Dialog Percakapan UNSUR-UNSUR NASKAH DRAMA

40

2.2.4.2.2.2 Perwatakan

Tokoh-tokoh tersebut harus mempunyai watak. Watak tokoh tersebut harus konsisten dari awal sampai akhir. Watak tokoh tersebut digambarkan dalam tiga dimensi. Penggambaran itu berupa kondisi fisik, psikis, dan sosial. Keadaan fisik biasanya dilukiskan terlebih dahulu, baru kemudian sosial. Pelukisan watak pelaku dapat langsung dalam dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi banyak juga dijumpai dalam catatan samping catatan teknis Waluyo 2003:17.

2.2.4.2.3 Dialog Percakapan

Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang diucapkan dan harus pantas untuk diucapkan di atas panggung. Bayang pentas di atas panggung merupakan mimetik tiruan dari kehidupan sehari-hari, maka dialog yang ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas pentas. Nuansa-nuansa dialog mungkin tidak lengkap dan dilengkapi oleh gerakan, musik, ekspresi wajah, dan sebagainya, dan dalam hal ini, kesempurnaan sebuah naskah drama terlihat setelah dipentaskan. 41 Disamping dalam hal ragam, maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramatic-action dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog berpengaruh terhadap konflik yang dibawakan lakon. Pada awal cerita biasanya dapat disajikan dialog-dialog panjang, tetapi menjelang klimaks dialog-dialog panjang harus dipertimbangkan benar-benar supaya tidak mengurangi titik pengawatan kisah itu. Panjang pendeknya kalimat berpengaruh terhadap irama drama. Dialog juga harus bersifat estetis, artinya memiliki keindahan bahasa. Hal ini disebabkan karena kenyataan yang ditampilkan di pentas harus lebih indah dari kenyataan yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Keindahan bahasa tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah, artinya walaupun indah tetap komunikatif. Kecakapan memadukan dialog yang komunikatif dan estetis itu biasanya lebih mungkin dicapai oleh pengarang drama yang berpengalaman dipentas. Dalam naskah drama juga harus dibayangkan irama. Irama naskah harus diciptakan sedemikian rupa, sehingga semakin meningkatnya konflik drama itu, semakin cepat timingnya. Pada awal adegan dapat dihayati adegan yang lamban dan detail, tetapi untuk mencapai klimaks, irama dialog harus dipersiapkan secara baik. Klimaks tidak secara tiba-tiba meloncat dari konflik yang rendah, tetapi berkembang secara pelan-pelan dalam lakon. Irama memegang peranan penting dalam hal ini. Dialog juga harus hidup, artinya memiliki tokoh yang dibawakan. Watak secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis dapat diwakili oleh dialog. 42 Naskah drama yang bermutu akan memberikan gambaran bagaimana memadukan unsur estetis dan komunikatif dalam naskah drama itu. Untuk itu dialog dalam drama harus memenuhi dua hal. 1 Harus dapat mempertinggi nilai gerak. Dialog harus mencerminkan apa yang telah terjadi dan pikiran serta perasaan para tokoh. 2 Harus baik dan bernilai tinggi. Maksudnya, harus terarah dan teratur daripada percakapn sehari-hari. Tidak boleh ada kata-kata yang tidak perlu, harus berbicara jelas, terang dan menuju sasaran to the point. Dialog dalam drama sangat menentukan karakter tokoh, sehingga penggunaan gaya bahasa dalam dialog perlu diperhatikan sebagai penguatan perwatakan tokoh.

2.2.4.2.4 SettingLandasanTempat Kejadian

Dokumen yang terkait

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII MTs Nur Asy-Syafi'iyah Ciputat

1 23 122

Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama melalui Teknik Transformasi Cerpen Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Blora

13 85 153

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

1 4 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

0 5 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Media Gambar Berseri Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Karanganyar.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAHDRAMA DENGAN MEDIA GAMBAR KOMIK PADA SISWA KELAS XI IPS 3 Peningkatan Keterampilan Menulis Naskahdrama Dengan Media Gambar Komik Pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA N 2 Sragen.

0 1 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR ILUSTRASI PADA SISWA KELAS PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR ILUSTRASI PADA SISWA KELAS X TKR 2 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN

0 0 18

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 1 SEMARANG.

0 1 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI.

1 1 217