Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi
Kriteria Reliabilitas
0,81 �
�
1,00 Tinggi
0,61 �
�
0,80 Sedang
0,41 �
�
0,60 Rendah
Hasil perhitungan uji realibilitas kemudian disamakan dengan nilai r
tabel
, jika r
hitung
r
tabel
maka insrumen reliabel tapi jika r
hitung
r
tabel
maka instrumen tidak reliabel. Dari perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan, diperoleh niali relibilitas tes
kemampuan menganalisis sebesar 0,655. Hal ini menunjukan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk dalam kategori “tinggi”. Pengelolahan hasil uji reliabilitas
instrumen tes dapat dilihat pada lampiran.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif yang hasil hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar
dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Rentang indeks menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab benar oleh sebagian besar atau seluruh siswa.
Untuk menghitung tingkat kesukaran item dapat digunakan rumus
14
. � =
� �
Keterngan: P
: proporsi indeks kesukaran B
: jumlah siswa yang menjawab benar N
: jumlah peserta tes Dalam penelitian ini kriteria tingkat kesukaran dapat di lihat pada Tabel 3.8
tentang klasifikasikan derajat kesukaran, sebagai berikut.
15
14
Suharsimi, op. cit., h. 223.
15
Ibid,. h. 225.
Tabel 3.7 Kategori Derajat Kesukaran
Rentang Nilai P Kategori
, ≤ � ,
Sukar ,
≤ � ,7 Sedang
,7 ≤ � 1, Mudah
Data rekapitulasi tingkat kesukaran keseluruhan hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini. Pengelolahan hasil uji taraf kesukaran instrumen
tes dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3. 8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Nomor soal
Persentase Sukar
5 3A, 5A, 6A, 7A, 7B
35,7 Sedang
9 1A, 2A, 4A, 1B, 2B , 3B, 4B, 5B,
6B 64,3
Mudah -
- -
Jumlah 14
14 100
Pada Tabel 3.8 terlihat bahwa dari 14 butir soal, soal yang sukar berjumlah 5 butir yaitu 3A, 5A, 6A, 7A, dan 7B, dan sisanya merupakan soal-soal yang sedang,
sedangkan soal yang mudah tidak ada.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan
rendah. Untuk mengetahui tingkat daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
16
� =
�
−
�
= P
A
- P
B
Keterangan: �
= daya pembeda �
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar pada butir soal yang diukur
� = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab salah pada butir soal
yang diukur
16
Ibid., h. 228.
� = banyaknya peserta kelompok atas
� = banyaknya peserta kelompok bawah
A A
A
J B
P
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B B
B
J B
P
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.9 berikut ini.
17
Tabel 3.9 Kategori Daya Pembeda
Rentang nilai D Kategori
Bernilai negative Drop
, ≤ � ,2
Buruk ,2 ≤ � ,
Cukup ,
≤ � ,7 Baik
,7 ≤ � 1, Baik sekali
Data rekapitiulasi daya pembeda hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Uji Coba Instrumen Tes
Kritesia soal Butir Soal
Jumlah Soal No Soal
Peresentase Drop
1 3A
7,14 Buruk
2 2A, 3B
14,28 Cukup
9 1A, 4A, 7A, 1B, 2B, 5B, 6B,
7B 64,3
Baik 2
5A, 4B 14,28
Baik Sekali -
- -
Jumlah 14
14 100
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, dapat diketahui bahwa soal dengan kriteria drop berjumlah 1 yaitu nomor 3A, untuk soal kriteria buruk berjumlah 2 yaitu nomor 2A
dan 3B, untuk soal berkriteria cukup berjumlah 9 soal yaitu nomor 1A, 4A, 7A, 1B, 2B, 5B, 6B, dan 7B, untuk soal berkriteria baik hanya 2 soal yaitu soal nomor 5A dan
4B, sedangkan tidak terdapat soal berkriteria baik sekali pada uji daya pembeda diatas.
17
Ibid,. h. 232.