya diri.
d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan
yang lebih luas.
e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan
(44)
g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif.
h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
j. Mendeskripsikan gejala alam dan social.
k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya
persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.
n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk
berkarya.
o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang dengan baik.
p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan
di masyarakat.
r. Menghargai adanya perbedaan pendapat.
s. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
(45)
t. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.
u. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
v. Memiliki jiwa kewirausahaan.
8. Tahapan Pengembangan Karakter
Pengembangan atau penanaman nilai karakter kepada siswa
diperlukan peran dari berbagai pihak yaitu sekolah dan stakeholder
yang ada, dalam rangka membentuk insan-insan individu yang baik.
Tidak hanya pada sekolah semata pendidikan karakter dilaksanakan,
masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter anak yaitu
melalui orang tua dan lingkungan sekitarnya. Karakter dikembangkan
melalui tiga tahap yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting),
dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter akan mendalam apabila
pengembangan karakter yang dilakukan anak sesuai dengan
tahapan-tahapan tersebut. Menurut Mochtar Buchori (Fathurrohman, Suryana
& Fatriany, 2013) pengembangan karakter seharusnya membawa anak
ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif,
dan akhirnya dibawa ke pengalaman nilai secara nyata dalam aktifitas
sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan tiga cara dalam
mengemabangkan karakter pada siswa yaitu yang pertama dengan
moral knowing (pengetahuan moral), yang kedua moral feeling
(46)
action (perbuatan moral). Dengan mengikuti langkah-langkah yang
sistematis dalam pendidikan karakter, maka dapat diawali dengan
pengenalan nilai secara kognitif, kemudian langkah kedua adalah
menghayati nilai secarafektif, dan yang ketiga adalah pembentykan
tekad untuk melakukan nilai tersebut secara konatif.
B. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi
Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di
sekolah yang diupayakan oleh guru maupun pihak-pihak yang terkait di
sekolah haruslah mampu memfasilitasi pembentukan dan pengembangan
karakter bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar proses penanaman
dan pengembangan nilai karakter kepada peserta didik dapat berjalan
secara optimal tidak berhenti pada tataran kognitif semata tetapi para
peserta didik mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang
memang perlu dimiliki oleh setiap individu. Berbagai cara yang relevan
tersebut dapat diterapkan dalam upaya penanaman dan pengembangan
nilai-nilai karakter di sekolah. Peraturan Kemendiknas (2010)
menyebutkan berbagai cara relevan yang dapat diterapkan di sekolah
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Pembelajaran
Pendidikan karakter terintegrasi dalam proses pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai dan penginternalisasian nilai-nilai ke
dalam tingkah laku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari melalui
(47)
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Penanaman nilai pada
proses ini dilakukan dengan cara memilah-milah atau
mengelompokkan nilai-nilai karakter yang sesuai dan cocok dengan
materi dalam setiap mata pelajaran yang diberikan. Dengan demikian,
setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama
tertentu yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
bersangkutan.
Proses pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran
dilaksanakan mulai dari beberapa tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pelaksanaan ketiga proses pelaksanaan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dilakukan guna mempersiapkan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dapat benar-benar
memfasilitasi pendidikan karakter di sekolah yang memuat
nilai-nilai karakter yang diiternalisasi melalui proses pembelajaran yang
ada. Perencanaan pembelajaran pada tahap ini dapat diwujudkan
dalam silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah di susun oleh guru.
Silabus, RPP, dan bahan ajar yang dirancang agar muatan kegiatan
pembelajarannya memfasilitasi pendidikan karakter. Sehingga,
nilai-nilai karakter yang dieksplisitkan dalam kegiatan
(48)
didik dan peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai karakter
yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah bagian penting yang
menentukan bagaimana proses fasilitas internalisasi nilai itu dapat
dilaksanakan dan tersampaikan dengan baik kepada peserta didik.
Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat 3 bagian penting yaitu
bagian pendahuluan, inti, dan penutup yang perlu dipilih dan
dilaksanakan guru agar peserta didik mempraktikkan secara
langsung nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Pada tahap ini
menggunakan Contextual Teaching and Learning yang
disarankan digunakan dalam pengaplikasian pada semua tahapan
pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan prinsip-prinsip pada
pembelajaran Contextual Teaching and Learning tersebut dapat
memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai yang ditargetkan.
Selain prinsip-prinsip pembelajaran yang memfasilitasi nilai-nilai
karakter tersampaikan kepada peserta didik, peran guru dalam
proses pembelajaran juga sangat penting. Guru merupakan model
pelaksanaan nilai-nilai karakter yang menjadi contoh bagi peserta
didiknya. Berikut 3 tahapan penting dalam pelaksanaan
(49)
1) Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan ini guru dapat melakukan
persiapan kesiapan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, ataupun
menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan yang
akan dilakukan.
2) Inti
Pada bagian inti merupakan bagian penting dari proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Pada kegiatan inti ini
terdapat tiga tahapan pembelajaran yang digunakan, ketiga
tahapan tersebut yaitu: (1) tahap ekspolrasi bertujuan peserta
didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, (2) tahap elaborasi
bertujuan peserta didik diberi peluang untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui
sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya
sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik
lebih luas dan dalam, (3) tahap konfirmasi bertujuan peserta
(50)
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh
oleh siswa.
3) Penutup
Pada kegiatan penutup ini guru bersama-sama dengan
peserta didik membuat rangkuman atau simpulan pelajaran,
melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang
telah berlangsung, memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran, dan merencanakan tindak lanjut
program yang bisa dilakukan setelahnya.
c. Evaluasi Pencapaian Pembelajaran
Pada bagian ini evaluasi dilakukan guna mengetahui atau
mengukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Teknik yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah
dengan menggunakan instrumen penilaian yang sudah disiapkan
oleh guru untuk mengetahui pencapaian siswa dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan karakter terpadu dengan mata pelajaran.
2. Pendidikan Karakter Terpadu Melalui Manajemen Sekolah
Pendidikan karakter terpadu dengan manajemen sekolah yang
dimaksud adalah penyelenggaraan penanaman nilai-nilai karakter
kepada peserta didik yang terpadu ke dalam pengelolaan sekolah.
Dengan kata lain pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah
(51)
proses pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
a. Tujuan pendidikan karakter melalui manajemen sekolah
1) Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi
seluruh komponen sekolah (pendidik, dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, peserta didik, dan biaya
pendidikan) yang dijiwai oleh nilai-nilai karakter.
2) Memadukan nilai-nilai karakter dalam manajemen berbasis
sekolah.
3) Menginternalisasi dan membiasakan tingkah laku yang
berkarakter dalam proses pendidikan di sekolah maupun dalam
kehidupan sehari-hari melalui manajemen berbasis sekolah.
b. Implementasi Manajemen Sekolah yang Berkarakter
Pelaksanaan pendidikan karakter terpadu dengan manajemen
sekolah yaitu sekolah mampu merencanakan pendidikan (program
dan kegiatan) yang menanamkan niali-nilai karakter, dan
melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Upaya
yang dilakukan oleh sekolah dalam pemenuhan standar nasional
pendidikan yaitu melalui manajemen sekolah yang dilaksanakan
dengan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program
(52)
3. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Kegiatan Pembinaan Kesiswaan
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter terpadu dalam
kegiatan pembinaan sekolah adalah penginternalisasian nilai-nilai
karakter kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan pendidikan di
luar jam pelajaran yang diadakan oleh sekolah. Pendidikan karakter
terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan dirancang melalui
berbagai kegiatan-kegiatan sekolah seperti kegiatan MOS, upacara
bendera, kepramukaan, OSIS, ekstrakurikuler, UKS, dan lain-lain.
Berbagai kegiatan di luar jam pelajaran tersebut digunakan sebagai
salah satu kegiatan yang di dalamnya dieksplisitkan nilai-nilai
karakter yang sesuai dengan masing-masing kegiatan yang diadakan.
C. Hakikat Remaja
1. Pengertian Remaja
Piaget ( Hartinah, 2011) berpandangan, remaja adalah suatu usia
di mana anak tidak merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau sejajar.
Salzman (Yusuf, 2011) mengemukakan, remaja adalah masa
perkembangan sikap tergantung (dependence), minat-minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu
moral.
Dari kedua pendapat tentang remaja tersebut dapat disimpulkan
(53)
peralihan dari anak-anak ke dewasa yang telah mengalami
perkembangan diri dari berbagai aspek yang ada seperti
perkembangan fisik, psikis, seksual, emosional, kogntif, dan lain-lain.
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Pada setiap fase kehidupan terdapat beberapa tugas yang harus
dipenuhi, tidak terkecuali dalam fase remaja ini. Pada fase remaja
akan muncul tugas tertentu , yang apabila setiap individu dapat
berhasil menuntaskan maka akan timbul kebahagiaan dan kesuksesan
untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Tugas-tugas
perkembangan remaja yang dimaksud yaitu:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa
(54)
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggungjawab
kehidupan keluarga
D. Hakikat Siswa dan Jenis Kelamin 1. Definisi Siswa
Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu
(Desmita, 2012:39).
2. Karakteristik Siswa
Setiap siswa memiliki pola kelakuan dan kemampuan yang
berbeda sebagai hasil dari pembawaan maupun interaksi dengan
lingkungan dan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita-citanya. Berdasarkan pola kelakuan dan kemampuan yang
dimiliki siswa tersebut maka terbentuklah susatu karakteristik atau ciri
pada siswa. (Desmita, 2012:40) mengemukakan bahwa terdapat 4
karakteristik pada siswa yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Siswa adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b. Siswa adalah individu yang sedang berkembang yaitu tengah
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik
yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang yang diarahkan
(55)
c. Siswa adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual
dan perlakuan manusiawi.
d. Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
3. Karakteristik Siswa SMP
Menurut Desmita (2012:36) dilihat dari tahapan perkembangan
yang disetujui oleh banyak ahli, anak sekolah menengah (SMP)
berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat
sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia SMP ini, yaitu:
a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c. Kecenderungan ambivalensi, anatar keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul, serta keinginanuntuk bebas dari dominasi
dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau
norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang
dewasa.
e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan
sifat kemurahan dan keadilan.
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
(56)
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Siswa menurut Jenis Kelamin
Menurut Desmita (2012:32) perkembangan setiap individu atau
siswa tidak sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin memegang peranan
penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang anak. Dalam
hal anak yang baru lahir misalnya, anak laki-laki sedikit lebih besar
daripada anak perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh
lebih cepat daripada anak laki-laki. Demikian juga dalam hal
kematangannya, anak perempuan lebih dahulu dari anak laki-laki.
Selain itu, perbedaan individu laki-laki dan perempuan dapat
dilihat juga dari berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan sosial,
pendidikan, dan lain sebagainya. Dari perbedaan-perbedaan yang
terlihat tersebut menjadikan laki-laki dan perempuan memang terlihat
memiliki karakteristik yang khas yang menunjukkan identitas dari
dalam dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing.
5. Perbedaan Karakter Siswa menurut Jenis Kelamin
Pada masa remaja anak tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga
mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya,
serta mencapai pedoman hidup untuk bekal hidupnya di masa yang
akan datang. Pada kegiatan menemukan dirinya tersebut anak
(57)
kehidupan masyarakat anak belum sempurna untuk membedakan
ataupun menyeleksinya. Semua dianggapnya sebagai sesuatu yang
menyatu dalam sistem kemasyarakat yang sesuai dengan dirinya.
Kegiatan-kegiatan tersebut bagi anak perempuan maupun laki-laki
sudah barang tentu memiliki perbedaan biologis maupun kejiwaannya,
juga ada perbedaan pandangan sikap dalam hidupnya. Menurut
Ahmadi & Sholeh (2005) perbedaan sikap hidup tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1.
Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut Ahmadi & Sholeh (2005)
No Karakteristik Laki-laki Karakteristik Perempuan
1. Aktif memberi Pasif dan menerima. 2. Cenderung memberikan
perlindungan
Cenderung untuk menrima perlindungan
3. Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak
Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkret. 4. Berusaha memutuskan sendiri dan
ikut berbicara.
Berusaha mengikut, dan menyenangkan orang tua.
5. Sifat saklijk dan objektif. Sikap personlijk dan subjektif.
Selain perbedaan-perbedaan sikap seperti di atas, Santrock
(2002) mengemukakan bahwa gambaran mengenai karakteristik
remaja laki-laki dan perempuan dapat juga dilihat dari berbagai sudut
(58)
Tabel 2.
Perbedaan Karakteritik Laki-laki dan Perempuan menurut Santrock, (2002) No Karakteristik Di Lihat
dari
Laki-laki Perempuan
1. Perubahan Pubertas dan Seksualitas
1. Asertif, sombong, dan kuat.
1. Sensitif dan hangat.
2. Pengaruh orang tua 1. Laki-laki dibiarkan bersikap lebih mandiri.
1. Perempuan lebih dimonitor oleh orang tua. 3. Sekolah dan guru 1. Dalam hal kepatuhan,
mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib laki-laki dianggap kurang. 2. Banyak memilik
masalah dalam belajar. 3. Banyak memperoleh
kritik.
4. Laki-laki lebih cenderung sering bermasalah.
5. Susah dikendalikan saat di kelas. 6. Lebih sering
memperoleh ranking rendah.
1. Lebih Patuh, lebih mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib dibanding laki-laki.
2. Cenderung kurang memiliki keyakinan untuk berhasil 3. Memiliki harga diri
lebih rendah.
4. Persamaan dan perbedaan fisik
1. Lebih tinggi dalam memiliki keterampilan visouspasial
1. Lebih rendah dalam memiliki
keterampilan visouspasial 5. Persamaan dan perbedaan
Kognitif
1. Kurang memiliki kemampuan verbal. 1. Memiliki kemampuan yang lebih baik. 2. Memiliki kemampuan membaca dan menulis yang lebih baik.
6. Persamaan dan Perbedaan Sosio-Emosional
1. Agresi fisik. 2. Kontrol diri lebih
rendah
1. Agresi verbal. 2. Lebih berperilaku
(59)
Dari berbagai karakteristik yang telah diungkapakan di atas
menunjukkan bahwa perbedaan siswa yang dipengarui oleh jenis
kelamin memang benar adanya. Perbedaan-perbedaan karakteristik
antara laki-laki dan perempuan tersebut yang mempengaruhi
perbedaan perilaku yang dimiliki oleh siswa baik di sekolah maupun
di lingkungan sekitarnya. Hal ini menajdi ciri yang khas yang
mewakili siswa dalam melakukan berbagai hal dalam kehidupan
sehari-hari.
E. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan Karakter 1. Pengertian Evaluasi dan Tujuan
Evaluasi merupakan kegiataan untuk mengetahui sejauhmana
efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian
tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi secara umum bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan
pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan
karakter adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara
umum
b. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan
untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan
(60)
c. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk
bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan
karakter.
d. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan
pendidikan karakter di sekolah.
2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program
Arikunto & Jabar (2014: 8-9) menjelaskan evaluasi evaluatif
memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut:
a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah
yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.
b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara
sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah
kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang
saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan
kinerja dari objek yang dievaluasi.
c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang
dievaluasi, perlua adanya identifikasi komponen yang
berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai
perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang
diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.
e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau
(61)
telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan
evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program
kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur.
f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi
nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang
belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang
dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada
indicator dari program yang dievaluasi.
g. Standar kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu
bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat
diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.
h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi
secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut
secara tepat.
3. Manfaat Evaluasi Program
Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat
disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi
dapat diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk
memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah awal
dalam supervisi, yakni mengumpulkan data yang tepat agar dapat
dilanjutkan dengan pemberikan pembinaan yang tepat pula.
Berdasarkan pengertian di atas, supervisi sekolah yang diartikan
(62)
lembaga dan akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah awal
dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan adalah
supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga
secara keseluruhan.
Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna
bagi pengambilan keputusan dari kebijakan lanjutan program, karena
dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan
akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah
dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendari
dari evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan
kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan
sebuah program keputusan, yaitu:
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut
tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang
diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai
dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan
bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di
(63)
program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika
dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
4. Langkah-langkah Evaluasi Program
Menurut Arikunto dan Jabar (2014), evaluasi program
dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan
tersebut meliputi: tahap persiapan evaluasi program, tahap
pelaksanaan evaluasi program, dan tahap monitoring pelaksanaan
program.
