51
α=0,05
Eksperimen
64.40 30
58
1,528 2.004
0.721
Ho diterima
Kontrol
60.53 30
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai t
hitung
t
tabel
= –2,004
1,528 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode
pembelajaran Time Token Arends dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends.
b. Uji-T Posttest
Berikut hasil perhitungan Uji-T pada data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan SPSS 22, dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji
T-test Posttest
Posttest
Independent Samples Test
Mean N
df
t
hitung
t
tabel α=0,05
Sig.2- tailed
Kesimpulan Eksperimen
79.87 30
58 2.558
2.004 0.013
Ho ditolak
Kontrol
74.80 30
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai t
hitung
t
tabel
–2,004 2,558 2,004, dengan taraf signifikansi 0,05 0,013 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends dengan
kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends.
52
2. Pembahasan Hasil Pengujian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan metode pembelajaran Time Token Arends yang diterapkan pada kelompok
eksperimen dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dibanding kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional.
Pembelajaran ini dilakukan dalam 4 empat kali pertemuan. Di pertemuan pertama dilakukan tes hasil belajar pretest untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa dan di pertemuan terakhir dilakukan tes hasil belajar posttest untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes ini diberikan
kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada pertemuan pertama, siswa masih merasa sulit dalam mempelajari
bahan ajar dan metode yang diberikan oleh peneliti. Pada saat siswa mendapatkan kupon dan diminta untuk berpendapat, disini siswa merasa
kesulitan dalam mengemukakan pendapat. Biasanya siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas,
dan kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun berbicara jika ada hal yang
belum mereka pahami. Pada pertemuan pertama ini pula, guru membagikan soal tes awal
pretest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Setelah dilakukan penskoran, ternyata hasil belajar siswa masih
dibawah rata-rata. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan soal dan pembahasan yang diberikan, sehingga jawaban mereka banyak yang keliru.
Pada saat pertemuan kedua, guru membagikan kupon di kegiatan awal. Guru dan siswa melakukan tanya jawab dan disini siswa mulai ada
keberanian untuk bertanya dan berpendapat. Akan tetapi, sebagian dari siswa masih malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya, sehingga peneliti
memberikan motivasi lebih kepada siswa sampai siswa berani berpendapat. Pada pertemuan selanjutnya, yaitu pertemuan ketiga dan keempat. Sedikit
demi sedikit ada perubahan yang baik, siswa sudah mulai paham dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Dalam proses