BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Folklor
Secara etimologis, kata
folklor
berasal dari bahasa Inggris yaitu
folklore
dari dua kata dasar yaitu
folk
dan
lore
. Menurut Alan Dundes Danandjaja, 2007:1-2,
folk
adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan. Sedangkan
lore
adalah tradisi
folk
yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh
yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
mnemonic device.
Folklor adalah kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun dan penciptanya sudah tidak diketahui lagi oleh orang lain. Tradisi lisan dalam suatu
masyarakat diwariskan turun temurun, sehingga jejaknya masih bisa ditemukan sampai sekarang. Perkembangan folklor dalam kehidupan masyarakat merupakan
perwujudan dari usaha-usaha dan cara-cara kelompok dalam memahami dan menjelaskan realitas lingkungannya, yang disesuaikan dengan situasi alam pikiran
masyarakat pada jaman tertentu. Sedangkan menurut Taylor Danandjaya, 2003:31, folklor adalah bahan-
bahan yang diwariskan secara tradisi, melalui kata-kata dari mulut ke mulut maupun dari praktek adat istiadat. Folklor pada dasarnya merupakan wujud
budaya yang diturunkan dan diwariskan turun-temurun secara lisan atau
oral.
6
Kesimpulannya, folklor adalah sebagian kebudayaan kolektif yang tersebar secara turun temurun di antara beragam kolektif apa saja, yang secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
mnemonic device.
Menurut Endraswara 2010:1, folklor tergolong ilmu atau sebuah disiplin budaya. Folklor merupakan ilmu yang luas, apa saja bisa masuk di dalamnya.
Sadar atau tidak, kehadiran folklor memperkaya khasanah budaya yang bersangkutan. Misalnya folklor Jawa akan menjadi ciri atau identitas kejawaan
yang membedakan dengan etnik lain. Jati diri orang Jawa akan memupuk jiwa kolektif kejawaannya.
Kekhasan folklor terletak pada aspek penyebarannya Endraswara, 2010:3. Persebaran folklor hampir selalu terjadi secara lisan, sehingga seringkali terjadi
penambahan dan pengurangan. Perkembangan pewarisan folklor selanjutnya lebih meluas, tidak hanya lisan namun juga tertulis. Folklor meliputi pengetahuan,
asumsi, tingkah laku, etika, perasaan, kepercayaan dan segala praktek-praktek kehidupan tradisional, serta memiliki fungsi tertentu bagi pemiliknya. Folklor
bukan milik individu melainkan milik kolektif, sebagai sebuah karya folklor tidak jelas siapa penciptanya. Penamaan folklor yang lazim adalah menurut kondisi
geografis. Folklor Jawa pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang
tersebar secara turun temurun. Sejalan dengan eksistensi budaya Jawa, folklor Jawa ada yang adiluhung, namun sebaliknya ada yang profan. Keduanya saling
mendukung dan membentuk komunitas folklor yang meluas sejalan dengan