Pengertian Folklor Deskripsi Teori

g. Folklor bersifat pralogis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. h. Folklor menjadi milik bersama collective dari kolektif tertentu. Ini karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi. Setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. i. Folklor umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar dan terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti, mengingat banyak folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. Kesenian Cepetan di dusun Condong memiliki ciri-ciri folklor yaitu disebarkan secara lisan dan bersifat tradisional. Folklor biasanya bersifat anonim , mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif, bersifat pralogis dan menjadi milik bersama. Kesenian Cepetan adalah salah satu dari folklor Jawa yang mayoritas tersebar meluas di basis pendukung subkultur Jawa Banyumasan. Khususnya di wilayah Kebumen Jawa Tengah dengan karakteristiknya tersendiri. Folklor Jawa memiliki ciri-ciri Endraswara 2010:2 yaitu: a. Disebarkan secara lisan dan alamiah tanpa paksaan. b. Nilai-nilai tradisi Jawa amat menonjol. c. Antar wilayah bervariasi namun pada hakekatnya sama. Variasi ini disebabkan oleh keragaman bahasa, bentuk dan keinginan masing-masing wilayah. d. Pencipta dan perancang folklor tidak jelas siapa dan dari mana asalnya. e. Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur. f. Mempunyai kegunaan bagi pendukung atau kolektiva Jawa. g. Kadang-kadang mencerminkan hal-hal yang bersifat tidak logis. h. Menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama pula. i. Mempunyai sifat polos dan spontan. j. Ada yang memiliki unsur humor dan wejangan. Ciri-ciri folklor Jawa tersebut bukan merupakan harga mati, namun masih bisa berkembang atau berubah. Banyak faktor dapat menyebabkan perubahan tersebut yaitu: a. Seringkali pencerita hanya menerima dari mulut ke mulut, sehingga ada yang terlupakan. b. Pencerita juga sering menggunakan bahasa lokal atau dialek dan bahkan idiolek khas, sehingga perubahan teks asli amat mungkin terjadi. c. Pencerita memunculkan kata serapan dan juga kondisi jaman, sehingga teks lisannya menjadi kaya. d. Folklor yang dipentaskan seringkali ada penyesuaian dengan dunia panggung dan iringan, sehingga perubahan harus dilakukan. Ciri-ciri folklor Jawa yang relevan dalam penelitian ini adalah folklor yang disebarkan secara lisan melalui turut kata dari mulut ke mulut. Namun alamiah tanpa paksaan dan nilai-nilai tradisi Jawanya sangat menonjol. Dalam konteks penelitian ini, kesenian Cepetan termasuk folklor Jawa yaitu folklor kesenian tarian rakyat tradisional yang memiliki unsur-unsur ciri khas tersendiri. Meskipun dalam beberapa aspek mengalami perubahan atau penyesuaian, namun tidak menghilangkan ciri khas tersebut.

3. Bentuk Folklor

Menurut Brunvand Danandjaja, 1986:21, folklor dilihat dari bentuknya meliputi tiga kelompok besar yaitu : a. Folklor lisan verbal folklor adalah folklor yang bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk genre folklornya yaitu: 1. Bahasa rakyat folk speech seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsawanan. 2. Ungkapan tradisional seperti bahasa, pepatah dan pemeo. 3. Pertanyaan tradisional seperti teka-teki. 4. Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam dan syair. 5. Cerita prosa rakyat seperti mitos, legenda dan dongeng. 6. Nyanyian rakyat. b. Folklor sebagian lisan partly verbal folklor adalah folklor yang bentuknya campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Misalnya kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat dan sebagainya. Kepercayaan rakyat yang menurut orang “modern” disebut takhayul, terdiri dari pernyataan bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Misalnya tanda salib bagi orang Kristen Katolik dianggap dapat melindungi seseorang dari gangguan hantu, atau ditambah benda material berkhasiat untuk melindungi diri atau dapat membawa rejeki seperti batu permata tertentu. c. Folklor bukan lisan non verbal folklor adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, meski cara pembuatannya diajarkan lisan meliputi yaitu: