Analisis Keterampilan Bertanya Siswa pada Konsep Gerak dengan Strategi Pembelajaran Question Student Have
ANALISIS KETERAMPILAN BERTANYA SISWA
PADA KONSEP GERAK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
QUESTION STUDENT HAVE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Qonita Rahmi NIM 1111016100064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
Konsep Gerak dengan Strategi Pembelajaran Question Student Hnve" disusun rrleh Qonita Rahmi,
NIM
1111016100064, diaiukan kepada Fakultas Ilmu 'farliiyah dan Keguruan, Unir,ersitas IslamNegen Syarif Hirlay''atullah Jakarta dan telah drnyatakan lulus dalam
uiian
fulunaqasah pada tanggal 23 Juni 20[6dihadapan dewan pengu-1i. Karena itu" penulis berhak memperoleh eelar sarjana
S
i
(S I']d) dalam bidang Pendidikan BiologrTangerang 23 Juni 20i6 Fanitia Sidang Munaqosah,
T'anggal
Tanda T'anganKetua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Biologi)
Dr. Yanti Herlanti. M.Pd
t'irp. 197101 19 200801 2
010
D..-. .]. .1",1 LPenguji 1
Nengsih Juanenssih. IU.Pd NIP. 19790510 200604 2 0A1
Penguji 2
Dr. Yanti Herlanti. M.Pd NrP. 197101i9 200801 2 010
\9
'7-
zotb1^l
-
7-
uts
(4)
(5)
iv
pada Konsep Gerak dengan Strategi Pembelajaran Question Student Have. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas keterampilan bertanya siswa berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi dengan menerapkan strategi pembelajaran Question Student Have pada konsep sistem gerak. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Tangerang pada kelas XI IPA 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 dengan tiga kategori kelompok siswa yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi pertanyaan siswa, dan posttest. Hasil dari penelitian ini adalah strategi Question Student Have dapat menstimulus siswa untuk bertanya dengan persentase jumlah siswa bertanya secara lisan dan tertulis telah mencapai >50%. Persentase jumlah siswa yang bertanya setiap pertemuan bergantung pada metode pembelajaran yang digunakan. Keterampilan bertanya siswa masih tergolong rendah yaitu didominasi level kognitif C2 (memahami) dengan rata-rata persentase keseluruhan sebesar 45,73%, secara lisan sebesar 32,76%, dan tertulis 52,83%. Pertanyaan terkait dimensi pengetahuan didominasi oleh pengetahuan konseptual dengan persentase sebesar 76,83%. Pertanyaan siswa berdasarkan dua dimensi Taksonomi Bloom Revisi didominasi oleh pertanyaan C2 (mamahami) – Konseptual baik secara lisan maupun tertulis. Terdapat persamaan keterampilan bertanya pada siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan dominasi pertanyaan pada level kognitif C2 (memahami) dan pengetahuan konseptual.
Kata Kunci: Keterampilan Bertanya, Question Student Have, Sistem Gerak, Taksomi Bloom Revisi
(6)
v
Have. Program of Biology Education, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016.
The study aims to determine the quantity and quality of skills to ask students based on Taksonomy Bloom Revision to Implement the strategy learning Question Student Have the movement system. The research was done in Madrasah Aliyah Negeri Tangerang at XI IPA 1 first semester of the 2015/2016 of the school year with three categories of students for first is high, and second is medium, and last is low. The research method used in this study is the sort of descriptive. Instrument is used is observing teachers, observation to student’s questions, and posttest. The conclution of this study is the strategy of Question Student Have can stimulate students to ask about the percentage of students asked orally and writing have achieved >50%. The percentage of the number of students are asked each meeting to rely on the method of learning which is used. Skills asked students are still relatively low, which is dominated by the level of cognitive C2 (understanding) with the percentage of total of 45,73%, orally of 32,76%, and writing 52,83%. The question related to the knowledge is dominated by a conceptual tool with a percentage of 76,83%. Questions based on two dimensional Bloom’s Revised Taxonomy dominated by question C2 (understanding) – Conceptual both orally and in writing. There are a common skill to ask student high, medium, and low with the dominance of the question at the level of cognitive C2 (understanding) and knowledge conceptual.
Keywords: Bloom’s Revised Taxonomy, Musculoskeletal System, Question Skill, Question Student Have
(7)
vi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Keterampilan Bertanya Siswa pada Konsep Gerak dengan Strategi Pembelajaran Question Student Have.
Shalawat beserta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tentunya telah mendapatkan banyak bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan banyak waktu, ilmu, dan arahan yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Buchori Muslim, M.Pd, selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi yang telah memberikan banyak waktu, ilmu, dan arahan yang sangat bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta membimbing penulis, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
(8)
vii menyelesaikan pendidikan dengan baik.
8. Ahmad Faruqi Amrullah, M. Imam Darmawansyah, Ade Wirdatus Sholehah, dan Dewi Vivi Khofifah, adik-adik tersayang yang telah memberikan banyak bantuan dalam penyusunan skripsi.
9. Kepala MAN Tangerang, seluruh Dewan Guru MAN Tangerang, serta para siswa dan siswi kelas XI IPA 1 Madrasah Aliyah Negeri Tangerang atas kesediaannya menerima penulis dengan baik selama penelitian skripsi.
10.Teman-teman Pendidikan Biologi 2011 khususnya Biologi B UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya para sahabat terdekat yang senantiasa memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Jakarta, Mei 2016 Penulis
(9)
viii
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH ... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Kajian Teori ... 10
1. Keterampilan Bertanya ... 10
a. Definisi Bertanya ... 10
b. Keterampilan Bertanya... 12
2. Strategi Pembelajaran Aktif ... 19
a. Strategi Pembelajaran ... 19
b. Active Learning ... 20
c. Strategi Question Student Have ... 21
(10)
ix
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
B. Metode Penelitian ... 28
C. Sampel Penelitian ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33
1. Validitas ... 33
2. Reliabilitas ... 34
G. Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Pertanyaan Berdasarkan Kuantitas Siswa Bertanya ... 36
a. Kuantitas Siswa Bertanya Keseluruhan... 36
b. Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 38
2. Pertanyaan Berdasarkan Kualitas Pertanyaan ... 41
a. Pertanyaan Siswa Keseluruhan... 41
b. Pertanyaan Lisan ... 43
c. Pertanyaan Tertulis ... 45
d. Pertanyaan Terkait Dimensi Pengetahuan ... 46
e. Pertanyaan Siswa Berdasarkan Dimensi Proses Kognitif dan Pengetahuan ... 48
f. Pertanyaan Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 50
3. Hasil Posttest Siswa ... 52
B. Pembahasan ... 53
1. Analisis Pertanyaan Berdasarkan Kuantitas Siswa Bertanya ... 53
(11)
x
a. Pertanyaan Keseluruhan ... 60
b. Pertanyaan Lisan dan Tertulis ... 64
c. Pertanyaan Terkait Dimensi Pengetahuan ... 69
d. Pertanyaan Siswa Berdasarkan Dimensi Proses Kognitif dan Pengetahuan... 70
e. Pertanyaan Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 71
3. Analisis Posttest Siswa ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ………..… 80
(12)
xi
Gambar 4.1 Persentase Kuantitas Siswa Bertanya
Lisan dan Tertulis Keseluruhan ... 36
Gambar 4.2 Kuantitas Siswa Bertanya Lisan dan Tertulis Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 38
Gambar 4.3 Diagram Pertanyaan Siswa Keseluruhan ... 42
Gambar 4.4 Diagram Pertanyaan Lisan Keseluruhan ... 43
Gambar 4.5 Diagram Pertanyaan Tertulis Keseluruhan ... 45
(13)
xii
Tabel 2.2 Langkah Strategi Pembelajaran Question Student Have... 23
Tabel 3.1 Pengelompokkan Siswa ... 29
Tabel 3.2 Analisis Pertanyaan Siswa ... 32
Tabel 4.1 Distribusi Persentase Kuantitas Siswa Bertanya ... 37
Tabel 4.2 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Tinggi ... 39
Tabel 4.3 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Sedang ... 40
Tabel 4.4 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Rendah ... 40
Tabel 4.5 Persentase Pertanyaan Siswa Setiap Pertemuan ... 42
Tabel 4.6 Persentase Pertanyaan Lisan Setiap Pertemuan ... 44
Tabel 4.7 Persentase Pertanyaan Tertulis Setiap Pertemuan ... 46
Tabel 4.8 Persentase Pertanyaan Terkait Dimensi Pengetahuan Setiap Pertemuan ... .47
Tabel 4.9 Persentase Pertanyaan Lisan Dimensi Proses Kognitif dan Pengetahuan ... 48
Tabel 4.10 Persentase Pertanyaan Tertulis Dimensi Proses Kognitif dan Pengetahuan... 49
Tabel 4.11 Persentase Pertanyaan Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah Keseluruhan (Lisan dan Tertulis) ... 50
Tabel 4.12 Persentase Pertanyaan Terkait Dimensi Pengetahuan Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah Keseluruhan (Lisan dan Tertulis) ... 51
Tabel 4.13 Persentase Pencapaian Hasil Belajar ... 52
Tabel 4.14 Persentase Pertanyaan Tidak Relevan ... 55
Tabel 4.15 Contoh Pertanyaan Siswa ... 62
Tabel 4.16 Pertanyaan Lisan dan Tertulis Level Kognitif C2 (Memahami) .... 67
Tabel 4.17 Pertanyaan Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah (Memahami-Konseptual) ... 71
(14)
xiii
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa ...110
Lampiran 3. Lembar Observasi Guru ...125
Lampiran 4. Lembar Observasi Pertanyaan Siswa ...126
Lampiran 5. Soal Posttest ...128
Lampiran 6. Lembar Validitas Isi ...140
Lampiran 7. Nilai MID Semester Ganjil ...142
Lampiran 8. Perhitungan Pengelompokkan Siswa ...144
Lampiran 9. Daftar Kelompok Siswa...145
Lampiran 10. Lembar Validasi Pertanyaan...147
Lampiran 11. Olah Data Pertanyaan Siswa ...161
Lampiran 12. Pertanyaan Siswa ...212
Lampiran 13. Nilai Posttest...223
Lampiran 14. Distribusi Indikator Soal Posttest ...224
Lampiran 15. Hasil Persentase Indikator Pembelajaran ...227
Lampiran 16. Validasi Analisis Soal Evaluasi Sekolah ...230
Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian ...236 Lampiran 18. Lembar Uji Referensi ... Lampiran 19. Surat-surat ...
(15)
1
A. Latar Belakang Masalah
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 menyatakan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penyelenggaraan pembelajaran secara interaktif dapat tercipta dengan adanya interaksi yang terjadi di dalam kelas. Interaksi dalam pembelajaran terjadi antara siswa dan guru ataupun antar siswa melalui sebuah pertanyaan.
Keadaan yang seringkali terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah adalah interaksi satu arah yaitu siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pengajuan pertanyaan pun didominasi oleh guru yang bertanya, sementara siswa jarang yang mengajukan pertanyaan. Sementara Yunarti menyatakan bahwa jika pertanyaan dimunculkan oleh siswa, maka siswa belajar untuk memberi pertanyaan yang baik dan menerima umpan balik dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.1
Dalam dunia pendidikan kita, siswa belum banyak terangsang untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang dipelajari, karena berbagai alasan, terutama siswa tidak terlatih dalam mengajukan pertanyaan, kemungkinan berikut barangkali kurang percaya diri mereka, tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru, dikarenakan guru monopoli dalam kelas, dan lain sebagainya.2
Sikap pasif siswa dalam pembelajaran tersebut dapat terjadi pula ketika guru memberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan kebanyakan siswa hanya diam sehingga guru mengambil alih kembali pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa sikap pasif siswa dalam
1
Tina Yunarti, “Fungsi dan Pentingnya Pertanyaan dalam Pembelajaran”, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 5 Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-3-2, h. 180.
2
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. III, h. 90.
(16)
mengajukan pertanyaan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu siswa sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan guru, ataupun siswa enggan dan malu untuk bertanya.
Amri, dkk mengatakan bahwa jika tidak ada siswa yang bertanya maka guru cenderung menganggap bahwa siswa telah memahami materi pelajaran.3 Siswa yang mudah menyerap pembelajaran yang disampaikan guru bisa saja telah memahami semua yang disampaikan oleh guru, namun tidak semua siswa dapat langsung memahami materi yang dijelaskan guru. Permasalahan yang muncul adalah masih banyak siswa yang tidak memahami materi pelajaran dan lebih memilih diam dikarenakan mereka sama sekali tidak mengerti bahkan tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Penelitian yang dilakukan oleh Dewita, dkk mendapati bahwa siswa tidak mau bertanya kepada guru namun ketika guru menanyakan sebuah pernyataan benar atau salah, siswa tidak bisa menjawab karena sebagian besar siswa tidak memahami materi yang dipelajari saat itu4
Diamnya siswa ketika diberikan kesempatan bertanya oleh guru dapat dikarenakan siswa merasa tidak percaya diri dan takut untuk mengajukan pertanyaan. Vianata mengemukakan faktor yang menyebabkan siswa tidak aktif bertanya adalah siswa yang kurang berani untuk bertanya padahal dalam dirinya sudah ada pertanyaan yang akan disampaikan.5 Perasaan malu dan takut untuk bertanya yang terjadi pada siswa membentuk pola pikir yang sama saat ia telah dewasa nanti. Hal ini sejalan dengan teori operant
3
Dian Suciana Amri, Agus Irianto, dan Yulhendri, Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Antara Menerapkan Strategi Question Student Have dan Strategi Think Pair Share pada Kelas X di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Kota Solok, h. 2 (http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pek/article/download/329/174 diakses pada tanggal 15 Desember 2014).
4
Sri Dewita, Sofia Edriati, dan Anna Cesaria, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Question Student Have (QSH) Disertai Speed Test Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 10 Sijunjung, (http://jurnal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/MHSMAT/index.php/mat20121/article/download/71/70 diakses pada tanggal 20 Desember 2014).
5
Haning Vianata, Pengaruh Model Pembelajaran Question Student Have Terhadap Hasil Belajar IPS Sejarah Siswa, Journal of History Education, Vol. 1, No. 1, 2012, h. 2.
(17)
conditioning dari Skinner dalam Santrock (2008) yang dikutip Suherni, mengatakan bahwa pemberian reinforcement (positif dan negatif) dapat mengakibatkan terbentuknya perilaku yang diharapkan atau yang tidak diharapkan yang dapat berlangsung lama.6 Pola pikir malu dan takut tersebut akan menjadi reinforcement negatif bagi siswa yang akan membentuk siswa untuk terus takut bertanya. Hal ini dapat menjadi suatu permasalahan bagi dunia pendidikan karena bagaimanapun, kegiatan bertanya adalah salah satu cara bagi seseorang untuk mencari informasi dan pengetahuan yang ingin diketahui. Seperti yang dikemukakan Ayunin, dkk bahwa pengetahuan yang
dimiliki seseorang bermula dari „bertanya’.7
Pengaruh sikap pasif siswa dalam mengajukan pertanyaan membuat siswa kurang memanfaatkan kesempatan untuk dapat mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai materi yang tidak dipahami ataupun menggali dengan lebih luas pelajaran yang sedang dipelajari. Siswa yang seringkali didapati mengajukan pertanyaan adalah siswa yang berkemampuan tinggi ataupun berani, sementara siswa lainnya hanya diam. Dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Andiasari pada siklus pertama didapati bahwa siswa yang bertanya jumlahnya sedikit dan cenderung siswa yang sama serta siswa yang cukup banyak bertanya adalah siswa yang tergolong pintar sedangkan yang lainnya cenderung pasif.8 Diamnya siswa ketika kegiatan pembelajaran akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang komunikatif dan pembelajaran menjadi pasif.
Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil (kecuali, barangkali, sekadar sertifikat yang dia akan terima). Ketika belajar secara
6
Suherni, “Analisis Keterampilan Bertanya Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Keragaman Pada Tingkat Organisasi Kehidupan SMP Negeri Kabupaten Deli Serdang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan, 2013, h. 1-2, tidak dipublikasikan.
7
Roro Kurrota Ayunin, Jumadi, dan Subroto, Pengaruh Pendekatan Setiap Siswa Sebagai Guru Terhadap Keterampilan Bertanya Siswa dan Pemahaman Materi Dalam Pembelajaran Fisika Pada Materi Alat Optik Siswa Kelas X, e-Journal Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 1, No. 3, 2012, h. 3.
8
Liena Andiasari, Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2015, h. 17-18.
(18)
aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.9
Berdasarkan penelitian mengenai faktor penyebab kesulitan siswa dalam mengungkapkan pertanyaan yang dilakukan oleh Cholifah didapati bahwa kesulitan siswa dalam mengungkapkan pertanyaan di kelas termasuk ke dalam kategori kesulitan yang tinggi salah satunya adalah indikator hubungan siswa dengan guru memiliki presentase sebesar 61,66% termasuk kategori kesulitan yang tinggi dan indikator perilaku guru dalam mengajar adalah 77,76% termasuk kategori kesulitan yang tinggi pula.10 Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa siswa kurang dapat berkomunikasi dengan guru sehingga muncul perasaan takut dan enggan kepada guru. Hal ini menyebabkan kesulitan siswa bertanya di dalam kelas merupakan kesulitan yang tinggi. Padahal pertanyaan merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam sebuah proses pembelajaran.
Widodo mengungkapkan bahwa siswa sangat sedikit mengajukan pertanyaan secara lisan, namun setelah diberikan kesempatan untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan mereka, ternyata siswa bisa memunculkan banyak sekali pertanyaan.11 Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang mendapatkan latihan untuk mengajukan pertanyaan. Kurang terlatihnya siswa dalam mengajukan pertanyaan dapat dikarenakan guru berbalik memberikan pertanyaan ketika siswa tidak ada yang bertanya, tanpa menunggu sampai siswa mampu membuat pertanyaan sendiri. Kebanyakan siswa yang merasa kurang percaya diri, lebih memilih untuk
9
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. dari active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Sarjuli, dkk, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), Cet. 6, h. 6.
10
Siti Cholifah, Wince Hendri, & Lisa Deswati, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Mengungkapkan Pertanyaan pada Proses Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP Bunda Padang, E-Journal Universitas Bung Hatta, Vol. 2, No. 4, 2013, h.11.
11
Widodo, Yeti Sumiati & Cucu Setiawati, Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 1, 2006, h. 13.
(19)
menuliskan pertanyaan mereka dibandingkan menyampaikan langsung kepada guru.
Proses belajar mengajar dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal.12 Hasil belajar yang baik dan maksimal ditentukan oleh seberapa besar pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa maka diperlukan adanya keterampilan bertanya yang diajukan oleh siswa. Dengan adanya kegiatan bertanya, siswa tidak hanya sekedar memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru tetapi juga dapat mengembangkan kerja otaknya dan mengkonstruk ilmu pengetahuan yang didapatkan.
Seseorang yang selalu menerima suatu ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, memungkinkan siswa yang bersangkutan dapat mengasosiakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide atau teori yang sedang dibahas.13
Standar Kompetensi Lulusan menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Permendikbud No 65 Tahun 2013 menyebutkan keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seorang guru tentunya dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan yang harus dimiliki siswa, salah satunya adalah keterampilan bertanya.
Otak kita tidak berfungsi seperti kerja audio recorder atau video tape recorder. Begitu informasi masuk terus dipertanyakan. Otak kita tidak hanya menerima informasi, tetapi juga memprosesnya. Untuk memproses informasi
12
Asmira, Wanto Rivaie, dan Izhar Salim, Analisis Keterampilan Bertanya oleh Guru Mata Pelajaran Sosiologi pada Kelas X MAS Khulafaur Rasyidin, h. 2 (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/7686/7787 diakses pada tanggal 15 Desember 2014).
13
(20)
secara efektif, otak (the brain) membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Jika kita mendiskusikan informasi dengan orang lainm, dan jika kita diminta untuk mempertanyakannya, otak kita dapat melakukan tugas belajar lebih baik.14 Salah satu cara untuk dapat membuat otak bekerja dengan lebih baik yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, siswa perlu dilatih untuk dapat membuat pertanyaan. Melatih membuat pertanyaan dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan rangsangan, atau meminta siswa secara langsung untuk membuat pertanyaan menggunakan strategi pembelajaran. Upaya untuk melatih siswa dan menyalurkan pertanyaan yang ingin mereka sampaikan dapat dilakukan dengan menerapkan strategi Question Student Have, yaitu menuliskan pertanyaan yang ingin diajukan siswa kepada guru.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Edwards & Mary (1996) dalam Rahayu, dkk yang menyatakan adanya peningkatan strategi bertanya di ruang kelas dalam mengembangkan kemampuan berpikir kognitif tingkat tinggi.15 Kemampuan berpikir kognitif dapat dibedakan berdasarkan Taksonomi Bloom revisi yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Penelitian Nur Liya Khasanah, dkk. menunjukkan bahwa setelah terbiasa dengan strategi Question Student Have, siswa kelas eksperimen dapat menjadi lebih aktif daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat bahwa pada pertemuan akhir, jumlah siswa aktif dan sangat aktif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 97,00% > 81,25%.16 Begitu pula dengan hasil wawancara siswa dan guru dalam penelitian Neneng Milati menunjukkan bahwa pembelajaran aktif teknik Question Student Have
14
Silberman, op. cit., h. 4.
15
Eni Rahayu, Alvi Rosyidi, dan Meti Indrowati, Achievement of Biology using Question Student Have Active Learning Observed from Learning Activity of Student’s on XI IPA Grade of SMA Negeri 1 Sukoharjo, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 3 No. 3, 2011, h. 56.
16
Nur Liya Khasanah, Sri Mulyani Endang Susilowati, dan Ely Rudyatmi, Efektifitas Strategi Question Student Have dan Media Powerpoint pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan, Unnes Journal of Biology Education, Vol. 2 No. 1, 2013, h. 68.
(21)
memberikan respon yang baik dan guru kelas juga menganggap bahwa pembelajaran aktif teknik Question Student Have telah dilaksanakan dengan sangat baik karena siswa dituntut untuk membuat pertanyaan sehingga siswa lebih konsentrasi dalam belajar.17
Hasil penelitian lainnya mengenai strategi Question Student Have di SMPN 87 Jakarta didapatkan hasil bahwa strategi Question Student Have dapat meningkatkan keterampilan bertanya siswa dengan hasil pada siklus I sebesar 44,13% menjadi 51, 33% pada siklus II.18 Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan adanya analisis keterampilan bertanya siswa yang tidak hanya melihat dari segi kuantitatif, namun perlu juga ditinjau aspek pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi pada pembelajaran Biologi teknik Question Student Have di kelas XI IPA 1 MAN Tangerang pada konsep Sistem Gerak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Interaksi pembelajaran di kelas didominasi oleh pertanyaan yang diajukan guru.
2. Kebanyakan siswa hanya diam ketika diberikan kesempatan untuk bertanya.
3. Siswa kurang dilatih untuk dapat mengajukan pertanyaan.
4. Siswa enggan dan tidak memiliki keberanian untuk mengajukan pertanyaan.
17
Neneng Milati, “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Question Student Have untuk Meningkatkan Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika”, Skripsi pada Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 98, tidak dipublikasikan.
18
Qonita Rahmi, Zulfiani, dan Henie Suryana, “Penerapan Strategi Question Student Have untuk Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 87 Jakarta”, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, Pembelajaran & Workshop Kurikulum KKNI Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 24-26 Oktober 2015, h. 34.
(22)
5. Tidak adanya aktifitas bertanya siswa menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan berfikir kognitif siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang meluas, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Keterampilan bertanya yang diteliti dibatasi pada jumlah siswa bertanya dan tingkat pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi meliputi level kognitif dan dimensi pengetahuan yang dianalisis secara terpisah. 2. Pertanyaan berdasarkan level kognitif mencakup pertanyaan lisan dan
tertulis.
3. Keterampilan bertanya siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah dibatasi pada hasil keseluruhan pertanyaan berdasarkan level kognitif dan dimensi pengetahuan.
4. Materi yang digunakan pada pembelajaran dibatasi pada konsep sistem gerak.
5. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah strategi Question Student Have.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kuantitas dan kualitas bertanya siswa kelas XI IPA 1 MAN Tangerang tahun ajaran 2015/2016 keseluruhan dan kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi dengan menerapkan strategi Question Student Have pada konsep sistem gerak?”
(23)
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian mempunyai tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas bertanya siswa kelas XI IPA 1 MAN Tangerang tahun ajaran 2015/2016 keseluruhan dan kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi dengan menerapkan strategi Question Student Have pada konsep sistem gerak.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pengembangan kegiatan belajar mengajar di kelas yang dapat melatih keterampilan bertanya siswa.
2. Bagi Instansi
Hasil penelitian dapat dijadikan dokumentasi ilmiah bagi mahasiswa yang memerlukan referensi mengenai strategi Question Student Have dan keterampilan bertanya siswa.
3. Bagi Peneliti Lainnya
Dapat dijadikan literatur untuk perbandingan mengenai hasil keterampilan bertanya siswa berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi.
(24)
10
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Bertanya a. Definisi Bertanya
Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya.1 Aktivitas bertanya di dalam kelas berada dalam ruang lingkup yang luas, yaitu dapat terjadi kepada siapapun yang memungkinkan munculnya aktivitas bertanya.
Bertanya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan atau mengandung kata tanya (apa, mengapa, bagaimana, siapa, kapan, mana, di mana, ke mana, berapa, atau kata tanya lainnya), dan kemudian diakhiri dengan tanda tanya (?).2 Bertanya itu sendiri harus mengandung kata tanya, jika tidak mengandung kata tanya maka dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan bukanlah sebuah pertanyaan.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis konstekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang
1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 11, h. 89.
2
Rizkianingsih, M. Sukisno, dan Susilo, Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Kelas VIII MTs, Unnes Physics Education Journal, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 48.
(25)
belum diketahuinya.3 Dari pernyataan tersebut kegiatan bertanya menjadi unsur penting dalam pembelajaran siswa karena dengan bertanya siswa belajar untuk dapat menambah wawasannya dengan cara menggali informasi yang belum diketahuinya melalui guru. Menurut Cholifah, dkk., bertanya bagi siswa merupakan salah satu cara untuk memahami pelajaran, menambah wawasan baru dan memantapkan apa yang tadinya masih ragu-ragu atau belum jelas.4
Menggunakan pertanyaan yang merangsang pikiran bisa membuat siswa berpikir.5 Siswa dapat menggunakan kerja otaknya secara lebih maksimal ketika mereka dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat mereka berpikir. Mereka juga dapat mengkonstruksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan melalui sebuah pertanyaan.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (b) Mengecek pemahaman siswa; (c) Membangkitkan respons kepada siswa; (d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) Menyegarkan kembali pengertahuan siswa.6
Kegiatan bertanya sesungguhnya adalah salah satu cara untuk dapat menambah pengetahuan siswa, mengetahui ketidakmengertian siswa terhadap suatu pelajaran, serta melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi pelajaran tersebut.
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. 6, h. 115.
4
Siti Cholifah, Wince Hendri, & Lisa Deswati, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Mengungkapkan Pertanyaan pada Proses Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP Bunda Padang, E-Journal Universitas Bung Hatta, Vol. 2, No. 4, 2013, h. 2.
5
Hellen Ward, Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak, Terj. dari Using Their Brains in Science oleh Endah Sulistyowati dan Agus Suprapto,(Jakarta: PT Indeks, 2010), h. 24.
6
(26)
b. Keterampilan Bertanya
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya.7 Keterampilan biasa diartikan sebagai kegiatan yang bersifat fisik seperti pengertian keterampilan tersebut. Menurut Muhibbin, keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.8 Berdasarkan pengertian mengenai keterampilan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan bukan hanya sesuatu hal yang melibatkan fisik untuk melakukannya, melainkan juga sesuatu yang bersifat kognitif.
Sanjaya, membagi keterampilan menjadi dua, yaitu bisa berupa keterampilan fisik dan keterampilan nonfisik. Keterampilan fisik adalah keterampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot; sedangkan keterampilan nonfisik adalah keterampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu persoalan.9 Maka dapat dikatakan bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan menggunakan otak juga dapat dikatakan sebagai suatu keterampilan yang bersifat nonfisik.
Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Dari pertanyaan yang diajukan dapat
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 117.
8 Ibid.
9
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), Cet. 6, h. 41-42.
(27)
diketahui sejauh mana siswa dapat menggunakan pemikirannya, sejauh mana pemahaman yang dimilikinya.10
Menurut Zulfiani, dkk., keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Untuk sampai pada keterampilan ini, guru harus terlebih dahulu menunjukkan pola
berpikir “Apa” –“Mengapa” –dan “Bagaimana” dalam setiap
mengupas suatu masalah bersama-sama dengan siswa. 11
Dari kedua penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran karena berguna untuk mendorong siswa mempelajari suatu masalah lebih lanjut dan pertanyaan yang diajukan siswa dapat menjadi ukuran penilaian guru untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa.
Keterampilan bertanya menjadi salah satu cara untuk dapat mengorganisasikan informasi yang didapatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Preessley et al.(1990) dalam Slavin mengatakan bahwa salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari naskah tertulis, pengajaran, dan sumber informasi lain ialah penyertaan pertanyaan yang mengharuskan siswa berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman mereka sendiri tentang apa yang dikatakan naskah atau guru.12 Oleh karena itu memiliki keterampilan dalam bertanya menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Keterampilan bertanya tidak hanya harus dimiliki oleh guru tetapi siswa juga harus memiliki keterampilan dalam bertanya.
10
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Cet. 1, h. 96.
11
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 55.
12
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jilid 1, Terj. dari Educational Psychology: Theory and Practice oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 263.
(28)
Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh seseorang, dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh penanya, kita sebagai guru akan dapat mengukur “apakah pertanyaan siswa memiliki sistematika atau tidak?”, “apakah pertanyaannya terstruktur atau tidak?”, “apakah pertanyaannya memiliki muatan atau tidak?”, “apakah pertanyaannya rasional,
emosional?”. Guru memiliki kesempatan yang banyak memperbaiki,
melatih cara mengajukan pertanyaan siswa, bimbingan yang akan diberikan itu akan berpengaruh positif bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.13 Pernyataan di atas menunjukkan bahwa peran siswa dalam mengajukan pertanyaan merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Guru dapat mengambil kesempatan untuk mengetahui pola pikir siswa berdasarkan pertanyaan yang mereka ajukan.
Keterampilan bertanya bertujuan untuk: (a) merangsang kemampuan berpikir siswa; (b) membantu siswa dalam belajar; (c) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri; (d) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (c) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.14
Menurut Sagala, dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi
13
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 3, h. 89-90.
14
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. 4, h. 170.
(29)
pertanyaan dari siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.15
Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa, di antaranya: (a) Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran; (b) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri pada hakikatnya bertanya; (c) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban; (d) Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.16
Berdasarkan ketiga pemaparan mengenai tujuan ataupun dampak positif mengenai keterampilan bertanya terhadap siswa ditemukan adanya tiga persamaan. Pertama adalah bahwa keterampilan bertanya dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Kedua adalah bahwa dengan keterampilan bertanya dapat membantu suswa mencapai tujaun pelajaran yaitu memusatkan atau memfokuskan siswa pada masalah yang sedang dibahas. Ketiga adalah dapat membangkitkan dan mengetahui rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dibahas.
Keterampilan bertanya merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pembelajaran IPA, keterampilan mengajukan pertanyaan termasuk ke dalam salah satu keterampilan proses sains. Menurut Chin, pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan siswa merupakan aspek penting dalam sains karena dapat merangsang siswa untuk terlibat dalam proses berpikir seperti hipotesa, memprediksi, dan menjelaskan.17
15
Sagala, op. cit., h. 88-89.
