35
yang merupakan tulang punggung cerita. Unsur kreativitas terlihat pada kemahiran menjalin konflik, menjawab konflik dengan kejutan. Jika itu terjadi,
maka naskah memiliki tegangan suspense yang dapat menambah daya pikat sebuah naskah drama. Sehingga unsur-unsur struktur drama saling terikat satu
dengan yang lain.
2.2.4.2.1 Plot Alur
Hassanudin 1996:90 mengategorikan alur menjadi dua, yaitu alur konvensional dan alur non konvensional. Alur konvensional adalah peristiwa yang
disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang sudah hadir sesudahnya. Alur nonkonvensional adalah alur yang dibentuk berdasarkan
rangkaian peristiwa yang tidak berdasarkan runutan sebagaimana alur konvensional.
Plot adalah jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu
berkembang karena kontradiksi para pelaku. Konflik tersebut terdiri beberapa tahap, yaitu pelukisan awal cerita, pertikaian awal, klimaks atau titik puncak
cerita, dan penyelesaian. Alur yang ada pada drama sama dengan yang ada pada bentuk sastra lain.
Maka harus bergerak maju dari permulaan, pertengahan, menuju akhir. Dalam drama istilah tersebut dikenal dengan eksposisi, komplikasi dan resolusi.
Eksposisi mendasari dan mengatur gerak dalam masalah-masalah waktu dan tempat. Eksposisi memperkenalkan pelaku yang akan dikembangkan dalam
bagian utama lakon, itu, dan memberikan suatu indikasi resolusi. Komplikasi
36
bertugas mengembangkan konflik. Pelaku utama mengalami gangguan, penghalang dalam mencapai tujuannya, membuat kekeliruan yang akhirnya dapat
meneliti tipe manusia bagaimanakah sang tokoh itu. Resolusi harus berlangsung secara logis dan mempunyai hubungan yang wajar dengan apa yang
mendahuluinya. Yang terdapat dalam komplikasi ”Butir yang memisahkan komplikasi dari resolusi disebut dengan klimaks. Akhir pertunjukan berupa happy
ending maupun unhappy ending”.
Dalam penyusunan naskah, pembabakan plot biasanya diwujudkan dalam babak dan adegan. Perbedaan babak berarti perbedaan setting, baik berupa waktu,
tempat, maupun ruang. Perbedaan tersebut cukup beralasan karena setting berubah secara fundamental. Babak-babak itu dibagi menjadi adegan-adegan. Pergantian
adegan yang satu dengan yang lain mungkin karena masuknya aktor lain ke pentas, kejadian dalam waktu sama, tetapi peristiwanya lain, ataupun karena
kelanjutan suatu peristiwa yang tidak memerlukan pergantian setting. Dalam satu babak dibagi lagi dalam satu adegan, yaitu bagian dari babak
yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubungan dalamnya atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita ke pentas. Dan yang tidak pernah kalah
pentingnya dialog, sebagaimana telah dijelaskan. Dialog drama adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya
Waluyo 2003:8-14. Walaupun tidak semua naskah drama dibagi dalam beberapa babak,
pembagian dalam babak-babak itu dilakukan dengan seksama oleh pengarang atas pertimbangan yang matang, yakni didorong oleh kebutuhan nyata. Kebutuhan
37
berhubungan dengan pementasan, karena peristiwa yang dilakukan tidak selamanya terjadi disatu tempat dan waktu. Jadi satu babak dalam naskah drama
adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi disuatu tempat dan pada waktu tertentu.
2.2.4.2.2 Penokohan dan Perwatakan