20
memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan berbagai macam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan
bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok dan lain sebagainya. Pendekatan BCCT menurut Depdiknas
memperlihatkan kepada semua orang betapa pentingnya 3 jenis kegiatan main, yaitu: main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan. Berikut akan
peneliti jabarkan lebih mendalam mengenai tiga jenis kegiatan main dalam pendekatan BCCT.
a. Main Sensorimotor
Rubun, dkk dalam Mayke 2001: 31 mengemukakan bahwa kegiatan main sensori motor menimbulkan keasyikan pada anak, contoh keasyikan saat mereka
mendengar suara air yang ditiup dengan sedotan, bunyi yang terjadi saat menghisap mie. Anak-anak juga menikmati berbagai tekstur yang mereka rasakan
saat bermain dengan lilin, tanah liat, pasir dan adonan terigu. Yuliani 2009: 215 berpendapat bahwa kegiatan main sensori motor dilakukan anak dengan benda
untuk tujuan pembentukan persepsi anak.
Luluk 2014: 53 menyebutkan tahap-tahap main sensori motor diantaranya: 1 anak diberi kesempatan untuk mengulang gerakan beberapa kali untuk menikmati
beberapa jenis perasaan yang timbul oleh tubuh dan reaksi pada saat pertama melakukan, 2 anak terlibat dalam pengulangan tindakan dengan menggunakan
objek tertentu, 3 anak terlibat dalam rangkaian pengulangan kegiatan sederhana yang memiliki tujuan tertentu, 4 anak melakukan coba dan ralat. Kegiatan main
sensorimotor memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1 menyediakan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi bermacam-macam bahan dan alat permainan di dalam
21
dan di luar ruangan, 2 memberikan kesempatan pada anak untuk bergerak bebas, 3 memberikan kesempatan kepada anak untuk mengenali dan merasakan banyak
tekstur dari berbagai jenis alat main.
b. Main Peran
Bermain peran menurut Mayke 2001: 57 termasuk salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap benda, situasi dan
anak memerankan tokoh yang dipilihnya. Sedangkan bermain peran menurut Moeslichatoen 2004: 38 adalah kegiatan bermain yang menggunakan daya
khayal yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu. Main peran menurut Yuliani dilakukan dengan cara anak bermain
dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimilikinya 2009: 215.
Piaget dalamMayke 2001: 25 mengemukakan bermain symbolic atau make believe play sering dilakukan anak usia 2-7 tahun. Tahap ini ditandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Lebih jauh Piaget menyatakan bahwa pada tahap ini anak sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai
simbol atau representasi benda lain. Rubun, dkk dalam Mayke 2001: 28 mengemukakaan bahwa dalam kegiatan ini anak menirukan kegiatan orang yang
dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari atau memainkan peran tokoh yang dikenalnya.
Erikson dalam Siti 2008: 21
menjelaskan 2 jenis main peran; pertama main peran mikro, dan kedua main peran makro. Main peran makro adalah saat anak
memainkan tokoh dengan menggunakan alat berukuran besar ukuran sesungguhnya,