Pembahasan Pengembangan lembar kegiatan siswa kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam

Setiap dilakukan validasi, validator terkadang memberikan saran atau masukan yang bertujuan untuk memperoleh hasil analisis indikator LKS kimia yang sesuai dengan keterampilan proses dan mencegah terjadinya salah konsep. Hambatan peneliti dalam membuat indikator LKS kimia adalah menemukan referensi keterampilan proses yang sesuai. Peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama lebih kurang satu bulan untuk menemukan dan memahami terjemahan dari teori keterampilan proses Wynne Harlen dan Jost Elstgeest. Selain itu, setiap indikatorsub indikator LKS juga harus menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang terkandung beberapa keterampilan proses di dalamnya. Terkadang peneliti harus menemukan bentuk kegiatan yang dapat memuat indikator keterampilan proses yang cukup sulit, seperti 3.c menyadari bahwa ada lebih dari satu penjelasan yang mungkin dari suatu peristiwa, 3.d mengenali kebutuhan untuk menguji penjelasan dengan mengumpulkan lebih banyak bukti, 3.e menyarankan penjelasan yang diujikan bahkan jika tidak mungkin, dan lainnya. Selain itu, peneliti juga dituntut untuk dapat menempatkan indikator keterampilan proses yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang ditentukan meskipun indikator keterampilan proses yang digunakan tidak harus berurutan. Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa penggunaan keterampilan proses menghindari indikasi hierarki atau urutan dalam penggunaannya dan menunjukkan bahwa keterampilan proses merupakan bagian dari keseluruhan suatu kegiatan yang disebut penyelidikan ilmiah. 6 Seiring berjalannya proses validasi, pengembangan indikator LKS kimia juga mengalami perubahan. Oleh karena itu, peneliti memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengembangan indikator tersebut. Tahap kedua adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengembangan LKS kimia yang diawali dengan menentukan desain LKS kimia dan ukuran kertas yang akan digunakan untuk mencetak 6 Wynne Harlen dan Jost Elstgeest, UNESCO Sourcebook for Science in The Primary School: A Workshop Approach to Teacher Education, Paris: UNESCO Publishing, 1992, h. 26. LKS kimia. Desain LKS kimia yang digunakan berisi urutan dari unsur-unsur LKS kimia yang telah ditentukan oleh peneliti. Unsur-unsur yang terdapat dalam LKS kimia mengikuti struktur LKS menurut Depdiknas dengan menambahkan beberapa unsur lain. Unsur-unsur yang terdapat dalam LKS kimia antara lain cover, kata pengantar, daftar isi, SK, KD, dan indikator pembelajaran di setiap bagian materi LKS, petunjuk penggunaan LKS kimia, bagian 14 LKS, informasi pendukung berupa sekilas kimia, soal-soal latihan, dan daftar pustaka. Adanya petunjuk penggunaan LKS kimia bertujuan untuk memudahkan siswa maupun guru dalam menggunakan LKS kimia ini dengan benar. Dalam LKS kimia, peneliti juga menyajikan “sekilas kimia” sebelum masuk ke soal-soal latihan. Sekilas kimia ini berupa informasi singkat mengenai penerapan konsep hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar LKS tidak hanya berfokus pada pemahaman konsep atau materi tetapi dapat bersifat kontekstual, yaitu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata kehidupan sehari-hari siswa. 7 Ukuran kertas yang digunakan dalam pembuatan LKS kimia adalah ukuran B5. Hal ini dikarenakan ukuran B5 lebih fleksibel dan peneliti menginginkan LKS kimia ini berbeda dengan bahan ajar lainnya dari segi tampilan fisik. Kertas yang digunakan merupakan kertas art paper dengan ketebalan isi dan cover 70 gram. Selain itu, peneliti juga memilih untuk menambahkan jilid plastik warna putih pada LKS kimia yang dikembangkan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan untuk memperindah, menjaga kerapihan LKS kimia, dan menghindari kejadian yang tidak diinginkan, seperti kertas kusut, sobek, berantakan, dan lain sebagainya. Ketika uji coba lapangan dilakukan, tidak terdapat LKS kimia yang rusak saat pemakaian oleh siswa. Hanya terdapat beberapa LKS kimia yang sedikit kotor pada halaman tertentu karena adanya coretan dari siswa atau siswa menulis materi pada 7 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6, h. 87. halaman tertentu dalam LKS kimia. Meski demikian, hal ini tidak mengganggu esensi jawaban siswa yang dituliskan dalam LKS kimia. Setelah menentukan desain buku, peneliti mengumpulkan materi hidrolisis garam dari beberapa referensi, terutama yang berkaitan dengan perhitungan pH garam yang terhidrolisis. Referensi ini diambil dari berbagai macam buku paket kimia SMA, LKS praktikum hidrolisis garam, dan sumber internet yang terpercaya. Tujuan dari pengumpulan materi yang diambil dari berbagai macam sumber adalah untuk memperkaya isi dari LKS kimia yang dikembangkan, baik dalam langkah pembelajaran maupun soal-soal latihan. Karena dalam penyusunan LKS kimia ini berbasis pada keterampilan proses, maka di dalamnya terdapat seluruh indikator dari 10 keterampilan proses yang digunakan. Indikator keterampilan proses ini terdiri dari keterampilan berkomunikasi secara efektif 6 dengan 7 indikator, mengobservasi 1 serta memikirkan dan merencanakan penyelidikan 8 dengan masing-masing 6 indikator. Sedangkan keterampilan memunculkan pertanyaan 2, berhipotesis 3, meramalkan 4, menemukan pola dan hubungan 5, merancang dan membuat 7, memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif 9, serta mengukur dan menghitung 10 dengan masing-masing 5 indikator. Seluruh indikator keterampilan proses terkandung dalam setiap instruksi atau langkah pembelajaran dan pertanyaan. Terkadang dalam satu langkah pembelajaran atau pertanyaan terkandung 13 keterampilan proses yang dapat diamati. Pada pengembangan LKS kimia ini, seluruh indikator keterampilan proses yang terkandung dalam langkah pembelajaran dituangkan dalam media cetak dibukukan. Kendala pada tahap pengumpulan materi adalah mencari gambar yang dapat menunjukkan langkah percobaan 1, dan soal-soal latihan dengan berbagai tingkatan kesukaran. Dalam mencari materi mengenai penerapan konsep hidrolisis garam yang akan dimuat juga diperlukan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, dipilih materi produk pemutih pakaian yang kemudian dirangkum dan disajikan dalam bentuk informasi singkat yang mudah dipahami siswa. Dalam LKS kimia yang dikembangkan dibagi menjadi empat bagian pada materi hidrolisis garam. Judul pada setiap sub bagian materi hidrolisis garam ini disesuaikan dengan indikator pembelajaran pada materi yang akan dipelajari. Keempat bagian pada materi hidrolisis ini terdiri dari bagian 1 dibagi menjadi dua poin, yakni percobaan 1 mengenai reaksi pembentukan garam dan pasca percobaan 1. Pada percobaan 1, siswa melakukan percobaan pembentukan garam dengan mengikuti instruksi dalam LKS. Hal ini dimaksudkan agar siswa memahami terlebih dahulu bagaimana suatu garam terbentuk dengan pH bervariasi dari suatu reaksi asam dengan basa. Bagian 2 LKS kimia merupakan pengertian dan jenis hidrolisis garam, sedangkan bagian 4 LKS kimia adalah perhitungan derajat keasaman pH larutan garam terhidrolisis beserta contoh soal dan soal latihan. Adapun bagian 3 LKS kimia dibagi menjadi tiga poin, yaitu pra percobaan 2, percobaan 2 mengenai hidrolisis garam, dan pasca percobaan 2. Pada tahap ini, peneliti juga menentukan instruksi atau langkah pembelajaran yang harus dikerjakan siswa dan pertanyaan yang harus dijawab siswa. Bagian 13 LKS kimia berisi banyak instruksi dan pertanyaan. Sedangkan bagian 4 LKS kimia berisi materi dan beberapa instruksi serta pertanyaan. Instruksi maupun pertanyaan yang dimuat dalam LKS kimia sudah mengandung seluruh indikator dari 10 keterampilan proses menurut Wynne Harlen dan Jost Elstgeest 1992. Langkah berikutnya setelah menentukan desain LKS dan pengumpulan materi, peneliti melakukan penyusunan LKS kimia. Peneliti menyusun LKS kimia berdasarkan tahap persiapan, desain yang telah dibuat serta materi, instruksi pembelajaran dan pertanyaan telah dikumpulkan. Hambatan dalam penyusunan LKS kimia ini adalah adanya kesulitan dalam penempatan materi, instruksi, pertanyaan, dan gambar ilmuwan dalam LKS agar tidak padatpenuh dalam satu halaman. Hal ini dikarenakan halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian. 8 Hambatan lain 8 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2011, Cet. 1, h. 217. adalah peneliti harus mencari gambar atau ilustrasi ilmuwan dan kalimat pengarah yang relevan dengan materi. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi untuk memahami materi yang disajikan dalam LKS kimia yang dikembangkan. Tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu review oleh ahli diluar pengembang bahan ajar dan uji coba lapangan. Setelah penyusunan LKS kimia selesai dilakukan, peneliti melakukan pengecekan dan penyempurnaan atau validasi LKS kimia yang merupakan bagian dari tahap review. Sebelum LKS kimia diujicobakan ke siswa, peneliti terlebih dahulu memberikan LKS kimia tersebut kepada validator. Peneliti memilih tiga validator untuk memvalidasi LKS kimia yang dikembangkan, yaitu dua orang dosen pendidikan kimia dan seorang guru bidang studi kimia. Proses ini bertujuan untuk mengevaluasi dan merevisi LKS kimia yang telah dikembangkan. Dengan demikian, peneliti dapat menghasilkan produk LKS kimia yang lebih mendekati kesempurnaan dan mengurangi kesalahan serta ketidaksesuaian dalam proses pengembangan LKS kimia. Proses validasi dalam penelitian ini dilakukan sebanyak enam kali. Kritik dan saran yang diberikan oleh para validator meliputi penyajian materi, jenis huruf dan ukurannya, penggunaan gambar atau ilustrasi yang sesuai dengan materi, dan penambahan materi berupa informasi penerapan konsep hidrolisis garam, serta penambahan contoh soal dan soal latihan hidrolisis garam. Disamping itu, media berbasis cetakan menuntut enam elemen yang harus diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. 9 Oleh karena itu, saran dari validator sangat berguna bagi peneliti dalam memperbaiki LKS kimia ini. Setelah semua validator menyatakan bahwa LKS kimia sudah valid, peneliti siap mencetak LKS kimia. Peneliti mencetak LKS kimia sebanyak 32 buah sesuai dengan jumlah siswa peserta uji coba lapangan. Pencetakan ini 9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. 15, h. 87-88. bertujuan agar setiap siswa dapat memegang satu LKS pada proses pembelajaran dan diharapkan siswa lebih fokus untuk menilai LKS kimia yang sudah dicetak. Tahap evaluasi lainnya adalah tahap penilaian LKS kimia oleh ahli dan praktisi pendidikan serta uji coba LKS kimia di sekolah. Pada tahap penilaian LKS kimia, peneliti memberikan LKS kimia kepada dua orang dosen pendidikan kimia dan seorang guru bidang studi di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan lembar penilaian berupa angket berskala rating scale kepada penilai. Lembar penilaian ini terdiri dari 110 pernyataan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Penilaian yang dilakukan meliputi lima dimensi, yakni dimensi kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan keterampilan proses. Hasil penilaian ini dijadikan acuan dari kualitas LKS kimia yang dikembangkan, dan sebagai pembanding dengan hasil respon siswa terhadap LKS kimia pada lima dimensi penilaian yang sama. Pada tahap uji coba, peneliti membagi siswa ke dalam 8 kelompok dan memberikan LKS kimia kepada setiap siswa untuk digunakan pada proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, keterampilan proses yang dilakukan siswa diamati dan dinilai melalui lembar observasi 1 dan 2 berskala rating scale. Lembar observasi 1 terdiri dari 38 pernyataan, sedangkan lembar observasi 2 terdiri dari 40 pernyataan. Observasi dilakukan oleh empat orang observer dengan masing-masing observer bertanggung jawab untuk mengobservasi dan menilai dua kelompok siswa. Observer yang ditunjuk merupakan rekan peneliti, yakni mahasiswa pendidikan kimia semester akhir. Selain observasi, peneliti juga meminta siswa untuk memberikan penilaian melalui angket pada akhir pembelajaran menggunakan LKS kimia. Angket siswa ini terdiri dari 45 pernyataan meliputi pernyataan positif dan pernyataan negatif. Angket tersebut diberikan kepada 32 responden di kelas XI IPA 4. Dimensi penilaian yang terdapat dalam angket terdiri dari dimensi kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, kegrafisan, dan kesesuaian dengan keterampilan proses. Pada tahap analisis data, data angket siswa yang digunakan sebagai data penelitian adalah 30 angket siswa, dan lembar observasi yang digunakan meliputi lembar observasi pada 30 orang siswa. Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh dari penilaian ahli dan praktisi serta angket siswa, secara keseluruhan persentase rata-rata dari kelima dimensi penilaian LKS kimia memperoleh kriteria baik. Dimensi kelayakan isi , berdasarkan repon siswa memperoleh persentase sebesar 75,50. Dimensi tersebut juga memperoleh persentase yang tidak jauh berbeda menurut penilaian ahli dan praktisi, yakni sebesar 73,81. Hasil ini menunjukkan isi materi yang disajikan dalam LKS kimia yang telah dikembangkan dapat dimengerti oleh siswa dan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran serta berkriteria baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Ririn Endah Purnamasari dan Sri Poedjiastoeti yang menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi komponen isi sesuai yang disajikan mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam SK dan KD yang terdapat dalam Standar Isi Pendidikan Nasional kurikulum KTSP. 10 LKS kimia ini dikembangkan berdasarkan KD 4.4 kelas XI semester 2 yaitu menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut. Selain itu, dari Tabel 4.9 diperoleh persentase tertinggi pada dimensi kelayakan isi terdapat pada indikator manfaat bagi siswa, yaitu sebesar 80,00. Persentase tertinggi berikutnya terdapat pada indikator kesesuaian materi dengan indikator pembelajaran sebesar 75,83. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa menyatakan isi materi dalam LKS kimia telah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa. Hal tersebut karena LKS kimia menyajikan informasi singkat mengenai penerapan konsep hidrolisis garam dalam kehidupan sehari- hari. Kualitas LKS kimia yang disusun harus memenuhi aspek-aspek penilaian, seperti menghubungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan serta adanya hubungan konsep kimia dengan kehidupan sehari- 10 Ririn Endah Purnamasari dan Sri Poedjiastoeti, Kelayakan Lembar Kerja Siswa LKS Eksperimen Berorientasi Keterampilan Proses Pada Materi Bahan Aditif Makanan untuk Siswa Tunarungu, UNESA Journal of Chemical Education, Vol. 2 1, 2013, h. 16. hari. 11 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa LKS kimia berbasis keterampilan proses telah memenuhi kedua aspek penilaian tersebut. Dimensi kebahasaan , memperoleh persentase rata-rata tertinggi berdasarkan respon siswa, yakni sebesar 75,58. Dimensi tersebut memperoleh persentase yang hampir sama menurut penilaian ahli dan praktisi, yaitu sebesar 75,00. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam LKS kimia yang dikembangkan dapat dipahami siswa dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia serta berkriteria baik. Selain itu, dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa persentase tertinggi pada dimensi kebahasaan terdapat pada indikator penggunaan bahasa komunikatif sebesar 79,17. Persentase tertinggi berikutnya terdapat pada indikator kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia sebesar 77,50 dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa menyatakan bahasa yang digunakan dalam LKS kimia sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, komunikatif, tidak kaku, dan sesuai dengan usia SMA sehingga siswa mudah memahami instruksi, materi maupun pertanyaan dalam LKS kimia. Hal ini sejalan dengan penelitian Anik ulfah dkk yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang baik disesuaikan dengan kaidah tata bahasa Indonesia dan mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan EYD, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku, komunikatif dan mudah dipahami siswa untuk mempelajari materi pelajaran. 12 Dimensi penyajian, memperoleh persentase rata-rata terendah dari dimensi lainnya berdasarkan respon siswa, yaitu sebesar 70,00, serta berdasarkan penilaian ahli dan praktisi dengan persentase sebesar 66,67. Dimensi penyajian berkaitan dengan ukuran, kepadatan halaman, penomoran, kejelasan penyampaian materi, urutan sajian, interaktif, dan pemberian motivasi pada LKS kimia berbasis keterampilan proses. Dari persentase yang diperoleh, dimensi penyajian dalam LKS kimia berkriteria baik. Selain itu, 11 Endang Widjajanti, Kualitas Lembar Kerja Siswa, 2014, h. 5, http:staff.uny.ac.idsystemfiles...endang-widjajanti-lfx-ms...kualitas-lks.pdf 12 Anik Ulfah dkk, Pengembangan LKS IPA Berbasis Word Square Model Keterpaduan Connected, Unnes Science Education Journal, USEJ 2 1, 2013, h. 242. dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa persentase tertinggi pada dimensi penyajian terdapat pada indikator kejelasan penyampaian materi sebesar 77,50. Persentase tertinggi berikutnya pada dimensi penyajian adalah indikator urutan sajian sebesar 74,17, dan interaktif sebesar 71,67. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa menyatakan materi yang disampaikan dalam LKS kimia sudah jelas dan berurutan sehingga siswa dapat memahaminya dengan baik. Selain itu, sebagian besar siswa menyatakan bahwa LKS kimia ini dapat membuat siswa berinteraksi satu sama lain, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Fungsi lain dari LKS, antara lain membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar, dan dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis, mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa. 13 Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa LKS kimia berbasis keterampilan proses menarik perhatian siswa, dapat mengaktifkan siswa, dan dapat membangkitkan minat siswa karena LKS kimia disusun dengan sistematis dan materi yang disampaikan jelas. Dimensi kegrafisan, mendapatkan persentase rata-rata tinggi berdasarkan respon siswa, yakni sebesar 74,26. Hasil ini jauh berbeda dan memperoleh persentase rata-rata terendah menurut penilaian ahli dan praktisi, yaitu sebesar 66,67. Namun demikian, hasil tersebut berkriteria baik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penggunaan jenis dan ukuran font, gambar atau ilustrasi yang digunakan serta tata letak dalam LKS kimia sudah baik. Hasil ini juga sejalan dengan salah satu aspek penilaian kualitas LKS kimia, yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik LKS baik. 14 Disamping itu, dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa persentase tertinggi pada dimensi kegrafisan terdapat pada indikator desain tampilan sebesar 80,56. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa menyatakan desain tampilan LKS kimia yang dikembangkan sudah sangat baik dan menarik. Salah satu aspek penilaian kualitas LKS kimia adalah penampilan 13 Endang Widjajanti, op.cit., h. 2. 14 Ibid., h. 6. fisik LKS. Penampilan fisik sangat penting dalam LKS karena siswa akan tertarik pada penampilan LKS terlebih dahulu daripada isi LKS sehingga dapat mendorong minat baca siswa. 15 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa desain tampilan LKS yang menarik dapat mendorong minat baca siswa dalam belajar. Dimensi kesesuaian dengan keterampilan proses, memperoleh persentase rata-rata tertinggi menurut penilaian ahli dan praktisi pendidikan yaitu sebesar 78,75. Dimensi tersebut berdasarkan respon siswa memperoleh persentase rata-rata sebesar 71,38. Pada LKS kimia yang dikembangkan dalam penelitian ini, dimensi kesesuaian dengan keterampilan proses merupakan salah satu unsur yang paling penting. Hal tersebut dikarenakan pada pengembangan LKS kimia berbasis keterampilan proses, dapat dikatakan bahwa keterampilan proses yang terkandung dalam LKS kimia dapat dimengerti oleh siswa dan berkriteria baik. Disamping itu, dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa persentase tertinggi pada dimensi kesesuaian dengan keterampilan proses terdapat pada keterampilan memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif 9, yaitu sebesar 81,25. Berdasarkan hasil persentase tersebut, maka persentase rata-rata yang diperoleh dari hasil pengembangan LKS kimia secara keseluruhan berdasarkan respon siswa sebesar 73,34 dan menurut penilaian ahli dan praktisi sebesar 72,18. Hasil data tersebut dapat diintepretasikan bahwa rata- rata hasil pengembangan LKS kimia adalah baik. Untuk penilaian tiap keterampilan proses, dijelaskan sebagai berikut. Keterampilan mengobservasi 1, dari gambar 4.2 diperoleh bahwa persentase rata-rata untuk keterampilan ini berdasarkan respon siswa sebesar 68,75. Sedangkan menurut penilaian ahli dan praktisi, keterampilan ini memperoleh persentase sebesar 77,08 dan berdasarkan hasil observasi, keterampilan ini memperoleh persentase 62,08. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dapat mengidentifikasi persamaan dari peristiwa yang berbeda dengan sangat baik dengan persentase sebesar 95,83. 15 Ibid., h. 56. Namun, sebagian siswa dalam memperhatikan rincian baik yang relevan dengan penyelidikan masih sangat kurang baik dengan persentase sebesar 18,75. Dari hasil ini, dapat diartikan bahwa secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan mengobservasi 1 dengan baik selama proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik. Keterampilan memunculkan pertanyaan 2, dari gambar 4.2 diperoleh bahwa persentase rata-rata untuk keterampilan ini berdasarkan respon siswa sebesar 69,75. Dalam angket siswa, terdapat 1 pernyataan mengenai keterampilan ini dan memperoleh respon yang baik dari siswa. Sedangkan menurut penilaian ahli dan praktisi, keterampilan ini memperoleh persentase sebesar 75,00. Hasil ini sangat jauh berbeda dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan ini memperoleh persentase sebesar 30,50. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian siswa dapat mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan sudah cukup baik dengan persentase sebesar 46,67. Sedangkan untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan hipotesis, sebagian besar siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan dengan persentase sebesar 3,33. Hasil yang diperoleh ini dapat diasumsikan bahwa kegiatan LKS untuk keterampilan ini sedikit atau minim atau siswa telah mengerti materi hidrolisis garam setelah melakukan percobaan. Namun demikian, dari hasil ini dapat diartikan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia masih kurang baik dan diperlukan cara atau kegiatan lain yang lebih inovatif untuk penerapan keterampilan memunculkan pertanyaan 2 dalam LKS kimia yang dikembangkan. Keterampilan berhipotesis 3, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata tinggi berdasarkan penilaian ahli dan praktisi sebesar 83,33, berdasarkan respon siswa sebesar 75,00, dan berdasarkan hasil observasi sebesar 70,09. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dapat menerapkan konsep yang diperolehnya pada tugas yang baru dengan persentase sebesar 89,17. Namun, sebagian besar siswa masih kesulitan dalam mengenali kebutuhan untuk menguji penjelasan dengan mengumpulkan lebih banyak buktifakta dengan persentase sebesar 35,00. Meski demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan berhipotesis 3 dengan baik. Keterampilan meramalkan 4, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata rendah berdasarkan penilaian ahli dan praktisi sebesar 75,00, berdasarkan respon siswa sebesar 70,00, dan berdasarkan hasil observasi sebesar 65,56. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa membuat penggunaan pola untuk memperhitungkan kemungkinan alasan ketika tidak ada informasi yang terkumpul sudah baik dengan persentase sebesar 74,17. Namun sebagian siswa sudah cukup baik dalam membenarkan bahwa suatu prediksi dibuat dari penyajian buktifakta dengan persentase sebesar 52,50. Meski demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan meramalkan dengan baik. Keterampilan menemukan pola dan hubungan 5, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata berdasarkan respon siswa sebesar 75,00. Hasil ini sejalan dengan persentase rata-rata tertinggi keterampilan ini menurut penilaian ahli dan praktisi sebesar 83,33. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan ini memperoleh persentase sebesar 61,57. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dapat mengidentifikasivariabel dalam suatu hubungan dengan persentase sebesar 97,50 dan sebagian besar besar masih kurang baik dalam memeriksa kesimpulan berdasarkan buktifakta yang ada dengan persentase sebesar 31,67. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan menemukan pola dan hubungan 5 dengan baik. Keterampilan berkomunikasi secara efektif 6, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata terendah berdasarkan respon siswa sebesar 62,92. Hasil ini sangat jauh berbeda karena keterampilan berkomunikasi secara efektif 6 memperoleh persentase rata-rata tertinggi keterampilan proses menurut penilaian ahli dan praktisi, yaitu sebesar 85,42. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata sebesar 69,10. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dapat melaporkan peristiwa secara sistematis dan jelas sudah sangat baik dengan persentase sebesar 96,67. Selain itu, sebagian besar siswa masih kurang dalam menggunakan berbagai sumber informasi dengan persentase sebasar 32,92. Hal tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan berkomunikasi secara efektif 6 dengan baik. Keterampilan merancang dan membuat 7, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata berdasarkan respon siswa sebesar 68,33. Hasil ini sangat jauh berbeda karena keterampilan merancang dan membuat 7 memperoleh persentase rata-rata tertinggi kedua menurut penilaian ahli dan praktisi, yaitu sebesar 83,33. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata sebesar 62,50. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dapat menghasilkan rencana atau rancangan sebagai suatu usaha realistis untuk memecahkan suatu masalah dengan baik dengan persentase sebesar 69,58. Namun, sebagian siswa sudah cukup baik dalam meninjau ulang rencana percobaan dengan persentase sebesar 52,50. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan merancang dan membuat dengan baik. Keterampilan memikirkan dan merencanakan penyelidikan 8, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini berdasarkan respon siswa memperoleh persentase sebesar 73,33. Hasil ini lebih kecil dari persentase rata-rata menurut penilaian ahli dan praktisi sebesar 75,00. Adapun berdasarkan hasil observasi, keterampilan memikirkan dan merencanakan penyelidikan memperoleh persentase sebesar 70,97. Dari Tabel 4.10, dikatakan bahwa sebagian besar siswa sudah sangat baik dalam menentukan urutan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan dengan persentase sebesar 94,17. Sedangkan dalam menentukan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penyelidikan, sebagian besar siswa sudah cukup baik dengan persentase sebesar 57,50. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan memikirkan dan merencanakan penyelidikan 8 dengan baik. Keterampilan memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif 9, dari Gambar 4.2 diperoleh bahwa keterampilan ini memperoleh persentase rata-rata tertinggi berdasarkan respon siswa, yakni sebesar 81,25. Hal ini sejalan dengan hasil observasi pada Gambar 4.3 yang menunjukkan bahwa keterampilan 9 memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif mendapatkan persentase rata-rata tertinggi sebesar 82,29. Hasil berbeda menurut penilaian ahli dan praktisi diperoleh bahwa persentase keterampilan ini sebesar 75,00. Dari Tabel 4.10, dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa dalam menggunakan alat-alat kimia dengan efektif dan aman sudah sangat baik dengan persentase sebesar 98,33. Selain itu, sebagian besar siswa juga bekerja dengan ketelitian yang tepat pada tugas yang dikerjakan sudah baik dengan persentase 68,33. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah sangat baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif 9 dengan sangat baik. Keterampilan mengukur dan menghitung 10 dari hasil observasi pada Gambar 4.3, diperoleh bahwa keterampilan ini mendapatkan persentase tertinggi kedua sebesar 80,74. Sedangkan berdasarkan respon siswa, keterampilan mengukur dan menghitung memperoleh persentase sebesar 70,00. Adapun menurut penilaian ahli dan praktisi, keterampilan ini memperoleh persentase sebesar 75,00. Dari Tabel 4.3, diperoleh bahwa sebagian besar siswa dapat menggunakan alat pengukur dengan benar dan ketelitian yang wajar sudah sangat baik dengan persentase sebesar 87,50. Selain itu, sebagian besar siswa juga sudah baik dalam menggunakan suatu pengukuran yang memadai untuk tugas yang dikerjakan dan dapat menghitung hasil dengan cara yang efektif dengan persentase masing-masing sebesar 75,00. Hasil ini dapat diartikan bahwa penggunaan keterampilan ini dalam LKS kimia sudah baik karena secara keseluruhan sebagian siswa dapat melakukan keterampilan mengukur dan menghitung 10 dengan baik. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari hasil angket siswa dan penilaian ahli dan praktisi dalam penelitian ini, dapat dikatakan LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi mendapatkan kriteria rata-rata yang baik pada semua dimensi penilaian LKS kimia. Selain itu, persentase rata-rata keseluruhan berdasarkan respon siswa lebih tinggi dari persentase rata-rata keseluruhan menurut penilaian ahli dan praktisi pendidikan. Hal ini menunjukkan respon siswa yang positif terhadap LKS kimia yang dikembangkan. Respon positif siswa terhadap LKS yang dikembangkan dikarenakan LKS kimia menarik, penyampaian materi yang jelas dan berurutan, dan mudah dipahami karena bahasa yang digunakan komunikatif. Selain itu, berdasarkan respon siswa dan penilaian ahli dan praktisi menunjukkan bahwa penggunaan 10 keterampilan proses yang terdapat dalam LKS kimia sudah baik dengan rentang persentase antara 6086. Sedangkan dari hasil observasi diperoleh bahwa penggunaan 9 dari 10 keterampilan proses yang terdapat dalam LKS kimia sudah baik. Hanya keterampilan memunculkan pertanyaan 2 yang penggunaannya masih kurang baik dan maksimal dalam LKS kimia. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan atau inovasi lain untuk mengoptimalkan penggunaan keterampilan memunculkan pertanyaan 2 dalam LKS kimia yang dikembangkan. 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dalam mengembangkan LKS kimia berbasis keterampilan proses. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan LKS kimia berbasis keterampilan proses terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pengembangan LKS, dan evaluasi LKS. Tahap persiapan meliputi 1 analisis kebutuhan bahan ajar; 2 pemilihan materi; 3 analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar; 4 analisis indikator LKS kimia; 5 validasi indikator LKS kimia; dan 6 menentukan judul LKS kimia. Pada proses analisis kebutuhan bahan ajar ditemukan bahwa ketiga LKS yang dianalisis tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreativitas dalam melakukan percobaan dan penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah belum maksimal. Kendala yang ditemukan pada tahap persiapan antara lain 1 mencari LKS praktikum hidrolisis garam yang umum digunakan siswa untuk dianalisis komponen LKS-nya; 2 menemukan referensi keterampilan proses yang sesuai dalam membuat indikator LKS kimia; 3 menemukan bentuk kegiatan yang dapat memuat setiap indikator keterampilan proses; dan 4 memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengembangan indikator LKS kimia. Tahap pengembangan LKS meliputi 1 menentukan desain LKS kimia yang berisi urutan dari unsur-unsur LKS kimia yang telah ditentukan. Unsur LKS kimia antara lain cover, kata pengantar, daftar isi, SK, KD, dan indikator pembelajaran di setiap bagian materi LKS, petunjuk penggunaan LKS kimia, bagian 14 LKS, informasi pendukung berupa sekilas kimia, soal-soal latihan, dan daftar pustaka. Ukuran kertas yang digunakan untuk LKS kimia adalah ukuran B5 jenis art paper dengan ketebalan 70 gram. 2 Pengumpulan materi LKS meliputi pengumpulan materi hidrolisis garam dari beberapa referensi dan materi LKS menggunakan seluruh indikator dari 10 keterampilan proses yang tersebar dalam instruksi atau langkah pembelajaran dan pertanyaan. 3 Penyusunan LKS kimia berdasarkan desain LKS yang telah dibuat dan materi, instruksi pembelajaran serta pertanyaan telah dikumpulkan. Kendala pada tahap pengembangan LKS antara lain 1 mencari gambar yang dapat menunjukkan langkah percobaan 1; 2 mencari soal-soal latihan dengan berbagai tingkatan kesukaran; dan 3 kesulitan dalam penempatan materi, instruksi, pertanyaan, dan gambar ilmuwan dalam LKS agar tidak padatpenuh dalam satu halaman. Tahap evaluasi LKS meliputi 1 validasi LKS kimia; 2 penilaian ahli dan praktisi pendidikan; dan 3 Uji coba LKS melalui angket siswa dan lembar observasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa LKS kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam secara keseluruhan mendapatkan kriteria rata-rata yang baik. Persentase rata-rata keseluruhan yang diperoleh melalui penilaian ahli dan praktisi pendidikan, angket siswa, dan lembar observasi secara berturut-turut adalah 72,18, 73,34, dan 66,16. Dari hasil evaluasi ditemukan bahwa penggunaan keterampilan memunculkan pertanyaan masih kurang baik dengan persentase rata-rata sebesar 30,50 dan merupakan persentase terkecil dari keterampilan proses yang lain. Hasil ini dapat diasumsikan karena siswa telah mengerti materi hidrolisis garam setelah melakukan percobaan atau kegiatan LKS untuk keterampilan memunculkan pertanyaan masih sedikit atau minim sehingga penggunaannya kurang maksimal.

B. Saran

Untuk perbaikan di penelitian selanjutnya, maka ada beberapa saran yang dikemukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 1. LKS kimia merupakan petunjuk utama bagi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kimia termasuk kegiatan praktikum. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan LKS praktikum yang dapat membuat siswa berpikir, aktif, dan terampil. Salah satunya dapat menggunakan LKS kimia berbasis keterampilan proses. Namun demikian, masih perlu dilakukan perbaikan atau inovasi lain untuk kegiatan pembelajaran yang memuat indikator keterampilan memunculkan pertanyaan dan inovasi dalam penyajian yang lebih baik dari LKS kimia. 2. Penggunaan LKS kimia berbasis keterampilan proses mengharuskan guru untuk membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses. 107 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011. Astutik, Neni Puji dan Rusmini. Development Of Chemistry Experiment Worksheet With Process Skills Orientation In Chemical Equilibrium Topic For Senior High School Grade XI. Unesa Journal of Chemical Education. 1, 2012. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Dahar, Ratna Wilis. Peranan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Kimia. Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986. Departemen Pendidikan Nasional. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007. ----------------------------------------------. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas, 2006. ----------------------------------------------. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008. ----------------------------------------------. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008. ----------------------------------------------. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Devi, Poppy K. D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High School at “Colligative Properties Concept”. Fauziah, Nenden. Kimia 2 untuk SMA dan MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional RI, 2009. Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Harlen, Wynne dan Jost Elstgeest. UNESCO Sourcebook for Science in The Primary School: A Workshop Approach to Teacher Education. Paris: UNESCO Publishing, 1992. Karsli, Fethiye dan Çiğdem Şahin. “Developing Worksheet Based on Science Process Skills: Factors Affecting Solubility”. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. 10, 2009. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kompetensi Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Marno. Modul Pengembangan Bahan Ajar pada Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Kementerian Agama RI, 2012. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004. Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyarsi. Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional RI, 2009. Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press, 2011. Purnamasari, Ririn Endah dan Sri Poedjiastoeti. “Kelayakan Lembar Kerja Siswa LKS Eksperimen Berorientasi Keterampilan Proses Pada Materi Bahan Aditif Makanan untuk Siswa Tunarungu”. UNESA Journal of Chemical Education. 2, 2013. Riduwan. Skala Pengukuran Dimensi-dimensi Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2008. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2008. Sari, Siska Novita. “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Larutan penyangga dengan Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif”, Skripsi pada Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2012. Tidak dipublikasikan Semiawan, Conny et al. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Grasindo, 1992. Septiarini, Seffi Dian dan Sri Poedjiastoeti. “Development Of Chemistry Student Worksheet With Process Skill Orientation On The Factors Influencing Reaction Rate Matter For Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI”. Unesa Journal of Chemical Education. 1, 2012.