Kunstmärchen Märchen Dalam Sastra Jerman

16 dan penelitian sedangkan Wilhelm yang lebih lemah, menyusun kata-kata dan menyajikan cerita tersebut dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh anak- anak. Mereka juga tertarik pada cerita rakyak dan literatur tua, dan antara tahun 1816 dan 1818 mereka mempublikasikan 2 volume dari legenda rakyat jerman dan juga sebuah volume dari literatur sejarah http.id.wikipedia.orgwikiGrimm Bersaudara. Pada akhir tahun-tahun kehidupan mereka digunakan dengan menulis kamus bahasa Jerman yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1854 dan sampai sekarang masih dibawa oleh generasi berikutnya. Mereka sangat terkenal karena menceritakan ulang kisah-kisah dan dongeng dari daratan Eropa seperti Snow White atau Putri Salju, Rapunzel, Cinderella, Hansel dan Gretel, dan banyak kisah-kisah lainnya http.id.wikipedia.orgwikiGrimm Bersaudara.

C. Perwatakan

Dalam sebuah karya sastra, tokoh merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menghidupkan cerita. Dalam pembicaraan tokoh tidak akan lepas dari watak. Dengan mengetahui dan memahami watak atau karakter dari setiap tokoh, kita dapat membedakan bagaimana karakter antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Watak tokoh juga dapat kita ketahui melalui tingkah laku dari setiap tokoh. Penokohan dan perwatakan memiliki hubungan yang erat satu sama lainnya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan, memilih, kemudian menamai tokoh-tokohnya. Perwatakan berhubungan dengan 17 karakteristik tokoh. Meskipun keduanya memiliki tugas yang berbeda, keduanya sama-sama menganalisa diri tokoh-tokoh dalam cerita rekaan tersebut Waluyo, 2002: 104-105. Harymawan 1993: 25 juga menerangkan bahwa karakter, biasa juga disebut tokoh. Tokoh adalah bahan yang paling aktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Karena karakter ini berpribadi, berwatak, dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional. Tiga dimensi yang dimaksud adalah : 1. Dimensi fisiologis atau ciri fisik seperti, usia, jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri muka, dan lain sebagainya. 2. Dimensi sosiologis atau latar belakang kemsyarakatannya yang meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa, suku, keturunan. 3. Dimensi Psikologis atau latar belakang kejiwaan yang meliputi mentalitas ; ukuran moral atau membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, temperamen ; keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, dan I.Q.Intellegence Quetient ; tingkat kecerdasan, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang tertentu. Seperti yang disampaikan oleh Harymawan, Sumardjo dan Saini 1984: 12 juga mempunyai pendapat yang hampir sama. Perwatakan juga merupakan pelukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis, dan segi sosial. 18 1. Dari segi fisik, perwatakan dapat dilukiskan melalui jenis kelamin, umur, tampang, raut muka, rambut, hidung, bibir, dan warna kulit. 2. Dari segi psikis, perwatakan dapat dilukiskan melalui ukuran moral, temperamen, ambisi pribadi, intelegensi, keahlian, pelukisan gejala-gejala pikiran, perasaan dan kemauannya. 3. Dari segi sosiologis, perwatakan dapat dilukiskan melalui lingkungan sekitar dan masyarakat, jabatan, pendidikan, pekerjaan, aktivitas sosial, hobi, agama, ideologis, kelas sosial, ras, dan sebagainya. Dalam bukunya yang berjudul “Dramentexte Analysieren”, Marquass menuliskan hal sebagai berikut : “Der Begriff “ Charakterisierung “ wird aber nicht nur für die Arbeit des Interpreten benutzt, der die einzelnen Merkmale zusammenträgt, sondern auch für die Technik des Autors, seine Figuren mit diesen Merkmalen aus zurüsten. Im Drama warden die Figuren durch Schauspieler vorkörpert, sie warden.Marquass, 1998:44 Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa: “ Perwatakan adalah tehnik yang digunakan pengarang dalam mencocokkan tokoh-tokohnya dengan ciri-cirinya “. Seperti yang disampaikan oleh Suryabrata 2000: 21, watak adalah keseluruhan totalitas kemungkinan reaksi secara emosional dengan seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam dasar, keturunan, dan faktor endogen dan unsur dari luar pendidikan, pengalaman, dan faktor- faktor eksogen. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa perwatakan dan tokoh memang sangat erat hubungannya. Setiap tokoh dalam 19 suatu karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat, tingkah laku, atau watak-watak tertentu. Pemberian watak tokoh dalam sebuah karya sastra itulah yang disebut dengan perwatakan. Untuk mengetahui watak setiap tokoh dalam cerita dapat dilakukan dengan cara menggambarkan watak setiap tokoh dalam ceritanya. Watak setiap pelaku dapat diketahui melalui penggambaran tingkah laku, sikap maupun gerak gerik yang dikatakan pengarang dalam cerita. Seperti yang diungkapkan oleh Nursisto 2010: 105, watak merupakan sikap batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Watak merupakan unsur yang penting untuk menghidupkan tokoh dalam cerita. Setiap pengarang mempunyai cara yang berbeda-beda untuk melukiskan watak tokoh dalam cerita. Tokoh dilukiskan dengan menggunakan metode penokohan Panuti, 1992: 31, antara lain: 1. Metode Analisis : memaparkan secara langsung sifat-sifat lahir dan batin tokoh cerita. 2. Metode Dramatik : melukiskan watak dengan cara tidak langsung. Melalui tokoh metode ini, pembaca dapat menarik kesimpulan tentang watak tokoh dramatis. 3. Metode Kontekstual : dalam metode ini menggunakan bahasa yang mengacu si tokoh atau menggambarkan perwatakannya. Senada dengan pendapat diatas Aminuddin 1990: 80-81 berpendapat bahwa untuk mengetahui watak tokoh dalam cerita juga dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :