Hipotesis Penelitian Hasil Penelitian
90 siswa kelas III. Kedua r
hitung
yang diperoleh dari masing-masing sudut pandang menunjukkan bahwa r
hitung
lebih besar daripada r
tabel
. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa kreativitas guru dalam mengajar memiliki kontribusi dalam
mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa kelas III. Oleh karena itu, guru yang mengoptimalkan kreativitas yang dimilikinya pada saat pembelajaran IPA akan
berdampak positif bagi hasil belajar IPA yang diperoleh oleh siswa kelas III begitu pula sebaliknya jika guru belum mengoptimalkan kreativitas yang
dimilikinya dalam pembelajaran IPA maka siswa mendapatkan hasil belajar IPA yang belum optimal.
S.C. Utami Munandar 1992: 62-69 mengemukakan bahwa guru yang kreatif lebih banyak memberikan tantangan-tantangan baru dalam pembelajaran
bagi siswanya, selalu memberikan variasi-variasi dalam pembelajaran, lebih menghargai proses pembelajaran yang dilalui siswa, serta menciptakan suasana
kelas yang membuat nyaman siswa pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, kreativitas guru dalam proses pembelajaran IPA baik di dalam
kelas maupun di luar kelas akan membawa siswa nyaman dalam belajar serta pembelajaran menjadi aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan. Sehingga
ketika siswa dapat meraih hal-hal di atas akan berdampak positif pada hasil belajar IPA yang diperoleh oleh siswa.
Kreativitas guru dalam mengajar dapat dilakukan dengan cara kreativitas dalam mengadakan variasi metode pembelajaran, karena hal tersebut merupakan
indikator yang mendapatkan presentase terbesar yaitu sebesar 48,16 dilihat dari sudut pandang guru kelas III dan sebesar 54,57 dilihat dari sudut
91 pandang siswa kelas III dibandingkan dengan tiga indikator lainnya, yaitu
kreativitas dalam penggunaan dan pengembangan media, mengadakan variasi sumber belajar, serta mengadakan variasi pengelolaan kelas. Tingginya persepsi
terhadap mengadakan variasi metode pembelajaran diperkuat dengan pendapat masing-masing guru dalam menjawab pertanyaan terbuka yang diberikan oleh
peneliti. Jawaban yang diberikan oleh masing-masing guru sangat bervariasi. Dari hasil jawaban yang diberikan masing-masing guru berbeda satu dengan
yang lainnya namun intensitas penggunaan metode yang paling sering digunakan adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas,
dan percobaan eksperimen. Namun ada guru tertentu yang menggunakan metode lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya 2012: 187
bahwa metode adalah cara yang dapat digunakan pada pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan secara optimal. Dengan menggunakan metode yang
beragam siswa akan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Menurut salah satu guru kelas III, penggunaan metode pembelajaran di atas disesuaikan dengan
materi pembelajaran IPA. Misalnya: materi gerak benda, sifat benda, perubahan sifat benda menggunakan metode demonstrasi dan diskusi, materi jenis-jenis
gerak benda menggunakan eksperimen, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam mengajar
dapat dikategorikan sedang dengan presentase sebesar 71,43 dilihat dari sudut pandang guru kelas III dan sebesar 66,67 dilihat dari sudut pandang siswa
kelas III. Hal tersebut dikarenakan perbedaan persepsi yang dimiliki oleh masing-masing guru kelas III. Ada guru yang telah memiliki kesadaran bahwa
92 kreativitas penting dikembangkan pada proses pembelajaran agar hasil belajar
yang diperoleh siswa optimal. Namun sebaliknya ada pula guru yang masih enggan mengembangkan kreativitas yang dimilikinya karena menurutnya tidak
berpengaruh pada proses pembelajaran. S. C. Utami Munandar 2001: 179 menyatakan bahwa salah satu
penyebab kreativitas guru belum optimal disebabkan karena dominannya kepatuhan terhadap atasan, kebiasaan kerja yang hanya menunggu petunjuk
pelaksanaan, serta minimnya keberanian untuk mencoba hal-hal lain yang baru. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian di lapangan guru-guru yang belum
mengoptimalkan kreativitasnya beralasan kurangnya kemampuan dalam melakukan variasi karena faktor usia. Namun jika guru memiliki sifat optimis
tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan Andi Yudha Asfandiyar 2009: 20 bahwa salah satu ciri guru kreatif dalam
pembelajaran dan profesional adalah optimistis, yaitu keyakinan tinggi yang dimiliki guru akan kemampuan pribadi dan keyakinan akan perubahan siswa ke
arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid pada saat pembelajaran. Dengan demikian semakin tinggi keyakinan guru akan kemampuan pribadinya
dalam mengembangkan kreativitas dalam mengajar pada pembelajaran IPA maka hasil belajar IPA siswa dapat semakin meningkat.