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 5, h. 34.
17Christine Chin, Learning in Science: What do Students’ Questions Tell Us About The
ir Thinking?, Education Journal, Vol. 29, No. 2, 2001, h. 100.
(30)
Menurut Carin dan Sund dalam Dahar (1992) yang dikutip oleh Kinkin mengelompokkan jenis pertanyaan dalam sains pada tiga kategori, yaitu: (1) Pertanyaan kovergen dan divergen, (2) Pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom, (3) Pertanyaan yang mengarah kepada keterampilan proses sains (KPS).18 Sedangkan menurut Widodo, pertanyaan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Pertanyaan akademik dan non akademik, (2) Pertanyaan tertutup dan terbuka, (3) Pertanyaan terkait proses kognitif.19
Kata taksonomi, diambil dari bahasa Yunani tassein yang mengandung arti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokkan suatu hal berdasarkan hierarki tertentu. Posisi taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.20 Taksonomi yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Taksonomi Bloom.
Taksonomi Bloom sebelum dilakukan revisi memiliki enam aspek kognitif yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Sementara Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl mencakup aspek: (1) Mengingat, (2) Memahami, (3) Menerapkan, (4) Menganalisis, (5) Mengevaluasi, dan (6) Menciptakan yang dapat dilihat dari Tabel 2.1.
18Kinkin Suartini, “Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode
Discovery-Inquiry”, dalam Gelar Dwirahayu & Munasprianto Ramli (eds), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007), Cet. 1, h. 108.
19
Ari Widodo, Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 2, 2006, h. 3-4.
20
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 8-9.
(31)
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom Revisi
Dimensi Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif 1.
Mengingat 2.
Memahami
3. Meng-aplikasikan
4. Meng-analisis
5. Meng-evaluasi
6. Men-cipta A. Pengetahuan
Faktual
B. Pengetahuan Konseptual C. Pengetahuan Prosedural D. Pengetahuan Metakognitif
Sumber: Anderson & Krathwol
Berdasarkan Anderson & Krathwol, mengingat berarti mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Memahami berarti mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Mengevaluasi berarti mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. Dan yang terakhir, mencipta berarti memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.21
Sedangkan pada dimensi pengetahuan, ada empat kategori, yaitu sebagai beriku: a) Faktual (factual knowledge): berisi unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan
21
Lorin W. Anderson & David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk: Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1, h. 44-45.
(32)
diperkenalkan dengan satu mata pelajaran tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction); b) Kosep (conceptual knowledge): meliputi skema, model mental atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif; c) Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti; d) Metakognitif (motacognitive knowledge): pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan pemahaman pribadi seseorang.22
Taksonomi Bloom diorganisasikan dari yang sederhana hingga rumit, beberapa orang menafsirkannya sebagai pemeringkatan tujuan dari sesuatu yang sepele hingga yang penting. Namun, hal ini bukanlah maksud taksonomi. Tingkat tujuan yang berbeda adalah sesuai bagi tujuan yang berbeda dan bagi siswa pada tahap perkembangan yang berbeda pula. Peran penting utama taksonomi Bloom adalah bahwa taksonomi itu mengingatkan bahwa kita menginginkan siswa mempunyai banyak tingkat kemampuan.23
Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengklasifikasikan keterampilan bertanya dapat menggunakan taknosomi Bloom revisi dengan dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan untuk melihat tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa dan dimensi proses kognitif untuk melihat kemampuan kognitif siswa.
22
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011,), Cet. 2, h. 9-10.
23
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Jilid 2, Terj. Dari Educational Pshychology: Teory and Practice, 9th ed oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h.265.
(33)
2. Strategi Pembelajaran Aktif a. Strategi Pembelajaran
Menurut Salma, strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan tehnik penyampaian pesan, penentuan metode dan media, alur isi pelajaran, serta interaksi antara pengajar dan peserta didik. 24
Sedangkan Iif Khoiru mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diarapkan akan dikuasainya di akhir kegiatan belajarnya.25 Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan strategi pembelajaran adalah cara-cara atau teknik yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran agar peserta didik dapat memahami apa yang disampaikannya dengan lebih mudah dan mencapai tujuan pembelajaran.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Uno, bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh seorang pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.26
Dengan demikian, strategi pembelajaran dapat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Seorang guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi, keadaan kelas dan juga siswa untuk mencapai
24
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 3, h. 37.
25
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2011), h. 9.
26
(34)
kegiatan pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan. Strategi pembelajaran yang tidak tepat, tidak akan membawa siswa untuk dapat memahami pembelajaran.
b. Active Learning
Active learning (belajar aktif) adalah suatu proses dimana siswa terlibat secara aktif dalam membangun pemahaman mengenai fakta, ide, dan keterampilan melalui penyelesaian dari instruktur yang diarahkan melalui tugas dan kegiatan.27
Active learning (belajar aktif) adalah suatu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien dalam kehidupan mereka sehari-hari.28
Dari kedua pengertian tersebut, dapat diambil beberapa inti dari pembelajaran aktif. Pertama, siswa secara aktif membangun pemahaman mengenai fakta, ide, dan keterampilan. Kedua, mengubah tingkah laku siswa menjadi belajar aktif secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Hollingsworth, siswa belajar secara aktif ketika mereka terlibat secara terus-menerus, baik mental maupun fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif.29
Strategi pembelajaran aktif instruksional dapat dibuat dan digunakan untuk melibatkan siswa dalam: (a) berpikir kritis atau kreatif; (b) berbicara dengan berpasangan, kelompok kecil, atau
27
Daniel Bell and Jahna Kahrhoff, Active Learning Handbook, 2006, h. 1, (http://www.cgs.pitt.edu/sites/default/files/Doc6-GetStarted_ActiveLearningHandbook.pdf diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
28
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar: Teraktual dan Terpopuler, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), Cet. 1, h. 138.
29
Pat Hollingsworth & Gina Lewis, Pembelajaran Aktif: Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas, Terj. dari Active Learning, Increasing Flow in the Classroom oleh Dwi Wulandari,(Jakarta: PT Indeks, 2008), Cet. 2, h. viii.
(35)
dengan seluruh kelas; (c) mengungkapkan ide-ide melalui tulisan; (d) menjelajahi sikap pribadi dan nilai-nilai; (e) memberi dan menerima umpan balik, dan; (f) merefleksikan proses pembelajaran.30
Pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan, dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekadar menerima (reaktif).31 Siswa yang belajar secara aktif dapat membuat pembelajaran menjadi lebih efektif serta membuat siswa aktif mencari tahu apa yang tidak diketahuinya. Pembelajaran aktif ini memiliki banyak strategi pembelajaran, salah satu diantaranya adalah Question Student Have (QSH).
c. Strategi Question Student Have
Question Student Have jika diartikan perkata ke dalam bahasa
Indonesia yaitu “Question” yang artinya pertanyaan, “Student” yang
artinya siswa, dan “Have” yang artinya mempunyai atau memiliki. Apabila digabungkan maka pengertian dari Question Student Have adalah pertanyaan yang dimiliki siswa.
Pembelajaran Question Student Have (QSH) menekankan pada siswa untuk aktif dan menyatukan pendapat dan mengukur sejauh mana siswa memahami pelajaran melalui pertanyaan tertulis, bertujuan agar siswa termotivasi dalam menerima dan memahami materi yang diajarkan karena terjadi timbal balik antara guru dan siswa.32 Seperti penjelasan tersebut, dengan diterapkannya strategi
30
Jim Eison, Using Active Learning Instructional Strategies to Create Excitement and Enhance Learning, 2010, h. 1, (http://www.cte.cornell.edu/documents/presentations/Eisen-Handout.pdf diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
31
Melvin L. Siberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa, 2012), Cet. 7, h.116
32
Ikeu Dwi Astuti dan Purwati Kuswarini Suprapto, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have pada Konsep Sistem Ekskresi pada Manusia, h. 3-4, (http://journal.unsil.ac.id/download.php?id=2499 diakses pada tanggal 10 Desember 2014).
