Peningkatan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran Jigsaw (model tim ahli) di kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor

(1)

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN JIGSAW (MODEL TIM AHLI)

Di Kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh SITI AISYAH NIM. 1811018300051

Pembimbing

Takiddin, M.Pd. NIP:198312062011011005

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(3)

(4)

(5)

(6)

ii

Siti Aisyah, (NIM: 1811018300051) Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli) Di Kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tahap-tahap (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflection). Tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli) sebagai metode pembelajaran yang digunakan dalam penigkatan hasil belajar IPS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw sudah diterapkan secara maksimal dan menghasilkan peningkatan hasil belajar IPS. Peningkatan ini dapat terlihat dalam proses belajar mengajar dan juga setiap projek yang dikerjakan siswa secara berkelompok. Tahap evaluasi, hasil yang dikumpulkan oleh penulis bahwa siswa kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor menunjukan pemahaman terhadap hasil belajar IPS. Hasil tes yang dievaluasi penulis menunjukan kemajuan yang signifikan bagi proses pembelajaran dengan mengugunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw. Hal ini juga didukung oleh data observasi yang berisikan lembar komponen siswa dan guru dalam bentuk memperkuat keberhasilan penelitian ini. Hasil belajar IPS pada kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor, diperoleh bahwa pada siklus 1 sebesar 60% atau 18 siswa yang nilainya di atas KKM, dan pada siklus 2 menjadi 86,67% atau 26 siswa yang nilainya di atas KKM.


(7)

iii

Segala puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli) Di Kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Strata 1 (S-1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sesuai dengan harapan yang ingin penulis raih, hal ini karena banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Takidin, M.Pd. selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan

petunjuk, saran dan perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dindin Ridwanudin, M.Pd. selaku Ketua Pengelola Dual Mode System (DMS).

5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Taribyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Saeful Mukyal, S.PdI., M.Si. Kepada Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.

7. Khusus untuk suami dan putra-putri penulis yang telah memberikan


(8)

iv Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari tanpa bantuan mereka penulis tidak akan mampu untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, maka penulis berharap segala bantuan yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari mereka diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.

Amien

Jakarta, Nopember 2014 Penulis


(9)

v

Halaman

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN... 6

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Hasil Belajar ... 6

a. Pengertian Hasil Belajar ... 6

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 8

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 9

a. Pengertian IPS ... 9

b. Tujuan Pelajaran IPS ... 11

c. Fungsi Pelajaran IPS ... 15

d. Ruang Lingkup Pelajaran IPS ... 15

3. Model Pembelajaran Jigsaw ... 17


(10)

vi

Jigsaw ... 23

d. Langkah-Langkah Metode Jigsaw ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

C. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 31

1. Subjek Penelitian ... 31

2. Partisipan dalam Penelitian ... 31

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 31

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 39

K. Analisa Data dan Interpretasi Data ... 39

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41

1. Pelaksanaan Tindakan ... 42

2. Observasi/Pengamatan ... 42

3. Refleksi ... 42

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data ... 43

1. Gambaran MI Tarbiyatul Athfal Ciomas ... 43

2. Siklus I ... 46

a. Pertemuan Pertama... 46


(11)

vii

b. Pertemuan Keempat ... 51

B. Hasil Observasi ... 52

1. Hasil Observasi Siklus I ... 52

2. Hasil Observasi Siklus II ... 58

3. Siklus 1 ... 66

4. Siklus 2 ... 71

D. Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 86

C. Saran ... 87 Daftar Pustaka

Lampiran Riwayat Hidup


(12)

viii

Tabel Halaman

Tabel III.1 Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

Tabel IV.1 Keadaan Guru dan Personalia MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor... 44

Tabel IV.2 Keadaan Siswa MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor ... 45

Tabel IV.3 Ruang dan Fasilitas Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Athfal ... 45

Tabel IV.4 Kelebihan/keberhasilan proses pembelajaran siklus I (pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2) ... 54

Tabel IV.5 Kelemahan/kekurangan dan rencana perbaikan proses pembelajaran Siklus I ... 54

Tabel IV.6 Detail Kegiatan Perbaikan Proses Pembelajaran pada Siklus II ... 58

Tabel IV.7 Kelebihan/Keberhasilan Tindakan Siklus II ... 62

Tabel IV.8 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa (Siklus I) ... 64

Tabel IV.9 Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa (Siklus II) ... 64

Tabel IV.10 Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 66

Tabel IV.11 Data Sikap Siswa pada Siklus I ... 68

Tabel IV.12 Data Nilai Psikomotor Siswa Siklus I ... 70

Tabel IV.13 Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 71

Tabel IV.14 Data Sikap Siswa pada Siklus II ... 73

Tabel IV.15 Data Nilai Psikomotor Siswa Siklus II... 74


(13)

ix


(14)

x

Gambar Halaman

Gambar III.1. Disain Perencanaan Penelitian Tindakan Model

Kemmis dan McTaggart ... 30

Gambar III.2. Rancangan Disain Tindakan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Jigsaw .... 41

Gambar IV.1 Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 67

Gambar IV.2 Diagram Nilai Sikap Siswa Siklus I ... 69

Gambar IV.3 Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 72

Gambar IV.4. Diagram Nilai Sikap Siswa Siklus II ... 74

Gambar IV.5 Grafik Histogram Peningkatan Rata-Rata Nilai Siswa Tiap Siklus ... 77

