90
6.6.1. Persamaan Dugaan PDRB per Kapita
Sesuai dengan hipotesis khusus pada butir 4.4.2.4.b.1 diduga bahwa PDRB per Kapita PDRBK dipengaruhi oleh poesi belanja modal PBM, pendapatan asli
daerah PAD, jumlah penduduk POP, jumlah penduduk berpendidikan SMA keatas POPT, variabel dummy desentralisasi fiscal DF, dan variabel dummy
daerah D. Variabel PBM, PAD, POPT, dan dummy D berpengaruh positif terhadap PDRBK, sedangkan variabel POP dan dummy DF berpengaruh negatif terhadap
PDRBK. Berdasarkan hasil uji terhadap model persamaan simultan, diperoleh
persamaan dugaan PDRBK sebagai berikut:
PDRBK
t
=
6.366,813
+
2,691E-6
BM
t
+
7,955E-6
APBD
t
+
0,00534
POPT
t
- 1,16E-6
APBDVSDD
t
- 2.218,13
DF
t
+
505,363
D
t
Variabel-variabel penjelas BM, PAD, POP, POPT, dummy DF, dan dummy D secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRBK pada
taraf nyata 1 persen sangat nyata dan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan nilai R
2
sebesar 99,18 persen. Hal ini berarti 99,18 persen variasi PDRBK dapat dijelaskan oleh variabel PBM, PAD, POP, POPT, dummy DF, dan dummy D.
Nilai parameter dugaan, nilai uji t, dan nilai peluang masing-masing variabel penjelas dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
91 Tabel 11. Persamaan Dugaan PDRB per Kapita
Koefisien Parameter Dugaan
Nilai t Pr |t|
1 2
3 4
Intersep 6.366,813
1,56 0,1453
BM 2,691E-6
0,77 0,4573
APBD 7,955E-6
3,28 0,0066
POPT 0,00534
0,74 0,4718
APBDVSDD -1,16E-6
-3,09 0,5254
Dummy DF -2.218,13
-0,53 0,0094
Dummy D 505,363
0,53 0,6027
R
2
= 0,9818 F-hit = 152,844 Durbin Watson = 0,9699
Peningkatan belanja modal akan meningkatkan produksi sehingga output meningkat dan akhirnya akan meningkatkan PDRBK. Dalam penelitian ini variabel
BM memiliki dampak positif namun tidak signifikan terhadap PDRBK. Variabel APBD memiliki pengaruh positif dan signifikan dan dummy DF berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap PDRBK. Artinya peningkatan APBD akan mengakibatkan meningkatnya PDRBK dan PDRBK sebelum desentralisasi fiskal ternyata lebih baik
dibandingkan setelah desentralisasi fiscal diberlakukan. Variabel interaksi APBD dan D pengaruhnya tidak signifikan terhadap PDRBK. .
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor input yang akan mempengaruhi output. Semakin besar jumlah penduduk yang memiliki pendidikan relatif tinggi
maka dengan sendirinya mereka yang memiliki pendidikan tinggilah yang akan terserap kedalam lapangan pekerjaan sehingga produktifitas akan meningkat yang
selanjutnya akan meningkatkan output. Penduduk berpendidikan tinggi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki pendidikan SMA keatas
92 POPT. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan diatas bahwa variabel POPT
memiliki pengaruh positif terhadap PDRBK meskipun secara statistik tidak signifikan. Variabel dummy D memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan,
artinya PDRBK Kabupaten Bogor lebih baik dibandingkan Kota Depok meskipun keduanya memiliki pola yang sama yaitu selalu mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Hal ini didukung oleh perkembangan angka PDRBK Kabupaten Bogor yang rata-rata setiap tahun nilainya berada diatas nilai PDRBK Kota Depok Gambar
18.
Gambar 18. Perkembangan PDRB per Kapita Kabupaten Bogor 1994 – 2008 dan Kota Depok 2000 - 2008
Hasil wawancara dengan pihak Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten Bogor juga mendukung analisis diatas, yaitu hanya 33,33 persen responden di
Kabupaten Bogor menyatakan terjadi duplikasi anggaran sedangkan di Kota Depok responden yang menyatakan terjadi duplikasi anggaran lebih besar yaitu 50 persen.
Dengan demikian nampak bahwa Kabupaten Bogor lebih disiplin dalam mengelola anggaran sehingga diduga ini salah satu faktor yang menyebabkan PDRB per Kapita
Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Depok Tabel 12.
93 Tabel 12. Banyaknya Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Mengenai
Duplikasi Anggaran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok Daerah
Tidak Terjadi Duplikasi
Terjadi Duplikasi
Jumlah 1
2 3
4 Bogor
6 66,67
3 33,33
9 100,00
Depok 6
50,00 6
50,00 12
100,00 Jumlah
12 57,14
9 42,86
21 100,00
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2010
6.6.2. Persamaan Dugaan Porsi Belanja Modal Pemerintah PBM