15
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9 Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
19
c. Fungsi Pelajaran IPS
Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS MI yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain:
1 IPS MI sebagai pendidikan nilai value education, yakni: a Mendidik nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga
dan masyarakat. b Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa.
c Nilai- nilai intiutama core values seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagai
upaya membangun kelas yang demokratis. 2 IPS MI sebagai pendidikan multikultural, yakni :
a Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar. b Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan
kekayaan budaya bangsa. c Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik
atau minoritas. 3 IPS MI sebagai pendidikan global, yakni:
a Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.
b Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa. c Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan
transportasi antar bangsa di dunia. d Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.
d. Ruang Lingkup Pelajaran IPS
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
19
Ibid., h.176-177
16
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup IPS dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah, yaitu yang ada di
lingkungan sekitar peserta didik SDMI. IPS sebagai pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu
pandangan perspective tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi bumi.
Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis, maka dalam
pendidikan global substansinya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia
yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme budaya dan semakin saling ketergantungan.
20
Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, ruang lingkup kajiannya diperluas. Bobot, keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai
pendekatan. Ruang lingkup kajian IPS:
1 Substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat.
2 Gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Dick dan Carey dalam Triyono mengatakan bahwa suatu strategi
pembelajaran komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut
untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
21
Ia menyebutkan lima komponen umum dan strategi pembelajaran sebagai berikut: 1 kegiatan prapembelajaran, 2 penyajian informasi, 3
partisipasi siswa, 4 tes, dan 5 tindak lanjut. Komponen
tersebut bukanlah
satu-satunya rumusan
strategi pembelajaran. Tiga komponen yang dibuat merupakan suatu bentuk rumusan
strategi pembelajaran. Sebagai urutan tertentu dari penyajian, sebagai urutan kegiatan pembelajaran, yaitu 1 memberikan motivasi atau menarik perhatian,
2 menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, 3 mengingatkan
20
Sapriya, Pendidikan IPS, Bandung: UPI Press, 2008, h.94
21
Ibid., h.179
17
kompetensi prasyarat, 4 memberi stimulus masalah, topik, konsep, 5 memberi petunjuk belajar cara mempelajari, 6 menumbuhkan penampilan
siswa, 7 memberi umpan balik, 8 menilai penampilan, dan 9 menyimpulkan.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran terpadu maka IPS merupakan pembelajaran terpadu. Adapun pembelajaran terpadu menurut Martini Jamaris
mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai aplikasi dari kurikulum yang mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan kompetensi anak.
22
3. Model Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
23
Roger dkk dalam Miftahul Huda menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh
satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
24
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan
mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya.
22
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak, Jakarta: PT. Grasindo, 2006, h.150
23
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h.132
24
Miftahul Huda, Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, h.29
18
Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 empat siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang
menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan ke depan untuk kemudian diuji secara individu pada hari ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya,
kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasanpelatihan tentang: 1 bagaimana menjadi pendengar yang baik, 2 bagaimana memberi penjelasan
yang baik, 3 bagimana mengajukan pertanyaan dengan baik, dan 4 bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama lain dengan cara-cara yang baik
pula.
25
Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif adalah siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam
lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun komunitas pembelajaran learning
community yang saling membantu antarsatu sama lain. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
26
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah pola umum tindakan guru atau praktek guru dalam
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif serta lebih efisien.
Ketika Aronson mengembangkan metode Jigsaw untuk pertama kalinya, Slavin lalu mengadopsi dan memodifikasinya kembali. Hasil modifikasi yang
25
Miftahul Huda, op cit., h.32-33
26
Agus Suprijono, op cit., h.54
19
dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw versi II. Dalam metode ini, setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok
group reward. Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika
masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa dibandingkan sebelumnya saat ditugaskan mengerjakan kuis.
27
Belajar ala Jigsaw merupakan teknik yang paling banyak dipraktikkan. Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada
satu perbedaan penting, yakni tiap siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau
dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang, bila digabungkan dengan materi yang
dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
28
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji zigzag, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan
cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
29
Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari
pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi
kegiatan pelajaran yang baru.
30
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
27
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, h.118
28
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusamedia Nuansa Cendekia, 2013, h.180
29
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012, h.217
30
Agus Suprijono, op cit., h.89