(36)
Question Student Have, guru dapat mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikannya melalui pertanyaan yang ditulis siswa. Sementara siswa yang tidak memperhatikan pelajaran tidak akan bisa memunculkan pertanyaan mengenai apa yang dipelajari. Dengan begitu siswa akan termotivasi untuk dapat belajar secara aktif.
Zaini, dkk., menyatakan bahwa “Question Student Have (pertanyaan dari siswa) merupakan teknik yang tidak menakutkan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan peserta
didik”.33
Teknik ini membuat siswa yang tidak berani mengajukan pertanyaan secara langsung kepada guru dapat menyalurkan pertanyaannya melalui sebuah tulisan, dengan demikian siswa tidak perlu lagi merasa takut dan tidak berani untuk mengajukan pertanyaan yang ingin disampaikannya. Zaini, dkk., menjelaskan
bahwa “Strategi Question Student Have merupakan salah satu cara yang dapat mendatangkan partisipasi siswa melalui tulisan”.34 Secara tidak langsung, strategi Question Student Have dapat menjadi sebuah teknik yang menuntut siswa yang kurang aktif dalam kelas tetap turut berpartisipasi dalam pembelajaran yaitu dengan menuliskan sebuah pertanyaan kepada guru.
Strategi Question Student Have akan „memaksa’ siswa untuk menuliskan pertanyaan ataupun harapannya di sebuah kertas karena dengan membuat pertanyaan siswa akan menemukan kunci belajar, menggali informasi dengan lebih terperinci.
Langkah-langkah dalam kegiatan menggunakan strategi Question Student Have adalah sebagai berikut:
33
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 17.
34
Hisyam Zaini, dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2002), h. 139.
(37)
Tabel 2.2 Langkah Strategi Pembelajaran
Question Student Have
No Langkah Kegiatan
1 Bagikan potongan-potongan kertas (ukuran kartu pos) kepada anak didik
2
Minta setiap anak didik untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran, atau yang berhubungan dengan kelas. (tidak perlu menuliskan nama)
3
Setelah semua selesai membuat pertanyaan, masing-masing diminta untuk memberikan kepada teman di samping kirinya. Sebaiknya posisi tempat duduk anak didik adalah melingkar. Beri kesempatan kepada anak didik untuk membaca semua pertanyaan dari teman-temannya
4
Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, mereka diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin dia ketahui jawabannya, maka dia harus memberi tanda centang, jika tidak, berikan langsung kepada teman di samping kanannya
5
Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, anak didik diminta untuk menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya. Pada saat ini carilah pertanyaan yang mendapat tanda centang paling banyak
6
Beri respon terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan: a) jawaban langsung secara singkat;
b) menunda jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas topik tersebut;
c) menjelaskan bahwa pembelajaran ini tidak akan sampai membahas pertanyaan anak didik tersebut. Jawaban secara pribadi dapat diberikan di luar kelas
7 Kumpulkan semua kertas. Besar kemungkinan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan anda jawab pada pertemuan berikutnya.
(38)
Catatan: a) Jika kelas terlalu besar sehingga akan memakan waktu yang banyak untuk dapat memutar kertas, pecahlah anak didik menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, kemudian ikuti instruksi seperti di atas. Atau dapat juga dengan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan tersebut tanpa diputar, kemudian jawab beberapa pertanyaan secara acak; b) Daripada menuliskan pertanyaan, mintalah anak didik menuliskan harapan dan atau perhatian mereka terhadap pelajaran.35
B. Kajian Relevan
1. Tesis Suherni yang berjudul Analisis Keterampilan Bertanya Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Keragaman Pada Tingkat Organisasi Kehidupan SMP Negeri Kabupaten Deli Serdang. Sampel penelitian ini adalah 160 orang siswa kelas VII dari 4 sekolah SMP Negeri di kabupaten Deli Serdang. Penggolongan pertanyaan dalam Taksonomi Bloom menunjukkan hasil penelitian pertanyaan siswa dalam bentuk lisan merupakan pertanyaan kognisi tingkat rendah (100%) dengan didominasi pertanyaan mengenai sel (68,75%). Siswa yang duduk di depan (68,75%) lebih banyak bertanya daripada di tengah dan di belakang. Pertanyaan siswa secara tulisan merupakan pertanyaan kognisi tingkat rendah (93,85%) dengan topik pertanyaan yang banyak muncul adalah mengenai sel dan jaringan. Pertanyaan siswa secara lisan dalam Taksonomi Marbach tergolong tipe 2 dan 3 dengan jumlah sama yaitu 50% dengan pertanyaan terbanyak yaitu mengenai sel.
2. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran oleh Ari Widodo yang berjudul Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains. Sampel penelitian yaitu empat SMP di Bandung. Pertanyaan yang dianalisis adalah pertanyaan yang relevansi dengan pelajaran, pertanyaan terbuka-tertutup, dan pertanyaan yang meminta proses kognitif. Hasil analisis
35
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 3, h. 392-393.
(39)
mengungkapkan bahwa pertanyaan guru melebihi jumlah pertayaan siswa. Sebagian besar pertanyaan guru adalah pertanyaan tertutup dan meminta siswa untuk berpikir tingkat rendah.
3. Skripsi Neneng Milati dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Question Student Have untuk Meningkatkan Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B MTs. Jamiyyah Islamiyyah tahun ajaran 2010/2011. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran aktif teknik Question Student Have dapat meningkatkan perhatian dan hasil belajar matematika siswa. Dengan persentase perhatian belajar siswa pada siklus I adalah 60% meningkat menjadi 80% pada siklus II. Sedangkan untuk hasil belajar pada siklus I nilai rata-rata sebesar 56,3 dan pada siklus II meningkat menjadi 73,9%.
4. Unnes Journal of Biology Education oleh Nur Liya Khasanah, Sri Mulyani Endang Susilowati, dan Ely Rudyatmi yang berjudul Efektivitas Strategi Question Student Have dan Media Powerpoint pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Sampel penelitian yaitu siswa kelas VIIIA SMP Muhammadiyah Suruh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah siswa aktif pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol begitu juga dengan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
C. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran di dalam kelas harus terjadi secara interaktif, yaitu dengan cara melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan proses pembelajaran diharapkan siswa tidak hanya memiliki pengetahuan melainkan juga keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan bertanya yang diajukan siswa dalam proses pembelajaran.
(40)
Kegiatan belajar mengajar di kelas saat ini masih banyak yang cenderung pasif. Pasif yang dimaksud adalah pada kegiatan pembelajaran lebih banyak guru yang berbicara di kelas dibandingkan dengan siswa. Meskipun ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan saat pembelajaran, namun masih jauh lebih banyak siswa yang hanya diam pada saat pembelajaran atau cenderung pasif di kelas dan tidak menggunakan kesempatan ketika guru memberi waktu untuk bertanya.
Dianalisis menggunakan
Diatasi dengan menggunakan
Taksonomi Bloom Revisi
Pertanyaan Siswa Kegiatan Bertanya
Siswa
- Menganalisis kesulitan siswa
- Mengkonstruksikan pengetahuan
Strategi Pembelajaran Question Student
Have Pembelajaran
Pasif
Siswa Tidak Menggunakan Kesempatan Bertanya Berperan penting dalam
Permasalahan
Terjadi
Diperoleh
(41)
Pentingnya bertanya bagi siswa sangat berguna dalam proses belajar siswa ataupun untuk diri siswa sendiri. Ketika siswa mengajukan pertanyaan, guru dapat dengan mudah menganalisis kesulitan siswa dalam menerima pelajaran. Tidak hanya itu, dengan mengajukan pertanyaan siswa dapat melatih otaknya untuk dapat berpikir kritis karena dengan membuat pertanyaan siswa belajar mengkonstruksikan pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan yang baru diterimanya.
Strategi pembelajaran aktif Question Student Have adalah salah satu strategi yang meminta siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki di atas selembar kertas sehingga secara tidak langsung siswa dapat terlatih dalam membuat pertanyaan. Keterampilan bertanya siswa dilihat berdasarkan hasil analisis pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi.
(42)
28
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN Tangerang. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016, bulan Oktober hingga November 2015.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel.1
Adapun aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah keterampilan bertanya siswa pada konsep sistem gerak dengan menerapkan strategi Question Student Have (QSH).
C. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa MAN Tangerang kelas XI IPA 1 semester 1 tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok siswa, yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan kemampuan kognitif yang didapatkan dari hasil MID Semester Ganjil Tahun 2015/2016. Pengelompokkan tersebut dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rata-rata siswa (Mean) menggunakan rumus:
1
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 54.
(43)
2. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:
3. Mengelompokkan siswa menggunakan kriteria sebagai berikut:2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan kelompok siswa sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pengelompokkan Siswa
Kriteria Pengelompokkan Kelompok
Kognitif
Jumlah Siswa
Nilai ≥ mean + SD Tinggi 6 Mean –SD ≤ nilai ≤ mean + SD Sedang 33
Nilai ≤ mean –SD Rendah 2
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.3 Kelas yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah kelas yang cukup aktif dalam bertanya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam kepentingan penelitian dengan jelas dan sistematis. Teknik
2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), Cet. 25, h. 176.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 117.
SD √
M + 1SD M – 1SD
Ranking Atas Ranking Tengah Ranking Bawah
(44)
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menganalisis Kompetensi Isi (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran biologi kelas XI sesuai dengan Kurikulum 2013 yang digunakan sekolah serta menganalisis materi pada buku paket untuk menentukan pokok bahasan yang akan digunakan. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah sistem gerak manusia.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Membuat instrument penelitian sebagai alat pengumpul data.
d. Menguji Validasi instrument penelitian oleh para ahli. Instrument yang divalidasi adalah lembar observasi kegiatan guru dan pertanyaan siswa serta soal posttest. Instrument dapat digunakan apabila telah disetujui oleh para ahli.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama 4 kali pertemuan. Adapun kegiatan setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Sebelum pertemuan pertama dimulai, observer diberikan pengarahan mengenai cara mengisi dan menilai lembar observasi. Setelah menjelaskan mengenai langkah-langkah strategi Question Student Have, guru membagi siswa menjadi 8 kelompok diskusi. Kemudian guru memberikan LKS mengenai alat gerak pasif manusia (tulang).
Pada pertemuan ini dilakukan observasi terhadap kegiatan mengajar guru dan keterampilan bertanya siswa. Observer mencatat setiap pertanyaan yang diajukan siswa secara lisan.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua, guru melakukan demonstrasi mengenai kontraksi otot katak dilanjutkan dengan diskusi siswa untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Pada pertemuan ini
(45)
dilakukan observasi terhadap kegiatan mengajar guru dan keterampilan bertanya siswa. Observer mencatat setiap pertanyaan yang diajukan siswa secara lisan.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga siswa melakukan diskusi mengenai gangguan pada sistem gerak manusia menggunakan LKS. Pada pertemuan ini dilakukan observasi terhadap kegiatan mengajar guru dan keterampilan bertanya siswa. Observer mencatat setiap pertanyaan yang diajukan siswa secara lisan.
d. Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat dilakukan posttest terhadap seluruh siswa mengenai pokok bahasan sistem gerak manusia.
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan data yang dilakukan yaitu pengolahan data lembar observasi dan posttest.
a. Pengolahan data pertama dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan pada setiap pertemuan.
b. Pengolahan data kedua dilakukan dengan mengklasifikasikan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis menggunakan Taksonomi Bloom Revisi.
c. Pengolahan data ketiga dilakukan secara kuantitatif, yaitu mengubah data kualitatif menjadi bentuk tabel dan diagram untuk melihat tingkat pertanyaan yang diajukan siswa.
d. Semua hasil pengolahan data dianalisis dan dihubungkan dengan literatur yang ada.
(46)
E. Instrument Penelitian
Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.4 Terdapat dua instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan posttest.
a) Lembar Observasi Pertanyaan Siswa
Lembar observasi pertanyaan siswa digunakan untuk mencatat serta menganalisis pertanyaan siswa berdasarkan Taksonomi Bloom revisi yaitu aspek kognitif (C1 –Mengingat, C2 –Memahami, C3 –Mengaplikasikan, C4 –Menganalisis, C5 –Mengevaluasi, dan C6 –Mencipta) dan dimensi pengetahuan (Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif). Lembar observasi digunakan dengan mencatat pertanyaan siswa yang disampaikan secara lisan dan memasukkan pertanyaan ke dalam kategori kognitif dan dimensi pengetahuan.
Tabel 3.2 Analisis Pertanyaan Siswa
No Pertanyaan
Kategori Kognitif
Dimensi Pengetahuan C1 C2 C3 C4 C5 C6
Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif b) Lembar Observasi Guru
Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati kegiatan mengajar yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan pembelajaran
4
(47)
yang telah ditetapkan. Lembar observasi yang dibuat menggunakan tanda
ceklist (√).
c) Posttest
Posttest dilakukan sebagai data sekunder untuk melihat dan mengukur apakah pembelajaran sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Hasil posttest juga diambil untuk melihat persentase pencapaian hasil belajar siswa untuk kemudian dikaitkan dengan kualitas pertanyaan siswa.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus diuji agar memiliki validitas atau daya ketepatan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar didapatkan data yang valid dan reliabel, maka instrumen lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui validitasnya dan memberikan pengarahan kepada observer untuk menjaga reliabilitasnya.
1. Validitas
Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.5 Instrumen yang baik harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dalam penelitian. Untuk mengetahui ketepatan instrumen lembar observasi dan pertanyaan siswa dalam mengukur keterampilan bertanya siswa dilakukan validasi isi oleh dosen pembimbing. Pengujian validitas posttest dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Instrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan pembelajaran, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Validasi pertanyaan siswa dilakukan dengan mengelompokkan pertanyaan ke dalam level kognitif (mengingat, memahami, mengaplikasikan,
5
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2, h. 115.
(48)
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) dan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif) berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi. Validasi pertanyaan dilakukan dengan mengisi lembar validasi pertanyaan dalam bentuk ceklist.
2. Reliabilitas
Reliabilitas sangat diperlukan dalam sebuah penelitian. Untuk menjaga reliabilitas dari instrumen lembar observasi, maka sebelum melakukan pengamatan yang sesungguhnya, observer perlu dilatih terlebih dahulu untuk menyingkirkan atau menekan sampai sesedikit mungkin unsur subjektivitas observer. Berhasil-tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung pada pengamat, oleh karena itu memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang diamati sangat diperlukan.6 Observasi yang dilakukan adalah pengamatan proses mengajar dan pertanyaan yang dimunculkan siswa yang masing-masing dilakukan oleh satu orang observer. Observer yang bertindak mencatat pertanyaan siswa diarahkan untuk melakukan hal berikut:
1) Observer mencatat dengan cermat setiap pertanyaan siswa yang diajukan kepada guru secara lisan.
2) Pertanyaan yang dicatat observer diharapkan sesuai dengan apa yang diucapkan siswa.
3) Observer mencatat nama atau nomor absen setiap siswa yang mengajukan pertanyaan.
4) Ketika diskusi kelompok berlangsung, observer berada di dekat peneliti yang bertindak sebagai guru guna menghindari adanya pertanyaan yang terlewatkan ketika siswa bertanya kepada guru saat berkeliling kelompok.
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 18, h. 86.
(49)
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Data dibuat dalam bentuk persentase untuk kemudian dideskripsikan berdasarkan literatur. Berikut perhitungan persentase yang dilakukan:
a) Jumlah Siswa Bertanya
Jumlah siswa yang bertanya dalam setiap pertemuan dihitung dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
b) Pertanyaan Siswa
Data yang telah diperoleh dari hasil analisis pertanyaan siswa dikelompokkan menjadi pertanyaan keseluruhan, pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis, pertanyaan setiap pertemuan, pertanyaan berdasarkan pengelompokkan siswa, dan pertanyaan terkait dimensi pengetahuan. Menghitung persentase pertanyaan siswa menggunakan rumus:
% Pertanyaan = (Total yang diperoleh)
Skor Maksimal
x
100%
c) PosttestHasil posttest akan dibuat persentase setiap indikator pembelajaran untuk kemudian dijadikan rata-rata persentase setiap pertemuan. Perhitungan persentase sebagai berikut:
(50)
36
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan keterampilan bertanya siswa dengan menerapkan strategi Question Student Have, dapat diuraikan beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil data dari lembar observasi, dokumentasi, dan posttest akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Peneliti melakukan penyortiran pertanyaan berdasarkan relevansi materi atau hanya mengambil pertanyaan yang relevan atau sesuai dengan konsep sistem gerak.
