Uji Homogenitas Posttest Uji Homogenitas
                                                                                53
pembelajaran,  siswa  sudah  mulai  aktif  dalam  kegiatan  diskusi,  serta  aktif dalam  bertanya  dan  berpendapat.  Selain  itu,  nilai  hasil  belajar  mereka  pun
meningkat. Hal ini dilihat dari perolehan skor nilai tugas kelompok dan tugas individu  selama  2-3  pertemuan  sebelumnya.  Selanjutnya,  kupon  yang  telah
diberikan peneliti tersebut sudah habis dipergunakan oleh semua siswa dalam proses pembelajaran sebagai media siswa dalam berpendapat.
Berbeda  dengan  kelompok  kontrol  yang  diajarkan  oleh  guru  kelas. Selama  peneliti  melakukan  observasi,  diperoleh  hasil  pengamatan  bahwa
dalam  proses  pembelajaran  siswa  lebih  banyak  pasif,  siswa  hanya mendengarkan  dan  mencatat  apa  yang  guru  sampaikan.  Pada  saat  guru
menjelaskan  materi,  siswa  lebih  banyak  mengobrol  dan  bercanda,  serta  ada beberapa  siswa  yang  tidak  memperhatikan  penjelasan  dari  guru  di  depan
kelas. Hal ini terjadi akibat guru yang tidak menerapkan berbagai strategi dan metode  pembelajaran  di  dalam  kelas,  sehingga  berdampak  pada  siswa  yang
cenderung pasif dan hanya menunggu guru berbicara. Dari  uraian  di  atas  terlihat  bahwa  terdapat  perbedaan  antara  kelompok
ekperimen  yang  menggunakan  metode  pembelajaran  Time  Token  Arends dengan
kelompok kontrol
yang diajarkan
menggunakan metode
konvensional,  yakni  metode  yang  biasa  guru  lakukan  saat  kegiatan pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Arends 1998 dalam Miftahul Huda, bahwa metode pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh
kecil  dari  penerapan  pembelajaran  demokratis  di  sekolah.  Proses pembelajaran  yang  demokratis  adalah  proses  belajar  yang  menempatkan
siswa  sebagai  subjek.  Metode  ini  digunakan  untuk  melatih  siswa  dan mengembangkan  keterampilan  sosial  agar  siswa  tidak  mendominasi
pembicara atau diam sama sekali.
1
Dari  hasil  penelitian  dan  pengolahan  data  dapat  diketahui  bahwa  hasil belajar  siswa  kelompok  eksperimen  lebih  baik  dibandingkan  dengan  siswa
1
Miftahul  Huda.  Model-model  Pengajaran  dan  Pembelajaran,  Yogyakarta:  Pustaka Pelajar, 2013, h. 239.
54
kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes yang dilakukan sebelum pembelajaran pretest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar
64,40  dan  kelompok  kontrol  sebesar  60,53.  Adapun  hasil  tes  setelah pembelajaran  posttest  diketahui  nilai  rata-rata  kelompok  ekperimen
mengalami  peningkatan  menjadi  79,87  dan  nilai  kelompok  kontrol  sebesar 74,80. Dari hasil analisis tampak ada perbedaan hasil belajar siswa kelompok
eksperimen  yang  menggunakan  metode  pembelajaran  Time  Token  Arends dengan  kelompok  kontrol  yang  menggunakan  metode  konvensional.
Walaupun  kedua  kelas  tersebut  mengalami  peningkatan,  akan  tetapi peningkatan  hasil  belajar  siswa  kelompok  kontrol  lebih  rendah  dibanding
dengan  kelompok  eksperimen  yang  dalam  pembelajarannya  menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends.
Hal  ini  diperjelas  pula  dengan  hasil  wawancara  lima  orang  siswa  yang didapat  informasi  bahwa  siswa  senang  belajar  PKn  dengan  menggunakan
metode  pembelajaran  Time  Token  Arends,  karena  hal  ini  merupakan pengalaman belajar yang baru bagi mereka dalam berpendapat di dalam suatu
kelompok  diskusi  dengan  menggunakan  media  kupon.  Siswa  mengakui bahwa  mereka  merasa  lebih  percaya  diri  dan  dapat  memahami  pelajaran
dengan  baik,  sehingga  meningkat  pula  hasil  belajar  siswa.  Siswa  merasa sangat  senang  dan  sangat  antusias  dalam  pembelajaran,  sehingga  proses
pembelajaran pun menjadi lebih aktif.
2
Begitu  antusiasnya  siswa  dengan  metode  pembelajaran  Time  Token Arends  hingga  sebagian  dari  siswa  mengatakan  bahwa  mereka  sangat
menyayangkan dengan keterbatasan waktu dan kupon yang diberikan. Hal ini sesuai  dengan  tujuan  dari  metode  pembelajaran  Time  Token  Arends,  bahwa
metode  ini  merupakan  metode  pembelajaran  yang  bertujuan  agar  masing- masing  anggota  kelompok  diskusi  mendapatkan  kesempatan  untuk
memberikan  kontribusi  mereka  dan  mendengarkan  pandangan  serta pemikiran anggota lain. Model ini memiliki struktur pengajaran yang sangat
2
Wawancara dengan siswa kelas IV A SDN Pisangan 03, 29 April 2015, pukul 08.00
                                            
                