38
BAB IV PERBANDINGAN PERWATAKAN DAN NILAI-NILAI MORAL
DALAM DONGENGFRAU HOLLEDAN BAWANG MERAH-BAWANG PUTIHKAJIAN SASTRA BANDINGAN
Dongeng merupakan salah satu jenis karya sastra yang bersifat imajinatif
yang disampaikan secara turun temurun dari mulut ke mulut dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami yang mengandung banyak pesan moral. Tokoh
dalam dongeng biasanya adalah seorang putri, pangeran, hewan, nenek sihir, peri, dan lain sebagainya. Keberadaan tokoh dalam dongeng yang bersifat imajinatif
tersebut membuat anak-anak menjadi salah satu penikmat karya sastra dongeng. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam bab ini akan dijelaskan 1
persamaan dan perbedaan perwatakan yang terdapat dalam dongeng Frau Holle dan dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan 2 persamaan dan perbedaan
nilai-nilai moral yang terdapat dalam dongeng Frau Holle dan dongeng Bawang Merah Bawang Putih.
Karya sastra bersifat universal, oleh karena itu setiap Negara mempunyai karya sastra dengan gaya penulisan sesuai dengan latar belakang pengarang, latar
belakang sosial, maupun latar belakang budaya. Dalam penelitian ini akan mengkaji dongeng yang berasal dari dua Negara yang berbeda, yaitu dongeng
Bawang Merah Bawang Putih yang merupakan dongeng yang berasal dari Indonesia dan dongeng Frau Holle yang merupakan salah satu kumpulan dongeng
yang dikumpulkan oleh dua bersaudara Grimm yang merupakan sastrawan dari
39
Negara Jerman dalam bukunya yang berjudul Kinder und Haus-Märchen. Berikut merupakan deskripsi dari kedua dongeng yang akan diteliti:
A. Deskripsi Dongeng
1. Deskripsi Dongeng Frau Holle
Seorang janda yang mempunyai dua anak perempuan, yang satu sangat cantik dan rajin sedangkan yang satunya jelek dan pemalas. Ia lebih mencintai
yang jelek dan pemalas, karena anak tersebut adalah anak kandungnya sendiri sedangkan anak yang satunya harus melakukan semua pekerjaan seperti pelayan
di rumahnya. Anak perempuan yang malang itu setiap hari harus duduk di jalan di dekat sumur dan memintal benang sangat banyak sehingga banyak darah yang
menetes dari jarinya. Suatu kali gulungan benang terkena darah, oleh karena itu ia membungkuk
ke dalam sumurdan ingin mencucinya. Tiba-tiba gulungan itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke dalam sumur. Anak perempuan itu menangis menghampiri
ibunya dan menjelaskan ketidakberuntungannya. Tetapi ibunya menegur dengan keras dan tanpa belas kasihan dan berkata :’kamu telah menjatuhkan gulungan itu,
jadi ambilah gulungan itu kembali. Anak perempuan itu lari ke sumur dan tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Dalam keadaan ketakutan setengah mati, ia melompat ke dalam sumur untuk mengambil gulungan benang itu. Ia tidak sadarkan diri dan ketika ia
terbangun dan sadar dari pingsannya, ia berada di sebuah padang rumput yang indah dan matahari bersinar dan terdapat ribuan bunga. Di padang rumput ini,