62 PBM
= Porsi pengeluaran pemerintah untuk belanja modal PPAD = Porsi Penerimaan Daerah dari PAD
RMS = Rasio antara jumlah murid dan jumlah sekolah SD dan SMP
OrangSekolah RFTB = Rasio jumah Penduduk dan Fasilitas tempat berobat berupa rumah sakit
dan puskesmas OrangUnit PJJLR = Persentase Panjang jalan yang rusak terhadap total panjang jalan
DF = Variabel Dummy Desentralisasi Fiskal
= 1, setelah diberlakukannya UU No. 251999 2001 – 2008 = 0, sebelum diberlakukannya UU No. 251999 1994, 2000
D = Variabel Dummy Daerah
= 1, Kabupaten Bogor daerah induk = 0. Kota Depok daerah pemekaran
t = tahun
4.3.2.3. Model Dugaan Persamaan Tingkat Pengangguran PENGG
Tenaga kerja merupakan salah satu input dalam proses produksi. Jika permintaan output bertambah, maka perusahaan harus menambah produksinya.
Untuk menambah produksi diperlukan penambahan atau peningkatan barang- barang investasi. Penambahan atau peningkatan investasi akan menambah
kesempatan kerja baru sehingga jumlah pengangguran akan berkurang. Disamping itu laju pertumbuhan ekonomi LPE merupakan refleksi nilai tambah yang
meningkat dan juga akan memperluas kesempatan kerja sehingga berakibat pada menurunnya tingkat pengangguran. Variabel LPE diharapkan berpengaruh negatif
terhadap tingkat pengangguran. Sebagaimana Kurva Phillips yang menggambarkan hubungan terbalik
tradeoff antara tingkat pengangguran dan tingkat inflasi, tingkat inflasi INF dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel penjelas terhadap tingkat
pengangguran. Inflasi pertumbuhan upah minimum kabupatenkota PUMK juga dijadikan sebagai variabel penjelas terhadap tingkat pengangguran. Kurva
63 Phillips menunjukkan tingkat inflasi upah menurun sejalan dengan kenaikan
tingkat pengangguran. Jumlah penduduk POP diduga juga berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran. Semakin banyak jumlah penduduk akan menyebabkan semakin banyak tenaga kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja, akibatnya jumlah
pengangguran akan meningkat. Dengan demikian POP diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran. Variabel dummy DF dan D diduga akan
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, artinya tingkat pengangguran diharapkan akan semakin menurun setelah desentralisasi fiskal diberlakukan dan
diduga kondisi tingkat pengangguran di Kota Depok lebih buruk dibandingkan dengan Kabupaten Bogor karena dalam waktu kurang dari sepuluh tahun tentunya
Kota Depok belum dapat menurunkan tingkat penganggutan secara signifikan karena pengangguran merupakan masalah yang cukup sulit dan kompleks untuk
diatasi. Model Dugaan Tingkat Pengangguran adalah sebagai berikut: PENGG
t
= β + β
1
LPE
t
+ β
2
INF
t
+ β
3
PUMK
t
+ β
4
POP
t
+ β
5
DF
t
+ β
6
D
t
- + - + - - + µ
t
...................................................................................... 20 PENGG = Tingkat pengangguran
LPE = Laju pertumbuhan ekonomi
INF = Tingkat Inflasi
PUMK = Pertumbuhan Upah Minimum KabupatenKota
POP = Jumlah penduduk Orang
DF = Variabel Dummy Desentralisasi Fiskal
= 1, setelah diberlakukannya UU No. 251999 2001 – 2008 = 0, sebelum diberlakukannya UU No. 251999 1994 - 2000
D = Variabel Dummy Daerah
= 1, Kabupaten Bogor daerah induk = 0. Kota Depok daerah pemekaran
t = tahun
64
4.3.2.4. Model Dugaan Persamaan Tingkat Kemiskinan MSKN