Gambar IV.6 Grafik Histogram Peningkatan Nilai Tertinggi dan Terendah Siswa Tiap Siklus ... 78

Gambar IV.7 Grafik Histogram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus ... 79

Gambar IV.8 Peningkatan Sikap Siswa pada Tiap Siklus ... 80


(15)

xi 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Soal Tes

3. Instrumen Pengamatan Sikap Siswa 4. Instrumen Pengamatan Psikomotor Siswa 5. Instrumen Observasi Aktivitas Guru 6. Instrumen Observasi Aktivitas Siswa 7. Validasi Pakar Atas Instrumen Tes 8. Pedoman Wawancara Informan

9. Pedoman Wawancara Kepada Key Informan 10.Lembar Catatan Lapangan Siswa


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwa melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Lebih lanjut, dengan merujuk pada Permendiknas tersebut, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diutamakan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih dirasakan sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami oleh siswa, karena pembelajaran di

1

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h.6


(17)

kelas masih monoton. Guru sebatas menjelaskan materi begitu banyak dan sulit untuk dipahami.

Salah satu penyebab dari rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa sehingga tidak mengherankan hampir di setiap sekolah. Hal ini menjadi sebuah kendala untuk memacu hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Begitu pentingnya peran Ilmu Pengetahuan Sosial, maka pemerintah selalu berusaha agar mutu pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, baik di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun perguruan tinggi akan lebih baik dari masa-masa sebelumnya, Diantaranya melengkapi sarana prasarana, meningkatkan kualitas guru, serta mengembangkan dan memperbaharui kurikulum.

Ketiga unsur di atas akan membentuk sistem pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai suatu sistem yang terdiri dari perpaduan berbagai komponen yang terkait satu dengan yang lainnya, memerlukan pemahaman yang baik, sehingga pada proses waktu belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial diprogramkan mampu mencapai tujuan yang telah dicanangkan, sehingga fungsi dalam proses pembelajaran dioptimalkan antara lain : Fungsi belajar dilakukan oleh peserta didik, fungsi Pembelajaran dan fungsi evaluasi dilakukan oleh pendidik, serta fungsi pendampingan dilakukan oleh orang tua di rumah. Dengan demikian akan mencapai tujuan belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik.

Menurut pengertian di atas, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari


(18)

segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi oleh metode konvensional. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan banyak menunggu sajian materi dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus mereka miliki. Selama ini pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV belum menggunakan metode yang tepat dan inovatif. Akibatnya hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil uji pra siklus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor pada kelas IV tahun pelajaran 2013-2014 mayoritas siswa nilainya belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 70.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih tergolong rendah dimana hanya sebanyak 18 siswa (60%) dari 30 orang siswa yang nilainya mencapai KKM dan sisanya sebanyak 12 siswa (40%) belum mencapai nilai KKM, salah satu penyebab rendahnya nilai siswa dalam mata pelajaran IPS adalah penggunaan model pembelajaran yang belum tepat dan inovatif. Oleh karena itu diperlukan sebuah perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran guna menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik dan menyenangkan bagi siswa.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan inovatif merupakan salah satu solusi terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, ilmu atau materi yang diajarkan guru dapat diterima oleh siswa dengan baik dan pembelajaran akan lebih efektif bagi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pola pengajaran yang dapat membentuk atau membina pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa yang didesain untuk meningkatkan tangung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajarannya sendiri dan juga


(19)

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi tersebut pada naggota kelompoknya tetapi juga harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial nampaknya akan meningkat jika digunakan model pembelajaran Jigsaw. Hal ini disebabkan karena dengan diterapkan model pembelajaran Jigsaw dapat membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa melalui suatu proses meningkatkan tanggung jawab. Dengan demikian kemampuan siswa yang berupa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian skripsi dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul: ”Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli) di Kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah rendahnya nilai belajar IPS siswa. Sebagai fokus penelitian adalah melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw siswa dianggap meningkat hasil belajarnya, apabila semua siswa dapat mencapai nilai sama atau lebih besar dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis dapat mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Metode yang umum digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode konvensional.

2. Siswa cenderung mendengarkan informasi dari guru dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Faktor lainnya yaitu banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran IPS serta kurangnya metode pembelajaran yang bervariasi.


(20)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran Jigsaw (model tim ahli) pada kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor tahun pelajaran 2013-2014.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan fokus penelitian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar IPS.

2) Siswa aktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. b. Bagi Guru

1) Guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah. 2) Memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas


(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.2

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta

didik. “Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar

dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan

peribadi seutuhnya”.3

Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa langkah pembelajaran, yang diyakini mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini dikembangkan oleh Marzano (1988) yang meliputi lima dimensi belajar, yaitu (1) sikap dan persepsi yang positif, (2) pemerolehan dan pengintegrasian pengetahuan, (3) perluasan dan penghalusan pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) kebiasan berpikir positif.4

2

Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandug: PT. RemajaRosdakarya, 2009), h.87

3

Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.2-3

4

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.225


(22)

Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi belajar, karena definisi merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu, ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep.

Berikut beberapa definisi yang dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi modern tentang belajar, antara lain:

Hilgard dalam Mulyati mengatakan belajar adalah “as the process by which an activity originates or is changed through respondingto a situation” Morgan mengatakan bahwa belajar adalah “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past esperience”.5

Perbedaan kedua definisi adalah Morgan menekankan pada tetapnya perubahan tingkah laku (secara relatif) sesudah belajar, sedangkan Hilgard menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespons suatu situasi. Jadi, perbedaan dilihat dari penggunaan langsung belajar untuk merespons. Namun, keduanya menunjukkan adanya perubahan sesudah belajar. Jadi, kesimpulannya adalah belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

Merumuskan definisi mengenai belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Karena itulah maka definisi tentang belajar banyak sekali. Menurut pendapat Cronbach yang dikutip Suryabrata mengatakan bahwa

“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya”.6

Menurut Winkel dalam Yatim Riyanto, belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dengan lingkungan.7

5

Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), h.4

6

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005, h.231


(23)

Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar:

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan “reinforcement” dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

3) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.8

Prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar antara lain adalah:

1) Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

3) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan. 4) Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.9

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.10

Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka faktor sekolah sebagai salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, ternyata keberadaan guru turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini berarti, guru yang memiliki tingkat profesional kurang baik dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi

8Ibid

., h.63

9

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.283

10


(24)

hasil belajar siswa, sehingga tujuan pengajaran tidak dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan.

Terdapat 3 (tiga) aspek yang dapat dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

1) Aspek psikologi perkembangan dari kesulitan belajar. Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, ada pola perkembangan yang bersifat umum dan ada yang bersifat individual. Pola perkembangan yang bersifat umum didasarkan atas hasil generalisasi pola perkembangan manusia pada umumnya.

2) Aspek psikologi berhavioral dari kesulitan belajar. Pusat perhatiannya terutama pada tugas-tugas yang diajarkan dan analisis perilaku yang dibutuhkan untuk mempelajari tugas-tugas tersebut. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran langsung, tetapi ada pula yang menyebut belajar tuntas, pengajaran terarah, analisis tugas. Suatu rekomendasi yang didasarkan atas teori behavioral adalah bahwa guru hendaknya lebih memusatkan perhatian kepada keterampilan-keterampilan akademik yang diperlukan oleh anak daripada memusatkan pada kekurangan yang menghambat anak untuk belajar. 3) Aspek psikologi kognitif dari kesulitan belajar. Psikologi kognitif

berkenaan dengan proses belajar, berpikir, dan mengetahui. Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental yang esensial pada fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif tersebut memungkinkan manusia mengetahui, menyadari, mengerti, menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi kreatif. Suatu analisis tentang sifat kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk memahami kesulitan belajar.11

Dari uraian mengenai hakikat hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dapat dimiliki siswa baik dalam segi afektif, kognitif, psikomotorik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan keluarga (rumah), sekolah dan masyarakat.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

Yang dimaksud dengan ilmu sosial itu sendiri adalah studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia. Studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia

11


(25)

mengenai cara mereka mengatur hidup, mengenai tata cara hubungan anggota dengan kelompok dan kelembagaan yang mereka perlukan, mengenai berbagai aturan dan nilai dalam kelompok, keterhubungannya dengan ruang, mengenai aktivitas manusia dimasa lampau, kelembagaan dan proses pembinaan generasi muda oleh generasi di atasnya, cara dan aturan main mengenai kekuasaan serta kelembagaan.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di MI harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang adalah waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi pembelajaran IPS penuh dengan pesan-pesan bersifat abstrak. Konsep- konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep- konsep abstrak dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa MI.

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program di perguruan tinggi yang identik dengan istilah

social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada ahli atau pakar di Indonesia.12

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabagn ilmu-ilmu sosial, seperi sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.13

12

Sariya dan Susilawati, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h.3

13


(26)

Namun, pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan.

Menurut James A. Banks dalam Sariya dan Susilawati mengatakan bahwa social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yan diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya.14

Welton & Mallan memandang studi sosial sebagai mata pelajaran gabungan terutama dari: (1) disiplin ilmu-ilmu sosial; (2) temuan-temuan (atau pengetahuan) yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial; (3) proses-proses yang dilakukan oleh ilmuwan sosial dalam menghasilkan temuan atau pengetahuan itu.15

Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinaya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.

Konsep IPS terdiri dari (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) keseimbangan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.16

b. Tujuan Pelajaran IPS

Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut, Gross dalam Trianto menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan individu menjadi warga negara yang baik dalam

14

Ibid., h.4

15Ibid

., h.4


(27)

kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan individu menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.17

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu individu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang akan dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik antara lain, sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

17Ibid


(28)

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.18

Pembelajaran IPS MI akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan, anak adalah pribadi yang unik, yang memiliki berbagai potensi yang masih latent dan memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang memulai dari egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi anak.

Pendidikan IPS MI disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik. Agar diterima, hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara publik.

18Ibid


(29)

Sesuai dengan karasteristik anak dan IPS MI, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model, role playing, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Tentu saja guru harus menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS MI dengan menarik.

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya “to prepare students to be well-functioning in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa


(30)

menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.19

c. Fungsi Pelajaran IPS

Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS MI yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain:

1) IPS MI sebagai pendidikan nilai (value education), yakni:

a) Mendidik nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat.

b) Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa.

c) Nilai- nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.

