pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi”.
14
Lembar kegiatan siswa LKS ini dapat digunakan secara serentak oleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran, seperti dalam kegiatan eksperimen. Kenyataannya, banyak guru yang tidak membuat dan mengembangkan
sendiri LKS yang akan digunakan melainkan menggunakan LKS dari sumber tertentu. Model LKS yang umum digunakan guru adalah model cookbook
buku resep masakan. Dengan model LKS ini, guru membimbing dan menuntun siswa melalui LKS atau penuntun praktikum yang memuat urutan
langkah kerja siswa dari awal percobaan hingga akhir percobaan. Dalam eksperimen, siswa hanya terpaku pada urutan langkah kerja LKS tanpa
diberikan kebebasan dalam menentukan langkah kerja sesuai dengan pengetahuan yang dia peroleh sebelumnya. Hal ini dapat mengganggu
pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Sejalan dengan itu, hasil studi kepustakaan mengenai bentuk LKS
eksperimen hidrolisis garam dari buku kimia SMA dan LKS yang digunakan siswa, ditemukan bahwa LKS-LKS tersebut tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkreativitas dalam melakukan percobaan. Disamping itu, penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah
belum maksimal.
Penelitian yang dilakukan Poppy K. Devi berjudul D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper
Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High School at “Colligative Properties Concept” disebutkan
bahwa “the text or worksheets for learning science must be based on subject matter, strategies, and must develop the
student process skills as well as critical thinking”.
15
Pengertian ini dapat diartikan bahwa teks atau lembar kegiatan untuk pembelajaran sains harus
didasarkan pada materi pelajaran, strategi pembelajaran, dan harus mengembangkan keterampilan proses dan berpikir kritis siswa. Dari hasil
14
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h. 111.
15
Poppy K. Devi, D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High
School at “Colligative Properties Concept”.
penelitian yang dilakukan oleh Siska Novita Sari 2012 mengenai Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Larutan
Penyangga dengan Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif, menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis
deduktif dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan baik. Untuk mengembangkan sub indikator menggambarkan data hasil pengamatan
pada tabel dalam keterampilan berkomunikasi perlu dikembangkan LKS praktikum yang lebih komunikatif dalam pembelajaran model siklus belajar
hipotesis deduktif sehingga siswa mampu membuat tabel dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan LKS yang dikembangkan berorientasi keterampilan
proses sains terutama pada keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi juga merupakan salah satu jenis keterampilan proses menurut
Wynne Harlen dan Jost Elstgeest. Maka dari itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan LKS berbasis keterampilan
proses yang baik terutama pada keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti mengembangkan bahan ajar
berupa LKS dengan judul “Lembar Kegiatan Siswa Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah utama dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Lembar kegiatan siswa LKS praktikum yang umum digunakan masih bermodel cookbook dan masih kurang mengembangkan keterampilan
proses. 2. Siswa hanya terpaku pada urutan langkah kerja sehingga tidak kreatif.
3. Lembar kegiatan siswa berbasis keterampilan proses masih belum banyak ditemui.
4. Guru mengalami kesulitan dalam membuat LKS praktikum yang mengintegrasikan keterampilan proses.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis LKS kimia berbasis keterampilan proses yang dikembangkan adalah
LKS sebagai penuntun praktikum atau LKS praktikum. 2. Keterampilan proses yang dimuat dalam LKS kimia berbasis keterampilan
proses ini adalah teori keterampilan proses menurut Wynne Harlen dan Jost
Elstgeest. Keterampilan
proses ini
meliputi keterampilan
mengobservasi, mengajukan
pertanyaan, berhipotesis,
meramalkanmemprediksi, menemukan
pola atau
hubungan, berkomunikasi secara efektif, merancang dan membuat, memikirkan dan
merencanakan penyelidikan, memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif serta mengukur dan menghitung.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi: 1. Penilaian ahli dan praktisi pendidikan terhadap LKS Kimia Berbasis
Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam berdasarkan kriteria kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan
komponen keterampilan proses. 2. Uji coba keterlaksanaan LKS yang dikembangkan dilakukan secara
terbatas pada delapan kelompok siswa
32 siswa di satu sekolah. 3. Respon siswa terhadap LKS kimia yang dikembangkan berdasarkan
kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses.
4. Dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruh penggunaan LKS yang dikembangkan terhadap peningkatan keterampilan proses siswa.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan LKS kimia berbasis
keterampilan proses pada materi hidrolisis garam?”.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, yaitu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
mengembangkan LKS kimia yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran kimia, serta dapat mengetahui cara mengembangkan
keterampilan proses siswa melalui lembar kegiatan siswa. 2. Bagi guru, yaitu dapat membantu guru dalam menemukan cara
mengembangkan keterampilan proses siswa melalui kegiatan eksperimen menggunakan lembar kegiatan siswa, serta membantu guru untuk
mengembangkan sendiri LKS yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia.
3. Bagi siswa, yaitu siswa diharapkan memiliki keterampilan proses yang diharapkan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran Sains
Dalam Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007, hakikat IPA meliputi empat unsur yaitu
produk, proses, aplikasi, dan sikap.
1
IPA sebagai produk atau disebut juga produk IPA ialah sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA.
2
Produk IPA ini diajarkan di dalam atau luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran produk IPA
tersebut.
3
IPA sebagai proses atau juga disebut proses IPA ialah segala kegiatan ilmiah yang dilakukan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan
untuk menghasilkan produk IPA.
4
Kegiatan ilmiah juga dilakukan untuk menyempurnakan produk IPA yang telah ada. Kegiatan ilmiah tersebut
merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian
hipotesis melalui
eksperimentasi, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
5
Dalam melakukan metode ilmiah, para ilmuwan memiliki keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut
dengan keterampilan proses IPA.
6
Adapun IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Laksmi Prihantoro dkk
1986 dalam Trianto 2010 menyatakan bahwa IPA sebagai aplikasi yaitu teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
RI, 2007, h. 8.
2
Ratna Wilis Dahar, Peranan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Kimia, Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986, Cet. 1, h. 1.14.
3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h. 137.
4
Ratna Wilis Dahar, loc.cit.
5
Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit.
6
Ratna Wilis Dahar, loc.cit.
bagi kehidupan manusia.
7
Sedangkan IPA sebagai sikap, yakni berupa rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
8
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dengan
menggunakan metode ilmiah sebagai acuan kegiatan ilmiahnya yang didalamnya terdapat keterampilan dan sikap ilmiah untuk menghasilkan
produk-produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara umum.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya.
“Pembelajaran IPA hendaknya memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan
penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya”.
9
Dalam pembelajaran IPA, peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik
dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
10
Oleh karena itu, pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga membantu
peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Depdiknas 2003 dalam Trianto 2010 menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan antara lain:
11
1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
7
Trianto, loc.cit.
8
Departemen Pendidikan Nasional, loc.cit.
9
Ibid., h. 23.
10
Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. 1, h. 47-48.
11
Trianto, op.cit., h. 143.