Teknik Analisis Data PROSESI DAN MAKNA SIMBOLIS TOPENG DAN SESAJI DALAM KESENIAN CEPETAN DI DUSUN CONDONG DESA CONDONG CAMPUR KECAMATAN SRUWENG KABUPATEN KEBUMEN.
Suhu rata-rata harian 34°C, kelembaban udara rata-rata 79, gerak udara sedang, dengan arah angin ke arah barat daya. Wilayah desa Condong Campur seluas
226 ha. Sebagian besar dataran tinggi dan pegunungan, serta dilewati 3 sungai yaitu sungai Geong, sungai Sabrang dan sungai Prangkokan.
Dusun Condong adalah salah satu dusun di wilayah desa Condong Campur yang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan dusun Gundul desa Condong Campur.
b. Sebelah timur berbatasan dengan dusun Tangkil desa Condong Campur.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan dusun Gebyok desa Condong Campur.
d. Sebelah utara berbatasan dengan desa Watulawang.
Wilayah dusun Condong adalah daerah berupa alam pegunungan yang sangat indah. Dusun ini secara geografis terletak di pegunungan yang disebut
gunung Condong. Di puncaknya terdapat makam keramat yang konon sesuai dengan tulisan di batu nisannya yaitu makam Trunojoyo. Leluhur Trunojoyo
adalah sesepuh desa Condong Campur yang dihormati karena sebagai perintis berdirinya cikal bakal desa Condong Campur.
Dalam sejarah perkembangannya, di dusun Condong ini muncul asal usul kesenian tradisional yang kini disebut kesenian Cepetan. Konon kesenian rakyat
ini berawal dari pertapaan Alm. Mbah Pranawi di gunung Condong selama 90 hari
nenepi.
Beliau mendapat petunjuk spiritual agar di wilayah dusun Condong diadakan kesenian Cepetan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 01 sebagai berikut : “Dusun m
riki mlebete daerah pegunungan Condong, teng puncak gunung Condong niku onten makam sing pun dangu dikeramataken kaliyan warga
mriki, makamme mbah Trunojoyo. Jaman riyen sesepuh desa mriki alm.
mbah Pranawi sering nyepi “tapa” teng makam kramat Ki Trunojoyo.
Lha tokoh mbah Pranawi niki sing pertama nggagas dianakaken kesenian
Cepetan wonten dusun Condong mriki.
“ CLW 01 Terjemahannya sebagai berikut :
“Dusun ini termasuk daerah pegunungan Condong, di puncak gunung Condong terdapat makam yang sudah lama dikeramatkan oleh warga sini,
makamnya mbah Trunojoyo. Jaman dulu sesepuh desa sini alm. mbah
Pranawi sering nyepi “tapa” di makam kramat Ki Trunojoyo. Lha tokoh mbah Pranawi ini yang pertama menggagas diadakannya kesenian Cepetan
di dusun Condong.” CLW 01.
Hal tersebut juga didukung oleh informan 02 sebagai berikut: “ Riyen wiwit onten makamme
mbah Trunojoyo teng puncak gunung Condong, makam Trunojoyo mulai dikramataken. Saking leluhur desa
mriki, warga Condong r iyen kathah sing sami nganut kepercayaan roh- roh leluhur teng puncak gunung Condong. Lajeng kepercayaan niku wau
diwujudtaken wonten upacara-upacara sesembahan kangge roh-roh leluhur kados nyediakaken sajen-sajen teng puncak gunung Condong.
Lha nek saking tradisi upacara sesembahan jaman sakniki saged diwujudtaken lewat k
esenian Cepetan. “ CLW
02.
Terjemahannya sebagai berikut: “ Dulu mulai ada makam mbah Trunojoyo di puncak gunung Condong,
makam Trunojoyo mulai dikeramatkan. Dari leluhur desa sini, warga Condong dulu banyak yang menganut kepercayaan roh-roh leluhur di
puncak gunung Condong. Setelah itu, kepercayaan itu diwujudkan dalam upacara sesembahan kepada roh-roh leluhur seperti menyediakan sesaji-
sesaji di puncak gunung Condong. Dari tradisi upacara sesembahan jaman
sekarang dapat diwujudkan lewat kesenian Cepetan. “ CLW 02.
Berdasarkan pada pernyataan informan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dusun Condong secara geografis terletak di wilayah pegunungan Condong.
Sejak dulu warga dusun sudah memiliki tradisi upacara ritual penyembahan