Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa
a Ukuran, yaitu LKS menggunakan ukuran kertas yang dapat mengakomodasi
kebutuhan pembelajaran
yang telah
ditetapkan. b Kepadatan halaman, yaitu mengusahakan agar halaman LKS
tidak dipadati oleh tulisan. Halaman yang padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian.
c Penomoran, yaitu adanya penomoran dapat membantu peserta didik, terutama bagi peserta didik yang kesulitan untuk
menentukan mana judul, subjudul, dan mana anak subjudul dari materi yang kita berikan dalam LKS.
d Kejelasan, yaitu materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Sesempurna
apapun materi LKS yang disiapkan, jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas maka LKS tidak akan
memberi hasil yang maksimal. 2 Pengumpulan materi
Pengumpulan materi bertujuan untuk menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Materi dan tugas
tersebut harus sejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan
sendiri atau memanfaatkan materi yang sudah ada. Selain itu, dapat ditambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas
penjelasan naratif yang disajikan. 3 Penyusunan elemen atau unsur-unsur
Penyusunan elemen ini dilakukan untuk mengintegrasikan desain dengan materi dan tugas yang telah dikumpulkan.
4 Pemeriksaan dan penyempurnaan Pemeriksaan
dan penyempurnaan berupa pengecekan
kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan. Proses ini merupakan bagian dari tahap evaluasi, yakni review oleh ahli diluar
pengembang bahan ajar.
c. Tahap Evaluasi Lembar Kegiatan Siswa Evaluasi bahan ajar dapat dilakukan dengan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan
dalam rangka meningkatkan kualitas bahan ajar. Dalam proses pengembangan suatu bahan ajar, pelaksanaan evaluasi formatif adalah
suatu keharusan.
53
Ada empat tahap dalam melakukan evaluasi formatif, yaitu: 1 Review oleh ahli bidang studi diluar pengembang bahan ajar.
Review ini dilakukan untuk memperoleh pandangan atau pendapat orang lain, sesama ahli bidang studi terutama mengenai
ketepatan isi atau materi bahan ajar yang dikembangkan. Disamping itu, dilakukan pula review ahli desain fisik media.
Masukan yang diharapkan diantaranya kualitas teknis bahan ajar dan relevansi kebenaran materi dengan indikator pembelajaran dan
kompetensi dasar. Cara yang dapat digunakan pada kegiatan review adalah dengan meminta komentar tentang kualitas bahan
ajar dari sudut pandang masing-masing ahli. Komentar ini dapat diperoleh dengan cara memberikan kuesioner atau angket,
wawancara, dan diskusi terbuka. Hasil kegiatan review tersebut dianalisis dan disimpulkan untuk kemudian digunakan dalam
merevisi bahan ajar yang dikembangkan.
54
2 Evaluasi satu-satu one to one evaluation Evaluasi satu-satu dilakukan antara pengembang bahan ajar
dengan dua atau tiga siswa secara individual. Siswa yang dipilih memiliki ciri-ciri seperti populasi sasaran dan berasal dari siswa
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang
53
Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: Universitas Terbuka, 1993, Cet. 2, h. 208.
54
Ibid., h. 209-210.
terdapat dalam bahan ajar, serta mendapatkan komentar dari siswa tentang isi atau materi pelajaran.
3 Evaluasi kelompok kecil Evaluasi kelompok kecil dilakukan dengan melibatkan
812 siswa. Kelompok kecil siswa ini harus representatif untuk mewakili populasi sasaran yang sebenarnya. Tiga orang siswa yang
telah ikut dalam evaluasi satu-satu tidak diikutsertakan kembali. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan kegiatan
pembelajaran setelah direvisi berdasarkan hasil evaluasi satu-satu. Masukan yang diharapkan bukan saja tentang bahan ajar melainkan
juga proses pembelajaran.
55
4 Uji coba lapangan. Uji coba lapangan merupakan tahap akhir dalam evaluasi
formatif. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba lapangan ini berkisar 1530 siswa dan sudah dianggap cukup selama
memiliki ciri yang sama dengan populasi sasaran. Uji coba lapangan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekurangan
bahan ajar yang dikembangkan jika digunakan dalam kondisi yang menyerupai kondisi pembelajaran yang sebenarnya.
56
Hasil uji coba lapangan digunakan untuk merevisi bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan prosedur yang
sama dengan penggunaan hasil evaluasi kelompok kecil. Hasil uji coba ini paling mirip dengan keadaan sebenarnya karena dilakukan
dalam lingkungan yang menyerupai lingkungan sebenarnya. Oleh karena itu, masukan dari uji coba ini akan menggambarkan reaksi
populasi sasaran terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan masukan yang menyeluruh
mengenai kualitas dan strategi pembelajaran yang dilakukan.
57
55
Ibid., h. 210-211.
56
Ibid., h. 213.
57
Ibid., h. 219.
Empat tahap evaluasi formatif perlu dilakukan terutama untuk bahan ajar yang akan dilakukan secara nasional untuk menghindari
kekurangan yang mendasar sebelum terlanjur digunakan dalam skala besar. Akan tetapi, untuk bahan ajar yang akan digunakan pada
lembaga terbatas dapat menggunakan beberapa tahap diantara empat tahap tersebut sesuai dengan kemungkinan pelaksanaannya.
58
Dalam penelitian ini, tahapan evaluasi formatif yang digunakan adalah review
oleh ahli bidang studi diluar pengembang LKS dan uji coba lapangan. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan,
sajian, dan kegrafisan.
59
1 Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: a Kesesuaian dengan SK, KD;
b Kesesuaian dengan perkembangan anak; c Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar;
d Kebenaran substansi materi pembelajaran; e Manfaat untuk penambahan wawasan;
f Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial. 2 Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
a Keterbacaan; b Kejelasan informasi;
c Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar;
d Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien jelas dan singkat.
3 Komponen Penyajian antara lain mencakup: a Kejelasan tujuan indikator yang ingin dicapai;
b Urutan sajian; c Pemberian motivasi, daya tarik;
d Interaksi pemberian stimulus dan respon;
58
Ibid., h. 220.
59
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 28.
e Kelengkapan informasi. 4 Komponen Kegrafisan antara lain mencakup:
a Penggunaan font, jenis dan ukuran; b Lay out atau tata letak;
c Ilustrasi, gambar, foto; d Desain tampilan.
Terdapat empat variabel yang harus dicermati sebelum LKS dapat digunakan atau dibagikan kepada peserta didik, yaitu:
1 Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar, artinya desain yang ditentukan dapat
mengakomodasi pencapaian tujuan pembelajaran. 2 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, artinya materi
yang dimasukkan dalam LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3 Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran, artinya
tugas dan latihan yang diberikan dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
4 Kejelasan penyampaian, artinya LKS yang dikembangkan mudah dibaca dan tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas.