Observasi Keterlaksanaan Keterampilan Proses dalam LKS
Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini peneliti melakukan studi kepustakaan dan analisis mengenai LKS praktikum hidrolisis
garam yang umum digunakan siswa. LKS praktikum ini diperoleh dari 3 LKS, yaitu LKS percobaan hidrolisis garam SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, LKS
dari LKS yang digunakan siswa, dan LKS dari buku kimia siswa. Analisis kebutuhan ini menggunakan lembar penilaian sejenis angket yang berisi 38
pernyataan berskala ratting scale. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai LKS praktikum hidrolisis garam yang
umum digunakan siswa berdasarkan dimensi struktur LKS secara umum, komponen LKS percobaan, kreativitas siswa dalam belajar, dan keterampilan
proses. Dari Tabel 4.1, diperoleh bahwa persentase rata-rata LKS 1 dan 2 pada
dimensi struktur LKS secara umum sebesar 37,50. Sedangkan LKS 3 memperoleh persentase rata-rata sebesar 33,33 dan ketiga LKS masih
kurang baik pada dimensi struktur LKS secara umum. Pada dimensi komponen LKS percobaan, ketiga LKS memperoleh persentase rata-rata
tinggi, yaitu 67,86 untuk LKS 1 serta 64,29 untuk LKS 2 dan 3. Ketiga LKS sudah baik pada dimensi komponen LKS percobaan. Hal ini dikarenakan
komponen LKS telah ditentukan oleh penyusun LKS. Disamping itu, ketiga LKS hidrolisis garam yang dianalisis masih
bermodel cook book buku resep masakan. LKS ini tentunya membuat siswa hanya terpaku pada urutan prosedur percobaan dan hasil pengamatan yang
diinginkan. Dengan demikian, siswa tidak memiliki kesempatan dalam menentukan sendiri tujuan percobaan, alat dan bahan, prosedur percobaan, dan
tabel pengamatan. Hal ini tak jauh beda dengan pendapat yang menyatakan bahwa siswa tidak akan terampil misalnya untuk merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data, dan menarik kesimpulan apabila tidak ada peluang bagi siswa
untuk melakukan sendiri proses tersebut secara terus-menerus.
1
Hasil ini
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h. 149.
sejalan dengan ketiga LKS masih sangat kurang baik pada dimensi kreativitas siswa dalam belajar dengan persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 0,00.
Untuk dimensi keterampilan proses, ketiga LKS masih berkriteria kurang baik dengan persentase rata-rata yang berbeda-beda, yaitu 33,96
untuk LKS 1, 35,83 untuk LKS 2, dan 28,75 untuk LKS 3. Selain itu, terdapat beberapa keterampilan proses yang memperoleh persentase 0,00,
yaitu keterampilan memunculkan pertanyaan, meramalkan, merancang dan membuat, serta memikirkan dan merencanakan penyelidikan. Oleh karena itu,
diperlukan LKS hidrolisis garam yang dapat memuat keterampilan proses yang diharapkan sehingga dapat membuat siswa lebih kreatif dalam
pembelajaran. Selain itu, 2 dari 3 LKS hanya memuat kegiatan praktikum sebatas
pada mengelompokkan larutan garam yang bersifat asam, basa, dan netral dan LKS lainnya memuat pengelompokkan garam berdasarkan jenis hidrolisisnya.
Hasil ini tentunya kurang sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang sangat mengedepankan aspek keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran
terutama pada materi hidrolisis garam. Kompetensi dasar untuk materi hidrolisis garam pada kurikulum 2013 adalah “4.12 melakukan percobaan
untuk mengetahui jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dengan menggunakan indikator universal dan pH larutan garam tersebut”
.
2
Dari hasil analisis kebutuhan dapat disimpulkan bahwa ketiga LKS yang dianalisis tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkreativitas dalam melakukan percobaan. Selain itu, penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah belum maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti membuat LKS kimia untuk menunjang kegiatan praktikum dan pembelajaran hidrolisis garam yang
disajikan dengan berbasis kepada keterampilan proses. Hambatan dalam tahap menganalisis LKS praktikum hidrolisis garam
adalah mencari LKS praktikum hidrolisis garam yang umum digunakan siswa
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompetensi Dasar, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013, h. 133.
karena jumlahnya yang masih terbatas. Bahkan terdapat beberapa buku paket yang tidak mencantumkan praktikum hidrolisis garam di dalamnya.
Setelah melakukan analisis bahan ajar, peneliti menentukan materi yang akan dimuat dalam LKS kimia dan dikembangkan dengan keterampilan
proses. Salah satu materi kimia yang dapat dikembangkan dengan
keterampilan proses adalah materi hidrolisis garam. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan analisis standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Pada tahap ini peneliti menganalisis standar kompetensi 4 dan kompetensi dasar 4.4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
tersebut memiliki indikator yang harus dicapai pada materi hidrolisis garam. Dengan menganalisis SK dan KD, peneliti lebih mudah untuk melakukan
pengembangan indikator. “Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan”.
3
Indikator yang harus dicapai pada indikator umum SK dan KD selanjutnya dianalisis lebih mendalam dan meluas.
Sebuah LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa untuk memaksimalkan
pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil
belajar yang harus ditempuh.
4
Menurut Ratna Wilis Dahar, keterampilan- keterampilan proses yang sudah operasional sifatnya dapat dikembangkan
selama proses belajar mengajar berlangsung, dapat melalui percobaan oleh siswa, demonstrasi oleh guru, dan sebagainya.
5
Maka dari itu, indikator LKS kimia yang dibuat didasarkan pada kegiatan pembelajaran hidrolisis garam
dengan mengembangkan keterampilan proses. Proses pembuatan indikator LKS kimia ini dilakukan lebih kurang satu
bulan. Indikator yang telah dibuat, kemudian divalidasi oleh seorang dosen pendidikan kimia dan seorang guru bidang studi kimia sebagai validator.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Indikator, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 3.
4
Trianto, op.cit., h. 111.
5
Ratna Wilis Dahar, Peranan Pertanyaan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Ilmu Kimia, Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986, Cet. 1, h. 1.16.