Pertanyaan Terkait Dimensi Pengetahuan
dan pengetahuan konseptual. Maka dapat dikatakan bahwa ketiga kelompok tersebut masih berada dalam tingkat kognisi rendah.
Hasil analisis lainnya menunjukkan bahwa hasil persentase siswa kelompok rendah pada level kognitif menganalisis C4 lebih
tinggi dibandingkan kelompok siswa lainnya dengan persentase sebesar 22,22. Pertanyaan analisis yang disampaikan oleh siswa
kelompok rendah yaitu, “Penimbunan asam laktat di otot, apakah
salah satu hal yang dapat membuat mati rasa?” –S17. Pertanyaan tersebut meminta jawaban untuk menganalisis penyebab terjadinya
mati rasa dan salah satu penyebabnya itu apakah karena terjadinya penimbunan asam laktat di otot. Pertanyaan lainnya yaitu,
“Apa pengaruh jantung yang suka terasa sakit seperti ditekanditusuk
karena otot yang tegang?” –S5. Pertanyaan tersebut juga meminta jawaban secara analisis untuk mengetahui apa yang menyebabkan
jantung terasa sakit seperti ditekan sesuatu. Tingginya persentase siswa kelompok rendah dalam
mengajukan pertanyaan level kognitif menganalisis C4 dapat terjadi karena pengaruh lingkungan kelas yang menuntutnya untuk
dapat berkompetisi dalam bertanya secara aktif. Menurut aliran Empirisme mengenai perkembangan anak dan
faktor yang mempengaruhinya bahwa bakat seseorang tidak berasal dari lahir, melainkan ditentukan oleh lingkungan atau
pengalaman. Di samping itu, dalam batas-batas yang tertentu kita dilahirkan dengan membawa inteligensi. Batas-batas
yang dimaksud adalah karena sepanjang pengetahuan kita, kita tahu bahwa inteligensi dapat kita kembangkan.
21
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa meskipun siswa berada dalam kelompok rendah, tidak berarti bahwa mereka memiliki
kemampuan yang kurang, karena mereka dapat mengembangkannya atau dapat meningkat pula jika dipengaruhi oleh lingkungan yang
tepat. Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah suasana kelas
21
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, Cet. III, h. 52-53.
dalam menciptakan keaktifan bertanya siswa. Menurut Martino Maher dalam Kon-ming, hal ini akan membangun komunitas kelas
yang mendatangkan partisipasi aktif siswa, kepercayaan diri siswa, dan kemajuan dalam belajar.
22
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Dewi, dkk. bahwa keaktifan bertanya siswa dalam proses
pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, kemampuan berpikir kritis.
23
Keterampilan bertanya siswa berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi baik secara keseluruhan, lisan, tertulis, dan tiga kelompok
siswa kelas XI IPA 1 MAN Tangerang masih dalam jenjang kognitif rendah dengan banyak munculnya pertanyaan yang bersifat
memahami C2. Hasil ini didukung dengan soal evaluasi yang diberikan sekolah kepada siswa Lampiran
24
yang menunjukkan bahwa soal-soal yang dikerjakan siswa kebanyakan bersifat
mengingat C1 dan memahami C2. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yuliani pada XI IPA didapatkan bahwa
kualitas pertanyaan siswa didominasi oleh dimensi kognitif pemahaman C2.
25
Penelitian lainnya dilakukan oleh Hanifah pada kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pagelaran bahwa sebagian besar
pertanyaan siswa adalah jenjang C2.
26
Rendahnya jenjang kognitif pertanyaan siswa tersebut karena pada waktu sebelumnya siswa tidak terbiasa untuk mengajukan
pertanyaan tingkat tinggi. Widodo menyatakan bahwa sedikitnya
22
Tang Kon-ming, Empowering Student Thinking in Learning Mathematics by Effective Questioning, EduMath, Vol. 17, 2013, h. 19.
23
Evita Rosilia Dewi, Harlita, dan Joko Ariyanto, Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA
Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 20112012, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 3, No. 3, 2011, h.79-90.
24
Lampiran 16, h. 230.
25
Yuliani, op. cit., h. 1.
26
Hanni Hanifah, Darlen Sikumbang, Berti Yolida, Hubungan antara Kualitas Pertanyaan
Siswa Berdasarkan
Taksonomi Bloom
dengan Hasil
Belajar Siswa,
http:jurnal.fkip.unila.ac.idindex.phpJBTarticleview7494 diakses pada tanggal 18 Oktober 2015.