KERANGKA PEMIKIRAN Dampak desentralisasi fiskal dan pemekaran wilayah terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor dan Kota Depok

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Dampak diberlakukannya desentralisasi fiskal di Indonesia dapat tercermin dalam beberapa indikator makro seperti pendapatan per kapita, pengeluaran pemerintah, tingkat pengangguran, dan tingkat kemiskinan. Dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan dalam meningkatkan penerimaan daerahnya melalui peningkatan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi total penerimaan daerah APBD. Dari sisi pengeluaran, ketepatan pemerintah daerah dalam menentukan alokasi belanja modal juga akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu Jumlah penduduk dengan pendidikan yang relatif baik SMA keatas merupakan modal dasar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatkan pendidikan penduduk, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan alokasi belanja modal akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PAD serta peningkatan belanja publik untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur akan sangat mempengaruhi alokasi belanja modal. Indikator yang sangat umum digunakan dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah melalui tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Tingkat pengangguran dapat diatasi antara lain dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi LPE. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan kenaikan upah minimum dan menjaga kestabilan tingkat inflasi akan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Peningkatan pendapatan per kapita dan kenaikan upah minimum serta menjaga kestabilan tingkat inflasi juga akan dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Besaran dana yang dikelola dan keleluasaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan faktor dari derajat desentralisasi fiskal suatu daerah. Semakin tinggi penerimaan fiskal yang bebas pengalokasiannya maka semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal yang dimiliki daerah sehingga diharapkan pengalokasiannya akan semakin optimal. Karena kebijakan desentralisasi fiskal 46 diberlakukan sampai dengan tingkat kabupatenkota, maka akan diketahui dampak kebijakan tersebut terhadap perekonomian dan kesejahteraan kabupatenkota, selanjutnya perekonomian dan kesejahteraan kabupatenkota akan mempengaruhi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pada lingkup provinsi, lebih jauh lagi dengan sendirinya perekonomian dan kesejahteraan pada tingkat provinsi akan berpengaruh terhadap perekonomian dan kesejahteraan nasional. Berdasarkan alasan yang telah disebutkan diatas, kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan teori ekonomi makro dan praktek pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Kerangka pemikiran mengikuti diagram alur seperti terlihat pada Gambar 10. Gambar 10. Kerangka Pemikiran Dampak Desentralisasi Fiskal dan Pemekaran Wilayah terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Bogor dan Kota Depok 47 Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa akibat pelaksanaan otonomi daerah dan diberlakukannya desentralisasi fiskal serta terjadinya pemekaran wilayah di Indonesia, akan berdampak terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang dapat diindikasikan dengan variabel makro ekonomi seperti pendapatan per kapita, pengeluaran pemerintah untuk belanja modal, tingkat pengangguran, dan tingkat kemiskinan. Selain mengevaluasi dampak desentralisasi fiskal dan pemekaran wilayah terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, penelitian ini juga akan mengkaji praktek pengelolaan anggaran di Kabupaten Bogor dan Kota Depok dari aspek disiplin anggaran, prioritas anggaran, efisiensi anggaran, efektifitas anggaran, partisipasi masyarakat, serta transparansi dan akuntabilitas dalam hal penyusunanpengelolaan anggaran, apakah sudah dilakukan secara maksimal.

IV. METODE PENELITIAN