1. Pertanyaan Berdasarkan Kuantitas Siswa Bertanya a. Kuantitas Siswa Bertanya Keseluruhan
Kuantitas siswa yang bertanya dihitung berdasarkan jumlah siswa yang bertanya secara lisan maupun tertulis. Jumlah siswa bertanya lisan dan tertulis secara keseluruhan (tiga kali pertemuan) yang sesuai dengan materi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Persentase Kuantitas Siswa Bertanya Lisan dan Tertulis Keseluruhan
Gambar 4.1 menunjukkan persentase jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan secara lisan dan tertulis selama tiga kali pertemuan dari jumlah 41 siswa. Jumlah siswa yang mengajukan
56.10%
100.00%
(51)
pertanyaan secara lisan sebanyak 23 orang dengan persentase sebesar 56,10%. Jumlah siswa bertanya secara lisan adalah sebanyak 41 orang dengan persentase sebesar 100%.
Jumlah siswa bertanya secara lisan dan tertulis didistribusikan lagi dalam tiga kali pertemuan setelah menganalisis jumlah pertanyaan lisan dan tertulis disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Persentase Kuantitas Siswa Bertanya
No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Lisan Tertulis Lisan Tertulis Lisan Tertulis
1 Metode
Pembelajaran Studi Kasus Demonstrasi Penugasan
2
Sub Materi
Tulang, Proses Pembentukan
Tulang
Otot, Mekanisme Gerak Otot
Persendian, Kelainan Sistem
Gerak
3 Jumlah Siswa
Hadir 39 40 41
4 Jumlah Siswa
Bertanya 10 30 9 21 19 34
5 Persentase
Siswa Bertanya
25,64% 76,92% 22,50% 52,50% 46,34% 82,93%
Tabel kuantitas siswa yang bertanya setiap pertemuan dilihat dari 5 aspek yaitu metode pembelajaran, sub materi, jumlah siswa hadir, jumlah siswa bertanya lisan dan tertulis serta persentase siswa bertanya baik secara lisan maupun tertulis. Penelitian yang dilakukan selama tiga kali pertemuan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan pertama dengan metode pembelajaran studi kasus yang disampaikan secara lisan sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 25,64% dan tertulis sebanyak 30 orang dengan persentase sebesar 76,92%. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan kedua dengan metode
(52)
pembelajaran demonstrasi yang disampaikan secara lisan sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 22,50% dan tertulis sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 52,50%. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan ketiga dengan metode pembelajaran penugasan disampaikan secara lisan sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 46,34% dan tertulis sebanyak 34 orang dengan persentase sebesar 82,93%.
b. Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah
Siswa sebanyak 41 orang dibagi menjadi 3 kelompok siswa yaitu kelompok tinggi sebanyak 6 orang, kelompok sedang sebanyak 33 orang, dan kelompok rendah sebanyak 2 orang. Kuantitas siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah dihitung berdasarkan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah secara lisan dan tertulis. Pertanyaan lisan dan tertulis secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Kuantitas Siswa Bertanya Lisan dan Tertulis Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah
Distribusi pertanyaan lisan dan tertulis yang diajukan siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah (Gambar 4.2) didapatkan bahwa semua kelompok siswa lebih banyak mengajukan pertanyaan secara tertulis dengan persentase sebesar 100%.
Li san , 83.33% Li san , 51.52% Li san , 50.00% T e rtu li s, 100.00 % T e rtu li s, 100.00 % T e rtu li s, 100.00 % 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
(53)
Pertanyaan siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah akan dijabarkan kembali berdasarkan setiap pertemuan pembelajaran. Persentase jumlah siswa yang bertanya pada kelompok tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Tinggi
No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Lisan Tertulis Lisan Tertulis Lisan Tertulis
1 Metode
Pembelajaran Studi Kasus Demonstrasi Penugasan
2 Jumlah Siswa
Hadir 5 6 6
3 Jumlah Siswa
Bertanya 2 4 2 3 5 5
4 Persentase
Siswa Bertanya 40,00% 80,00% 33,33% 50,00% 83,33% 83,33%
Tabel 4.2 menunjukkan jumlah persentase jumlah siswa bertanya pada kelompok tinggi sebanyak 6 orang secara lisan dan tertulis. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan pertama dengan metode pembelajaran studi kasus didapatkan 2 orang (40,00%) bertanya secara lisan dan 4 orang (80,00%) bertanya secara tertulis. Jumlah siswa bertanya pada pertemuan kedua dengan metode pembelajaran demonstrasi didapatkan 2 orang (33,33%) dan 3 orang (50,00%) bertanya secara tertulis. Pertemuan ketiga dengan metode pembelajaran penugasan didapatkan 5 orang (83,33%) bertanya secara lisan dan 5 orang (83,33%) bertanya secara tertulis.
Jumlah siswa bertanya kelompok sedang secara lisan dan tertulis disajikan dalam Tabel 4.3.
(54)
Tabel 4.3 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Sedang
No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Lisan Tertulis Lisan Tertulis Lisan Tertulis
1 Metode
Pembelajaran Studi Kasus Demonstrasi Penugasan
2 Jumlah Siswa
Hadir 32 32 33
3 Jumlah Siswa
Bertanya 7 26 7 16 13 27
4 Persentase
Siswa Bertanya 21,88% 81,25% 21,88% 50,00% 39,39% 81,82%
Tabel 4.3 menunjukkan jumlah persentase jumlah siswa bertanya pada kelompok sedang sebanyak 33 orang secara lisan dan tertulis. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan pertama dengan metode pembelajaran studi kasus didapatkan 7 orang (%) bertanya secara lisan dan 26 orang (81,25%) bertanya secara tertulis. Jumlah siswa bertanya pada pertemuan kedua dengan metode pembelajaran demonstrasi didapatkan 7 orang (21,88%) dan 16 orang (50,00%) bertanya secara tertulis. Pertemuan ketiga dengan metode pembelajaran penugasan didapatkana 13 orang (39,39%) bertanya secara lisan dan 27 orang (81,82%) bertanya secara tertulis.
Jumlah siswa bertanya kelompok rendah secara lisan dan tertuis disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Kuantitas Siswa Bertanya Kelompok Rendah
No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Lisan Tertulis Lisan Tertulis Lisan Tertulis
1 Metode
Pembelajaran Studi Kasus Demonstrasi Penugasan
2 Jumlah Siswa
(55)
No Aspek Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Lisan Tertulis Lisan Tertulis Lisan Tertulis
3 Jumlah Siswa
Bertanya 1 0 0 2 1 2
4 Persentase
Siswa Bertanya 50,00% 0,00% 0,00% 100% 50,00% 100%
Tabel 4.4 menunjukkan jumlah persentase jumlah siswa bertanya pada kelompok rendah sebanyak 2 orang secara lisan dan tertulis. Jumlah siswa yang bertanya pada pertemuan pertama dengan metode pembelajaran studi kasus didapatkan hanya 1 orang yang (50,00%) bertanya secara lisan. Jumlah siswa bertanya pada pertemuan kedua dengan metode pembelajaran demonstrasi hanya didapatkan 2 orang (100%) bertanya secara tertulis. Pertemuan ketiga dengan metode pembelajaran penugasan didapatkan 1 orang (50,00%) bertanya secara lisan dan 2 orang (100%) bertanya secara tertulis.
2. Pertanyaan Berdasarkan Kualitas Pertanyaan a. Pertanyaan Siswa Keseluruhan
Hasil analisis pertanyaan siswa diklasifikasikan berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi yang terdiri atas 6 level kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Hasil temuan keterampilan bertanya siswa secara keseluruhan disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 4.3.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)