97 Menurut hasil wawancara dengan responden terhadap indikator efektifitas
anggaran, seluruh responden baik yang berasal dari Kabupaten Bogor maupun Kota Depok menyatakan setuju dilakukan survei langsung ke masyarakat untuk menilai
optimalisasi kinerja Pemda. Namun demikian hanya 66,67 persen masyarakat Kabupaten Bogor yang menyatakan bahwa penetapan alokasi anggaran telah
menggunakan analisis benefit-cost, sedangkan masyarakat Kota Depok 100 persen menyatakan bahwa penetapan alokasi anggaran telah menggunakan analisis benefit-
cost Tabel 14. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan alokasi anggaran oleh Pemerintah Daerah Kota Depok sudah lebih baik dan lebih tepat yang diduga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penetapan alokasi belanja modal di Kota Depok lebih baik dibandingkan Kabupaten Bogor.
Tabel 14. Pendapat Masyarakat Kabupaten Bogor dan Kota Depok dalam Penetapan Alokasi Anggaran
Daerah Telah menggunakan
analisis benefit-cost Negosiasi Pemda
dengan DPR Jumlah
1 2
3 4
Bogor 66,67
33,33 100,00
Depok 100,00
0,00 100,00
Jumlah 80,00
20,00 100,00
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2010
6.6.3. Persamaan Dugaan Tingkat Pengangguran PENGG
Tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok dipengaruhi oleh laju pertumbuhan eknomi LPE, tingkat inflasi INF, pertumbuhan upah minimal
kabupatenkota PUMK, jumlah penduduk POP, variabel dummy DF, dan dummy D dengan nilai R
2
sebesar 67,50 persen. Persamaan dugaan tingkat pengangguran adalah sebagai berikut:
PENGG
t
= - 0,8786 + 0,0320 LPE
t
+ 0,2514 INF
t
– 0,0656 PUMK + 4,32E-6 POP
t
+ 2,9035 DF
t
– 9,6032 D
t
98 Nilai parameter dugaan, nilai uji t, dan nilai peluang masing-masing variabel
dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 15. Persamaan Dugaan Tingkat Pengangguran
Koefisien Parameter Dugaan
Nilai t Pr |t|
1 2
3 4
Intersep - 0,8786
-0,26 0,8025
LPE 0,0320
0,18 0,8597
INF 0,2514
0,49 0,6311
PUMK -0,0656
-2,47 0,0298
POP 4,32E-6
1,61 0,1335
Dummy DF 2,9035
2,90 0,0134
Dummy D -9,6032
-1,42 0,1818
R
2
= 0,7848 F-hit = 10,333 Durbin Watson= 1,8369 Sumber: Hasil pengolahan Persamaan Simultan
Variabel LPE, INF, POP, dan dummy DF memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengangguran namun pengaruh LPE, INF, dan POP tidak signifikan. Hal ini
terlihat dari Gambar 19, 20 dan 21 yang menunjukkan bahwa PENGG, LPE, dan INF memiliki pola yang sama yaitu terus meningkat dari waktu ke waktu.
99 Gambar 21. Perkembangan Tingkat Pengangguran di
Kabupaten Bogor 1995 – 2008 dan Kota Depok 2000 - 2008
Pada Gambar 21 terlihat bahwa perkembangan tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok memiliki pola yang sama yaitu cenderung terus
mengalami peningkatan. Namun demikian pada tahun 2008 terlihat ada penurunan tingkat pengangguran di kedua daerah tersebut dibandingkan dengan tahun 2007.
Gambar 22. LPE Kabupaten Bogor 1995- 2008 dan Kota Depok 2001-2008
100 Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor dan Kota Depok setelah
pelaksanaan desentralisasi fiskal diterapkan sejak tahun 2001 terlihat semakin meningkat dari waktu ke waktu Gambar 22. Laju pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bogor tahun 1998 terlihat mengalami penurunan yang cukup tajam akibat terjadinya krisis ekonomi yang melanda sebagian besar negara di Asia, namun
pada tahun 2000 perekonomian Indonesia, termasuk Kabupaten Bogor mulai bangkit kembali dan terus melaju hingga tahun 2008.
Gambar 23. Perkembangan Tingkat Inflasi Kabupaten Bogor 1995 - 2008 dan Kota Depok 2000-2008
Tingkat inflasi di Kabupaten Bogor dan Kota Depok terus meningkat sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.
Hubungan negatif antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran seperti yang digambarkan dalam Kurva Phillips tidak terjadi di Kabupaten Bogor dan Kota Depok
karena berdasarkan penelitian ini tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki hubungan positif meskipun secara statistik hubungan tersebut tidak signifikan.
Variabel POP memiliki pengaruh positif dan namun tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran. Variabel dummy DF berpengaruh positif dan signifikan terhadap
101 tingkat pengangguran, artinya dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal di
Indonesia belum membawa dampak positif terhadap penurunan tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok.
Variabel pertumbuhan upah minimum kabupatenkota PUMK memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini sejalan
dengan Kurva Phillips yang menunjukkan bahwa tingkat inflasi upah menurun seiring dengan kenaikan tingkat pengangguran Dornbush, 2001. Variabel dummy D
memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran, artinya kondisi tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor lebih baik dibandingkan
dengan Kota Depok namun perbedaan ini tidak nyata. Hal ini sesuai dengan kenyataannya bahwa meskipun secara visual Gambar 19 terlihat tingkat
pengangguran Kota Depok lebih rendah namun secara rata-rata tingkat pengangguran di Kota Depok lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Bogor, yaitu Kota
Depok memiliki rata-rata tingkat pengangguran 8,25 persen sedangkan Kabupaten Bogor hanya 6,85 persen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di Kabupaten Bogor dan Kota Depok terlihat ada perbedaan kesesuaian anggaran antara Kabupaten Bogor dan Kota
Depok, yaitu seluruh responden di Kota Depok menyatakan bahwa sebagian besar anggaran telah sesuai dengan kebutuhan, sebaliknya 33,33 persen responden di
Kabupaten Bogor menyatakan sebagian besar anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan Tabel 16.
Tabel 16. Kesesuaian Anggaran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Daerah Sebagian
Besar Sesuai Sebagian
Besar Tidak Sesuai
Jumlah 1
2 3
4 Bogor
6 66,67 3 33,33
9 100,00 Depok
12 100,00 12 100,00
Jumlah 18 85,71
3 14,29 21 100,00
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2010
102 Setelah diamati lebih jauh ternyata terdapat perbedaan pendapat antara Pemda
dan masyarakat dalam hal kesesuaian anggaran di Kabupaten Bogor, Pemda Kabupaten Bogor menganggap bahwa sebagian besar alokasi anggaran telah sesuai
dengan kebutuhan sedangkan masyarakat menilai bahwa sebagian besar alokasi anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan Tabel 17.
Tabel 17. Kesesuaian Anggaran Menurut Pemda dan Masyarakat Kabupaten Bogor
Uraian Sebagian
Besar Sesuai Sebagian
Besar Tidak Sesuai
Jumlah 1
2 3
4 Pemda
6 100,00 6 100,00
Masyarakat 3 100,00
3 100,00 Jumlah
6 66,67 3 33,33
9 100,00 Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2010
6.6.4. Persamaan Dugaan Tingkat Kemiskinan MSKN