Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan.
10
c. Faktor Eksternal
1 Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Yang termasuk kedalam faktor ini
adalah keluarga, lingkungan sekolah, teman bermain dan masyarakat. 2
Faktor non Sosial Faktor non sosial dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang bukan
sosial, antara lain linkungan alam dan lingkungan fisik seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber lainnya.
Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat disimpulkan menjadi dua faktor secara garis besar, yaitu
faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemati Soerdjabrata yang mengatakan
bahwa: d.
Faktor Pendekatan Belajar Seperti yang dikatakan Lawson dalam buku Muhibbin Syah, pendekatan
belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasioanl yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.
11
10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 55.
11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. Ke-11, h. 136.
D. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah, tujuan, materi
pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.
12
Menurut pandangan Cambourne dalam Warsono dan Hariyanto proses pembelajaran
dapat didefinisikan
sebagai menjalin
hubungan, mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorgaisasikan bagian-bagian kecil
pengetahuan, perilaku aktivitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik. Definisi tersebut dimulai
dengan frasa menjalin hubungan, yang menegaskan perlunya siswa berinteraksi selama pembelajaran. Dengan demikian sesuai pendangan
Cambourne tersebut, dalam definisi belajar peserta didik harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
13
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran, diantaranya yaitu:
14
1 Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya
suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Maka keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada
kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.
2 Faktor Siswa
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang
bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, h.58.
13
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, h. 2.
14
Wina Sanjaya, op. cit, h. 52.
3 Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung serta langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.
E. Pengertian Konstruktivisme
Teori Pembelajaran konstruktivisme Constructivist Theory of Learning menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.
15
Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut
pandangan konstruktivisme berarti membangun, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif
dalam pembelajarannya.
16
Menurut Dwi Larasati, pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa
mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna.
17
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Darma dalam Nazila Ramadhani pada jurnal Pendidikan
Fisika, yaitu philosofi konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa student-centered yang memebrikan ruang seluas-
luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri sesuai dengan pengalaman, kemampuan dan tingkat perkembangan individual
siswa, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan dibangun
15
Trianto, Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, hal. 28.
16
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 119.
17
Larasati Dwi, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran Teorema Phytagoras di Kelas 8 SMP, Jurnal Inovatif Volume 3, Nomor 1, September 2007, h. 47.