5
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran Jigsaw model tim ahli pada kelas IV MI
Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor tahun pelajaran 2013-2014.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan fokus penelitian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil
belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas IV MI
Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa
1 Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar IPS. 2 Siswa aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Bagi Guru 1 Guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
di kelasnya. 2 Meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Bagi Sekolah 1 Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
2 Memberikan kontribusi
dalam mengembangkan
kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemajuan sekolah.
6
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
2
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik
khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. “Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar
dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan peribadi seutuhnya”.
3
Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa langkah
pembelajaran, yang
diyakini mampu
mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini dikembangkan oleh Marzano 1988 yang meliputi lima dimensi belajar, yaitu
1 sikap dan persepsi yang positif, 2 pemerolehan dan pengintegrasian pengetahuan, 3 perluasan dan penghalusan pengetahuan, 4 penggunaan
pengetahuan secara bermakna, dan 5 kebiasan berpikir positif.
4
2
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandug: PT. RemajaRosdakarya, 2009, h.87
3
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h.2-3
4
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h.225
7
Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi belajar, karena definisi merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu,
ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep. Berikut beberapa definisi yang dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi modern tentang belajar, antara lain: Hilgard dalam Mulyati
mengatakan belajar adalah “as the process by which an activity originates or is changed through respondingto a situation
” Mo
rgan mengatakan bahwa belajar adalah “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past esperience
”.
5
Perbedaan kedua definisi adalah Morgan menekankan pada tetapnya perubahan tingkah laku secara relatif sesudah belajar, sedangkan Hilgard
menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespons suatu situasi. Jadi, perbedaan dilihat dari penggunaan langsung belajar untuk
merespons. Namun, keduanya menunjukkan adanya perubahan sesudah belajar. Jadi, kesimpulannya adalah belajar merupakan suatu usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan- latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena
peristiwa kebetulan. Merumuskan definisi mengenai belajar yang memadai bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Karena itulah maka definisi tentang belajar banyak sekali. Menurut pendapat Cronbach yang dikutip Suryabrata mengatakan bahwa
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pe
lajar mempergunakan panca inderanya”.
6
Menurut Winkel dalam Yatim Riyanto, belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dengan lingkungan.
7
5
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, h.4
6
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, h.231
7
Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, h.61
8
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: 1 Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
2 Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3 Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
4 Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
8
Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar antara lain adalah:
1 Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
2 Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3 Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
4 Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
9
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 tiga macam, yaitu:
1 Faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi jasmani dan rohani siswa.
2 Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3 Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
10
Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka faktor sekolah sebagai salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, ternyata keberadaan guru
turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini berarti, guru yang memiliki tingkat profesional kurang baik dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi
8
Ibid., h.63
9
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h.283
10
Muhibbin Syah, op cit., h.129