2) IPS MI sebagai pendidikan multikultural, yakni : a) Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar.

b) Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa.

c) Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.

3) IPS MI sebagai pendidikan global, yakni:

a) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.

b) Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa.

c) Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia.

d) Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan. d. Ruang Lingkup Pelajaran IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

19Ibid


(31)

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup IPS dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah, yaitu yang ada di lingkungan sekitar peserta didik SD/MI.

IPS sebagai pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan (perspective) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi bumi. Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis, maka dalam pendidikan global substansinya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme budaya dan semakin saling ketergantungan.20

Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, ruang lingkup kajiannya diperluas. Bobot, keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan.

Ruang lingkup kajian IPS:

1) Substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat.

2) Gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Dick dan Carey dalam Triyono mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.21

Ia menyebutkan lima komponen umum dan strategi pembelajaran sebagai berikut: (1) kegiatan prapembelajaran, (2) penyajian informasi, (3) partisipasi siswa, (4) tes, dan (5) tindak lanjut.

Komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran. Tiga komponen yang dibuat merupakan suatu bentuk rumusan strategi pembelajaran. Sebagai urutan tertentu dari penyajian, sebagai urutan kegiatan pembelajaran, yaitu (1) memberikan motivasi atau menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, (3) mengingatkan

20

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: UPI Press, 2008), h.94

21Ibid


(32)

kompetensi prasyarat, (4) memberi stimulus (masalah, topik, konsep), (5) memberi petunjuk belajar (cara mempelajari), (6) menumbuhkan penampilan siswa, (7) memberi umpan balik, (8) menilai penampilan, dan (9) menyimpulkan.

Sebagai salah satu bentuk pembelajaran terpadu maka IPS merupakan pembelajaran terpadu. Adapun pembelajaran terpadu menurut Martini Jamaris mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai aplikasi dari kurikulum yang mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan kompetensi anak.22

3. Model Pembelajaran Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.23

Roger dkk dalam Miftahul Huda menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.24

Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya.

22

Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h.150

23

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.132

24


(33)

Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selama beberapa minggu atau bulan ke depan untuk kemudian diuji secara individu pada hari ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya, kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan/pelatihan tentang: 1) bagaimana menjadi pendengar yang baik, 2) bagaimana memberi penjelasan yang baik, 3) bagimana mengajukan pertanyaan dengan baik, dan 4) bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama lain dengan cara-cara yang baik pula.25

Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif adalah siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu antarsatu sama lain.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.26

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah pola umum tindakan guru atau praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif serta lebih efisien.

Ketika Aronson mengembangkan metode Jigsaw untuk pertama kalinya, Slavin lalu mengadopsi dan memodifikasinya kembali. Hasil modifikasi yang

25

Miftahul Huda, op cit., h.32-33

26


(34)

dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw versi II. Dalam metode ini,

setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok

(group reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa (dibandingkan sebelumnya) saat ditugaskan mengerjakan kuis.27

Belajar ala Jigsaw merupakan teknik yang paling banyak dipraktikkan. Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan penting, yakni tiap siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang, bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.28

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.29

Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.30

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap

27

Miftahul Huda, Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h.118

28

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia & Nuansa Cendekia, 2013), h.180

29

Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru),(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h.217


(35)

komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya, merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing

sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam

subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seseorang siswa di dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking. Untuk dapat diketahui ranking dari siswa-siswa di suatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa-siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah. Dengan mengurutkan nilai-nilai maka dengan mudah dapat ditentukan nomor yang menunjukkan kedudukan siswa dalam tingkatannya.31

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie dalam Rusman bahwa:

“Pembelaajran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.32

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan

31

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.259

32


(36)

dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Pengaruh positif dari pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah: 1) Meningkatkan hasil belajar.

2) Meningkatkan daya ingat.

3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi. 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu). 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen.

6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah. 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru.

8) Meningkatkan harga diri anak.

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif. 10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.33

Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan membaca untuk mengganti informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

33Ibid


(37)

2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.

5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.34

Rusman mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim. 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subba yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7) Guru memberi evaluasi.

8) Penutup35

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif di sekolah tidak terlepas dari kegiatan guru dan peranan siswa dalam proses belajar mengajar. Ini berarti, semakin mampu guru mengelola dan melaksanakan dan menerapkan strategi belajar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar, serta semakin aktif siswa dalam melaksanakan peranannya, maka akan semakin mantap penerapan belajar di sekolah. Jadi, dapat dipastikan bahwa peluang untuk mencapai penguasaan siswa secara optimal terhadap materi pelajaran menjadi semakin tinggi.

Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa karena dapat membentuk siswa yang aktif

34Ibid

,

35Ibid


(38)

dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah pola umum tindakan guru atau praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif serta lebih efisien. Dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru, dalam melaksanakan/praktek mengajar di kelas.

c. Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Teknik atau metode-metode pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam, namun yang paling sering dicoba dan diterapkan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Kelompok dengan nomor jatidiri (number head together/NHT) 2) Kelompok berpasangan (think-pair-share)

3) Pertandingan kelompok (team-game-tournament/TGT) 4) Kelompok penyelidik (group investigation/GI)

5) Kelompok Jigsaw (puzzle).

Dari beberapa teknik pembelajaran kooperatif, penulis hanya melakukan penelitian pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam kelompok.

Jigsaw di desain untuk meningkatkan tangung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi tersebut pada naggota kelompoknya tetapi juga harus bekerja sama untukmempelajari materi yang ditugaskan.

Para anggota dari tim-tim lain yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi dan berperan sebagai tim ahli yang saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan pada mereka. Kemudian tim ahli tersebut kembali pada kelompok asalnya untuk menjelaskan kepada anggota kelompok tentang apa yang telah didiskusikan dalam tim ahli. Pembelajaran metode Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh


(39)

Ellioy Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins Arends, Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengembangkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw.

d. Langkah-Langkah Metode Jigsaw

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran metode Jigsaw yang yaitu:

1) Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. (Jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tuga mereka sebelum pelajaran.

2) Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa Anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian. Anda mungkin selanjutnya dapat membentuk kuartet (kelompok empat anggota), dengan memberikan segmen 1,2, atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian, perintahkan tiap kuartet atau

”kelompok belajar” untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima. (Jika Anda menghendaki, Anda dapat

membentuk dua pasang ”rekan belajar” terlebih dahulu dan kemudian

menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi kuartet untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat).

3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok ”belajar ala Jigsaw” kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap ”kelompok

belajar” di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari

tiap kuartet dapat berhitung mulai dari 1,2,3, dan 4. Kemudian bentuklah kelompok belajar Jigsaw dengan jumlah

Dengan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw siswa diharapkan akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya,


(40)

sehingga dapat meningkatkan kemampuan daya nalar dan dapat menambah keberanian dalam mengungkapkan pendapat.

Jigsaw dilakukan berkelompok dan dalam kelompoknya terdiri dari 4 orang anggota. Kemudian guru membagikan soal pada tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 soal essay. Jika terdiri dari 4 orang anggota maka setiap anggota mendapatkan masing-masing 1 soal.

Masing-masing soal dikerjakan denganbaik. Jika soal sudah dikerjakan, maka dikumpulkan kemudian sesuai dengan nomor soal dari tiap kelompok. Soal normor satu dikumpulkan dengan nomor satu yang lain dari kelompok lain, setelah dikumpulkan sesuai dengan nomor soalnya, lalu masing-masing anggota mempresentasikan jawabannya. Dimulai dengan anggota yang mengerjakan soal nomor 1 mempresentasikan jawaban soalnya. Jika sudah dipresentasikan, guru memutuskan jawaban mana yang benar. Kemudian dilanjutkan dengan soal nomor 2, dan seterusnya.

Menurut Yatim Riyanto langkah-langkah Jigsaw sebagai berikut: 1) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7) Guru memberi evaluasi.

8) Penutup36

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Tipe Jigsaw adalah: 1) Menggunakan strategi tutor sebaya.

2) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok asal (home) dan kelompok ahli.

3) Dalam kelompok ahli peserta didik belajar secara kooperatif menuntaskan topik yang sama sampai mereka menjadi ahli.


(41)

4) Dalam kelompok asal setiap siswa saling mengajarkan keahlian masing-masing.37

Adapun keunggulan dan kelemahan model pembelajaran jigsaw adalah: 1) Keunggulan:

a) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.

b) Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.

c) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.

d) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.

e) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

f) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.

g) Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.

h) Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di demonstrasikan secara objektif.

2) Kelemahan:

a) Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.

b) Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.

c) Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.

d) Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.

e) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.

37Ibid


(42)

f) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.38 B. Hasil Penelitian yang Relevan

Rizki Dwi, Putranto (2012) Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Materi Koperasi Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Traji. S1 Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Traji Parakan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas tipe penelitian tindakan partisipan dimana peneliti bekerja sama dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Traji. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Traji yang berjumlah 35 siswa yang terdiri atas 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Traji. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes dan observasi. Data yang diperoleh berupa hasil tes siswa sebagai data primer dan hasil observasi sebagai data pendukung. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk hasil tes dan analisis deskriptif kualitatif untuk hasil observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Traji. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai dari sebelum tindakan hingga siklus II. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum tindakan adalah 54,7 dengan siswa yang tuntas berjumlah 15 dan yang belum tuntas berjumlah 20. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas yang meningkat menjadi 71,2 dengan siswa yang tuntas berjumlah 25 dan yang belum tuntas berjumlah 10. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa semakin


(43)

meningkat menjadi 80,3 dengan siswa yang tuntas berjumlah 32 dan yang belum tuntas berjumlah 3.

Marcefin Purnama, Nixon Sindua, Selvana Tewal. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu Di Kelas VII SMP Negeri 7 Bitung. Masalah dalam penelitian ini adalah dalam proses pembelajaran menggunakan metode yang kurang tepat. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi. Hasil observasi dalam bentuk hasil evaluasi siklus 1 menunjukkan bahwa 68 % siswa atau 17 orang dinyatakan berhasil dalam pembelajaran, sedangkan 32 % atau 8 orang siswa dinyatakan belum berhasil. Pada siklus 2, data evaluasi menunjukkan bahwa 96 % siswa atau 24 orang berhasil, dan hanya 4 % atau 1 siswa yang belum berhasil dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS Terpadu ternyata mampu memberikan perubahan positif pada siswa lebih khusus perubahan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dinyatakan efektif dalam pembelajaran, meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa, terlebih mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Bitung.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV di MI Tarbiyatul Athfal Ciomas


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Tarbiyatul Athfal pada siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Pebruari 2014 sampai dengan Mei 2014 di Bogor.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas, yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa39 Dapat disimak bahwa penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan siklustis yang bersifat menyeluruh, yang terdiri dari analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.

Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktek-pratek sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktek-praktek tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran. Adapun disain penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.40

39

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.3


(45)

Gambar III.1.Disain Perencanaan Penelitian Tindakan Model Kemmis dan McTaggart41

Daur ulang aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

41

Ibid., h.16

Assesmen awal:

Observasi kemampuan siswa

1. Mengamati perubahan yang terjadi terhadap tindakan guru dan kegiatan siswa setalah diadakan tindakan. 2. Evaluasi tindakan

1. Satuan pelajaran 2. Materi pembelajaran 3. Langkah-langkah

pembelajaran 4. Persiapan sumber

belajar

5. Pengembangan format pembelajaran

1. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran IPS. 2. Melakukan observasi

terhadap aktivitas guru yang diisi oleh observer sesuai lembar pengamatan. 3. Melakukan observasi

terhadap aktivitas siswa yang diisi oleh observer sesuai lembar pengamatan

1. Mengadakan pertemuan antara peneliti dengan observer untuk membahas hasil tindakan

2. Mengevaluasi kegiatan guru 3. Mengevaluasi respon siswa

dalam proses pembelajaran 4. Evaluasi tindakan

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

berdasarkan perencanaan 2. Melakukan pengamatan

selama proses pembelajaran dengan tindakan yang dipilih 3. Mengumpulkan data

pelengkap lain yang mendukung proses pembelajaran

1. Mengamati kegiatan pembelajaran siswa adn siklus perencanaan yang kedua

2. Pengumpulan data tindakan yang kedua

Merevisi dan memodifikasi pembelajaran sesuai dengan hasil tindakan siklus pertama

Mengaplikasikan

pembelajaran sesuai dengan rencana kedua

Assesmen Akhir:

Diadakan tes, kemudian dibandingkan dengan nilai sebelumnya Catatan lapangan, dokumentasi, wawancara

PENGAMATAN REFLEK S I TIN DA K AN RENCANA PERBAIKAN RENCANA REFLEK S I TIN DA K AN PENGAMATAN


(46)

Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut.

a. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran;

b. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para dosen dan guru agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran; c. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen

dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;

d. Meningkatkan kolaborasi antar dosen-guru dalam memecahkan masalah pembelajaran.

C. Subjek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor sebanyak 30 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan

2. Partisipan dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah guru kelas, peneliti dan rekan sejawat peneliti sebagai observer yang secara kolaboratif membantu melakukan penelitian dan pengamatan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai peneliti utama dan membuat perencanaan, melaksanakan dan mengamati serta merefleksi jalannya proses pembelajaran yang difokuskan pada peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran jigsaw pada kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti ditemani oleh teman sejawat.


(47)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Berikut ini adalah gambaran umum mengenai rencana dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan penelitian tindakan kelas. Adapun tahapan intervensi tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Tabel III.1 Tahapan Intervensi Tindakan

No. SIKLUS KEGIATAN

1 Siklus I Perencanaan (Planning)

a. Penulis melakukan analisis terhadap fungsi dan manfaat hasil belajar IPS.

b. Membuat pedoman wawancara, pedoman observasi, menyiapkan alat dokumentasi dan catatan lapangan c. Menyiapkan lembar pengamatan yang diberikan

kepada siswa untuk diisi.

d. Mencatat tingkat hasil belajar IPS.

e. Penulis berperan sebagai penilai mengenai hasil belajar IPS.

e. Menentukan waktu untuk mengamati hasil belajar IPS.

Pelaksanaan (Acting)

a. Penulis mengumpulkan siswa dan memberikan penjelasan tentang pengtingnya fungsi dan manfaat hasil belajar IPS.

b. Melaksanakan wawancara, melihat dan mendokumentasikan kegiatan siswa.

c. Penulis membagikan daftar isian mengenai hasil belajar IPS.

d. Mengumpulkan daftar isian siswa menyangkut pelaksanaan pembelajaran.

e. Penulis menilai dan mengevaluasi tentang hasil belajar IPS dan pembelajaran.

f. Setelah melakukan kegiatan-kegiatan di atas, selanjutnya dilakukan pembelajaran


(48)

No. SIKLUS KEGIATAN Pengamatan (Observation)

a. Situasi kegiatan. Dalam hal ini penulis mengamati mengenai hasil belajar IPS dan pembelajaran.

b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Refleksi (Reflecting)

Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat sebagian besar siswa memiliki hasil belajar IPS.

2 Siklus II Perencanaan (Planning)

a. Penulis menentukan waktu untuk mengumpulkan siswa yang masih tidak memiliki hasil belajar IPS. b. Penulis menyiapkan materi untuk memberikan

penjelasan kembali mengenai fungsi dan manfaat tentang hasil belajar IPS dari hasil siklus I.

c. Menyiapkan pedoman wawancara terhadap kepala sekolah dan guru senior mengenai hasil belajar IPS dan pembelajaran.

Pelaksanaan (Acting)

a. Penulis mengunjungi kelas untuk melihat pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.

b. Penulis melaksanakan wawancara berdasarkan rencana hasil refleksi pada siklus pertama. Setelah melakukan persiapan wawancara penulis selanjutnya melakukan wawancara kepada informan menyangkut hasil belajar IPS dan pembelajaran.

c. Setelah melakukan kegiatan-kegiatan di atas, selanjutnya dilakukan pembelajaran.

Pengamatan (Observation)

Penulis melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan perhatian sekolah dalam meningkatkan hasil belajar IPS.


(49)

No. SIKLUS KEGIATAN Refleksi (Reflecting)

Penulis melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana (replanting) untuk siklus ketiga.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dinyatakan dengan menggunakan analisis yang bersifat naratif, sedangkan data kuantitatif dinyatakan dengan angka rata-rata perolehan nilai siswa. Kriteria atau ukuran hasil belajar IPS siswa, pencapaian tujuannya dilihat dari hasil yang dicapai anak. Jika 75% anak sudah mendapat nilai 70 maka penelitian dapat dikatakan berhasil.

Apabila target 75% belum tercapai perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu dengan mengobservasi kembali. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai target yang ditentukan tercapai atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan keberhasilan siswa disesuaikan dengan instrumen-instrumen yang telah ditentukan.

G. Data dan Sumber Data

Data penelitian terdiri dari (1) data hasil berupa hasil tes siswa, (2) alat penilaian yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS, (3) Lembar format pengamatan, (4) Hasil wawancara (5) Foto, sebagai dokumentasi hasil belajar siswa.

Sumber data penelitian ini adalah peneliti sendiri yang melaksanakan penelitian dan siswa kelas IV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.


(50)

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen awal/akhir yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes obyektif (pilihan ganda). Dalam hal ini siswa atau responden cukup memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling tepat. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator-indikator dalam materi IPS.

a). Definisi Konseptual

Hasil belajar siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dapat dimiliki siswa baik dalam segi afektif, kognitif, psikomotorik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan keluarga (rumah), sekolah dan masyarakat.

b). Definisi Operasional

Hasil belajar IPS adalah skor total tes yang dicapai siswa setelah mengisi instrumen yang berguna untuk mengukur hasil belajar IPS yang terdiri dari indikator: a) menjelaskan perkembangan teknologi produksi, b) menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi, c) membandingkan teknologi komunikasi masa lalu dengan masa kini, d) menjelaskan perkembangan teknologi transprotasi, e) mengelompokan teknologi transportasi, f) membandingkan teknologi transportasi masa lalu dengan masa kini, g) menjelaskan pengertian masalah sosial, h) menyebutkan 3 (tiga) contoh masalah sosial di masyarakat, i) menjelaskan masalah sosial di masyarakat, j) menjelaskan penyebab terjadinya masalah sosial, k) menjelaskan 3 (tiga) contoh masalah sosial kenakalan remaja, dan l) menjelaskan tentang cara menanggulangi masalah sosial.


(1)

/

Nrma NIM

Jurusan Judul Skripsi

t

LEMBAR UJI REFERENSI

Siti Aisyah 8 1 1 1 8 3 0 0 1 0 6

PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli) di Kelas fV MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor

No Referensi Paraf

BAB I PEIYDAHIJLUAIT

I Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem P endidikan Nasionol, (Jakarta: Depdiknas,

2oo3),h.6

t

2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tatrun 2006

Tentang Standar Isi

fr

BAB II KAJIAN TEORETIK DAI\T PENGAJUAIT KONSEPTUAL

INTERVENSI TII\IDAKAI\

a

J Muhibbinsyah, Psikalogi Pendidikan dengan

Pendekatan @andung: PT.

Remaj aRosdakarya, 2009), h. 8 7

t-4 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.2-3

l

fr

5 Made Wenq Shategi Pembelajaran Inovatif

Kontemlrorer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasiorut, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),

h.225

+

6 Mulyati, Psikologi Belajor, (Yogyakarta:


(2)

No Referensi ' Paraf

7 Sumadi Suryabrata, Psiknlogi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada" 2005, h.231

8 Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2009),h.61

d-9 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Ciptu, 2008), h.283

I

\l

\

l 0 Mulyono AMurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarca: Rineka Cipta 2003), h.83-92

I

I

\ l l H. Sariya dan Susilawati, Konsep Dasar IPS,

@andung: UPI Press,2006), h.3 \-

I

t 2 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksar4 2012),h.l7l

I

d

t 3

Sapriya, Pendidikan /PE (Bandung: UPI Press,

2008),h.94

I

\

t 4 Martini Jamaris, Perkernbangan don Pengembangan Anak, (Jakarta: PT. Grasindo,

2006), h.150

+

l 5 Martinis Yalrriq Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press,2008), h.132

\ It-/ 1 6 Miftahul Hudq Cooperative Learning Metode,

Tehih Strulaur, don Model Penerapan,

(Yogyakarta: Pustaka Pelaj ar, 2012), h.29

J

t 7 Melvin L. Silberman, Active Learning I0I Cara Belajar Siswa Abif, @andung: Nusamedia & Nuansa Cendekia 2013), h. I 80

I

I

I I


(3)

,

I

No Referensi Paraf

1 8 Rusman, Model-model Pembelaiaran (Mengembanglran Profesionolisme Guru), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2012), h.2t7

t 9 Suharsimi Arikunto, Dassr-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara" 2006),

h.259

+

20 Purnama, Marcefin, Nixon Sindua, Selvana Tewal. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu Di Kelas VII SMP Negeri 7 Bitung

I

.I

\

2 l Rizki Dwi, Putranto Q0l2) Meningkatkan Hasil Belajar lps Pada Materi Koperasi Dengan Modei Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Traii. Sl Thesis, Universitas Negeri Yo gyakarta.

I

BAB IIT METODOLOGI PENtrLITIAN

22 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.3

t

h

23 Kusnandar, Penelitian Tindalan Kelas (Sebagai Pengembangan Profesi Guru), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h.101

\


(4)

ttlormr : Un-01/F. Irl(tl.Ol.3/...1201 4 Lamp. :Oufritw@d

I{at : Permofiolsr ltrn Fenditian

lcpada Yth.

Sa€' l il,ncJd,, S-Pd.I, M.PdJ

(lG.Ml. Tatbi@rtAtfral) di

Jakafta' Mei 2014

Tempat

As.lrr&rrnu'fun

rw:nd-ffitgffir hffifiet kdni sampa*an httwa,

Narna : Slli Abph

NIM : 18110183fiX151

Jurusan : KUPGMI

Semesbr : Vlll

Jttdttl,Skripai : Faringh Hasil Bd4ir IPS Dengm Modet hbelajaran Jigsaw

dikelasW MI. Taftiydul Afthl Cimas Bogc.

adalah benarrmhaslsrva/i Fakuh llmu Tarbiyah dan lGgunran UIN Jakarta yang

sedang menyrsun *dpsl dan akan nqnOartan peneUen Girnt) di

iffisah yarg Saudara penpin.

}GHEilTEF|All AGAIIA UN JAKAffiA

FTTK

.f t ft *r* b ttcFcflLt:lftG.rirh

FORS{FRI

,

l{q Dolams+ : FITK#R-A|(D{& T g L T € r H : 1 l H 2 0 1 0 No. Re,Y{sl : 01

Hd 1 n

ST'RAT PERTIOHOflAil IAil PEHAfflAII

tffit k itu tsni nrotpfl $au&ra dapstnengizinkan mahasi*a tersebut

rne*aksanakan penefnan dirnaksud.

Atas perhatian en keria sarna Saudana, kami ucapkan te{irxa ksl}r.

Wawhaulabfutmwr-ufu '

---.^-Temhran:

1. Dekan FITK

2- Ferffi lletar Bidarg Aledqn& 3. ftahasiffi yr1gbssar€fartan


(5)

,

YAY&SAf{

TARSIYETUL

TSI-ANfiIYAFi

CI*&{AS

MI. TARBIYATTITATHFAT

k Ir*# T tb zUE,fiJ',fl|l|ts,l?ffl fM HSjL:EH3{n

Itr;r:lq.nt$fithahkIffib

r*n

[*r*. ialw*rssffi

k

tr6r*p

@

d-trfr.ts.ll lleh$ lfP$lf:2{P9{0362

Nsmor Lanp Perihal

SI]RAT KETERANGAN : MI.TRA. 03/SK.IP/.. ....N f20l4

'

: Ketcnangan Pelaksanaan Penelitian K@aYth.

Dekan Kryrodi PGMI Dual Mode Systffn ' d i

Bogor,24 Mei 2014

Temtrd

Assalamu' alai htm Wr. Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawatr ini menerangkan batrwa matrasisrra UIN Syarif Hidayatullah Jalcarta di bawah ini:

Nama : Siti Aisph NIM : 81 118300106 Jrrussr : PGMI

Judul :.Peningka6n Hasit Betajm IPS dengan Model Pembelqiaran Jigsaw (Mo&l Tim Ahti) di Kelas I.I Tarbiyaail Adtfal Ciomas Bogor.

Mahasiswa tersebut telah selesai metakuksr penelitian (rise0 di Madrasah yang kani pimpin sejak bulan Pebruari 2014 sampai dengan Mei 2014.

Demikial surat keterangan ini kami sanpaikm seba$i bahart awaban kami.

Wrcsata nlg|/Jlailam Vr.Wb.

fl


(6)

DAF'TAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI Nama

Tempat tanggal lahir Alamat

Suami Anak

Ayatr Ibu

SITI AISYAH

Bogor, 20 Januai 1976

Kp. Sinarsari RT 02106 Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas KabuPaten Bogor Aceng Junaedi

1. EllisaAfriyanti

2. Afivan Maulana AzidanRizki Madroni

Acih

II. PI,NDIDIKAN

1. SDN Pagelaran IV Ciomas Bogor Lulus Tahun 1989 2. MTs Anafiiyah Ciomas Bogor Lulus Tahun 1992 3. MAN 2 Bogor Lulus Tahun 1995

4. LPTK SDM Albana Bogor Program studi PGSD Lulus Tahun 1997 5. Tahun 2014 menyelesaikan sl Program PGMI DMS di UIN Syarif

Hidavatullah Jakarta

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 1996 sampai dengan sekarang mengajar di Lembaga Yayasan MI Tarbiyatul Athfal Ciomas Bogor.


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS IV MI TARBIYATUL BANIN LAJING AROSBAYA BANGKALAN.

0 0 98

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW KELAS IV SD PONTIANAK TENGGARA

0 1 9