Kemampuan membaca pemahaman tiap orang berbeda-beda. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca
pemahaman seseorang. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang adalah tujuan
membaca, latar belakang pengalaman pembaca, minat, serta ketekunan pembaca.
2.2.3 Model Pembelajaran Word Square
Word square merupakan sejumlah kata yang disusun dalam kotak, sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang. Menurut Laurence
Urdang 1968 word square is a set of words such that when arranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya word
square adalah sejumlah kata yang disusun satu di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa word square merupakan kumpulan dari kata yang disusun dalam bentuk persegi.
Model word square merupakan model yang dibuat dengan mengurutkan pertanyaan sesuai dengan pengertian penting Subkonsep. Penggunaan word
square memerlukan pengetahuan dasar siswa maka sebelum menggunakannya siswa harus membaca materi yang akan disampaikan oleh guru, sehingga word
square ini dapat melatih siswa untuk memanfaatkan buku-buku sumber dan terlatih untuk belajar mandiri. Langkah-langkah membuat word square adalah
sebagai berikut: 1 menentukan topik sesuai konsep atau subkonsep, 2
menuliskan kembali kata-kata kunci sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, 3 menuliskan kata-kata kunci dimulai dengan kata yang terpanjang, 4 membuat
kotak-kotak word square, 5 mengisikan kata-kata pada word square, dan 6 menambahkan huruf pengisian kotak kata kosong secara acak Anonim 1991.
Sementara itu, Saptono 2003 mengungkapkan bahwa terdapat empat langkah dalam menyusun word square. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut. Pertama, siswa diarahkan untuk mempelajari topik tertentu yang akan disampaikan. Selanjutnya, siswa disuruh menentukan istilah dalam word square
yang relevan dengan topik yang telah dipelajari, Berikutnya yaitu, siswa memberikan penjelasan tentang kata yang ditemukan informasi dari siswa tentang
kata tersebut sebanyak-banyaknya digali oleh guru. Langkah keempat, yaitu siswa diberi variasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran.
Hampir sama dengan Saptono, Suyatno 2009 mengungkapkan bahwa langkah-langkah alam word square, yaitu sebagai berikut. Pertama,
menyampaikan materi sesuai kompetensi. Selanjutnya, guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh. Ketiga, yaitu meminta siswa untuk menjawab soal,
kemudian mencoret huruf dalam kotak sesuai jawaban. Langkah terakhir adalah memberikan poin setiap jawaban dalam kotak. Pemberian contoh pada
pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan memudahkan dan memberikan gambaran pada siswa tentang penggunaan model word square dalam
pembelajaran.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Widodo 2009 yang menjelaskan bahwa word square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Berbeda dengan teka-teki silang, jawaban yang
tersedia dalam kotak huruf disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Tujuan pemberian huruf
pengecoh bukan untuk mempersulit siswa, namun untuk melatih sikap teliti dan kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa word square merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan kotak-kotak huruf sebagai media
dalam pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini pun telah ditentukan. Kotak-kotak huruf tersebut berisi jawaban dari soal yang disajikan
pada siswa. Pemberian huruf tambahan berfungsi sebagai pengecoh, sehingga siswa lebih teliti dalam menjawab soal.
2.2.4 Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran Word Square