5. Evaluasi Program Pendidikan Karakter Terintegrasi
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya
kesadaran akan pentingnya nilai, dan penginternalisasian
nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran,
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi),
juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan
menjadikannya perilaku.
Evaluasi hasil pendidikan karakter terintegrasi adalah upaya
menilai, mengukur, dan menakar seberapa jauh capaian indikator
keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana dipaparkan dalam
(64)
Kementerian Pendidikan Nasional.Evaluasi program pendidikan
karakter terintegrasi dilakukanuntuk mengetahui apakah program
yang dilakukan itu sesuai dengan tujuan dan pedoman pendidikan
karakter. Ketika hasil pencapaian pendidikan karakter kurang optimal
maka dilakukan suatu cara untuk meningkatkan hasil pendidikan
karakter yang melibatkan semua warga sekolah dari kepala sekolah,
guru, karyawan dan siswa-siswi.
F. Pembuatan Silabus
Menurut Fathurrohman, Suryana & Fatriany (2013) silabus
bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik untuk menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ditargetakan. Silabus memuat
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, pencapaian nilai, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
G. Pembuatan Modul Bimbingan
Melalui hasil penelitian ini, peneliti akan membuat modul
bimbingan dengan mengambil nilai-nilai karakter yang terindikasi rendah
sesuai dengan hasil penelitian menurut karakteristik siswa putra dan putri
untuk dibuat dalam satuan layanan bimbingan klasikal. Setiap satuan
layanan bimbingan yang dimaksud dibuat program kegiatan sesuai dengan
nilai karakter yang bisa diberikan kepada siswa oleh guru dalam proses
(65)
1. Pengertian Modul
Modul adalah sebuah panduan yang berisi pokok bahasan, materi,
kegiatan, dan prosedur untuk sebuah pelatihan.
2. Tujuan Pembuatan Modul
a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
b. Guru dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan bahan
ajar yang telah di buat.
c. Guru dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan
kegiatan belajar sendiri sebelum melakukan bimbingan.
d. Guru dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya siswa secara
berkelanjutan.
e. Guru menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.
f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi
melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.
g. Modul dibuat suapaya guru secara optimal menguasai bahan ajar
yang akan disajikan.
3. Langkah-langkah Membuat Modul
a. Menyusun Pokok Bahasan
Menentukan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
b. Membuat Materi
Langkah kedua adalah membuat materi sesuai pokok bahasan
yang disusun dari bahan ajar, tulisan-tulisan dari media,
(66)
yang relevan. Materi disusun singkat, padat, dan mampu
memancing rasa ingin tahu dan kreativitas peserta.
c. Menentukan Kegiatan
Langkah ketiga yaitu menentukan kegiatan yang sesuai dan selaras
dengan materi yang telah disusun.
d. Menentukan Tujuan Umum/Khusus
Menentukan tujuan adalah menentukan hal-hal yang ingin dicapai
dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan umum adalah hal besar/umum
yang ingin diwujudkan, sedangkan tjuan khusus adalah pencapaian
secara spesifik/khusus.
e. Menentukan Alat dan Bahan
Langkah kelima adalah menentukan alat dan bahan yang
diperlukan dalam melakukan kegiatan secara terperinci.
f. Menentukan Objek
Menentukan siapa objek yang ingin diberikan suatu layanan.
g. Waktu
Menentukan lamanya waktu kegiatan yang akan dilakukan.
Sebaiknya waktu disesuaikan dengan jumlah yang telah ditentukan
dalam jadwal, tidak kurang dan tidak lebih. Jadwal yang semakin
detail akan sangat membantu fasilitator menjalankan kegiatan.
h. Menentukan Alur Kegiatan (prosedur)
Menentukan alur kegiatan yang dimaksudkan merinci tahapan
(67)
i. Menentukan Metode
Metode merupakan penggambaran umum terhadap cara kegiatan
dijalankan.
j. Evaluasi
Evaluasi menegaskan cara melakukan penilain terhadap indikator
keberhasilan kegiatan. Di sini, dituliskan tentang apa dan
bagaiman evaluasi dilakukan.
k. Catatan
Catatan fasilitator merupakan bagian terakhir yang menjadi
tambahan bila saja ada hal-hal penting yang belum masuk dalam
bagian lain di modul atau ada hal-hal lain yang bisa digunakan
untuk mengembangkan modul agar menjadi lebih baik dan
kontekstual dari waktu ke waktu.
4. Komponen-komponen Modul
a. Pedoman guru
b. Lembar kegiatan siswa
c. Lembar kerja
d. Kunci lembaran kerja
e. Lembaran tes
(68)
H. Hasil Penelitian Relevan
Untuk lebih memperkuat alasan peneliti melakukan penelitian
mengenai adanya perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa putra
dan putri, peneliti mendapatkan sebuah fakta yang menunjukkan adanya
perbedaan perilaku karakter yang dimiliki siswa maupun siswi tersebut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Karina, Hastuti, dan Alfiasari
menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata (p<0,05) pada peran pelaku
bullying antara remaja perempuan dan laki-laki yaitu lebih dari tiga
perlima remaja laki-laki (66%) dan sebagian besar (86%) merupakan
seorang bully (pelaku langsung bullying). Selain itu diketahui pula (12%)
remaja laki-laki dan (6%) remaja perempuan yang merupakan pelaku
reinforcing the bully (mendukung temannya melakukan bullying).
Selain perbedaan perilaku bullying yang menunjukkan perilaku
karakter antara siswa dan siswi, terdapat juga perilaku karakter hormat
santun yang dimiliki siswa dan siswi. Pada penelitian yang sama dengan
fakta di atas, hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(p<0,05) pada sikap hormat santun pada remaja laki-laki dan perempuan.
Lebih dari tiga perlima remaja laki-laki (64%) berada pada kategori rendah
sedangkan lebih dari tiga perlima remaja perempuan (62%) berada pada
kategori sedang. Sikap hormat santun yang dimiliki remaja perempuan
lebih tinggi dari remaja laki-laki.
Dari kedua uji beda yang dilakukan oleh Karina, Dwi Hastuti, dan
(1)
1. Tiger Woods
Woods mulai bermain sejak usia 18 bulan.Pemain golf terbaik dunia yang mulai bermain golf sejak usia 18 bulan. Ia digembleng dengan sangat keras oleh ayahnya yang juga berperan sebagai mentor. Baru 18 tahun kemudian Woods menjadi pemain golf proseional di usia 18 tahun. Kalau dia tidak berlatih giat dari umur 1,5 tahun bisa jadi nama Tiger Woods tidak pernah ada dalam dunia golf internasional.
2. Michael Jordan
(2)
Ia benar-benar mendedikasikan waktunya untuk basket.
Jordan selalu datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk latihan sebelum pelajaran dimulai. Menyadari dirinya tidak begitu tinggi, Jordan berlatih keras agar punya kecepatan dan skill yang lebih baik dibanding pemain lain. Jika ditanya soal bakat, Jordan hanya menjawab:
“Kamu bisa mendapatkan bakat yang tidak tertandingi lewat semangat dan komitmen tinggi untuk terus berlatih. Lagipula bakat hanya akan membuatmu menang dalam permainan. Sedang dalam sebuah pertandingan dibutuhkan kerjasama dan kecerdasan”
Pernyataan Refleksi:
1.
Setelah saya mengiku
ti bimbingan dengan materi “Ayo Kerja Keras!”, say
a menjadi tahu
dan paham bahwa:
a.
……….
b.
……….
c.
……….
2.
Belajar dari hikmah yang dapat saya petik dari pengalamansaya mengikuti seluruh
dinamika layanan bimbingan ini,saya berniat :
a.
……….
b.
……….
(3)
Pesan Moral . . .
(4)
Ayo kerja keras !!
“KERJA KERAS “
Memiliki arti:
Berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sikap melakukan suatu kegiatan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai.
Karakter orang yang memiliki sikap kerja keras:
Memiliki semangat yang tinggi
(5)
Cara-cara menumbuhkan sikap kerja keras: Memiliki sikap pantang menyerah Membuat target dalam hidup Bertekun dalam usaha
Bersyukur
Manfaat yang diperoleh jika memiliki sikap kerja keras:
Kita dapat bekerja dengan penuh
keyakinan.
Kita akan memperoleh hasil yang
memuaskan.
Pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan
secara profesional.
(6)