Penutup Penilaian Kelas 12 SMA Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Guru 2

196 Buku Guru Kelas XII SMASMK mereka yang lalim dan menindas. Biarlah kami mampu memancarkan cinta kasih-Mu yang menerangi kedurjanaan sehingga menghadirkan kehangatan bagi yang merindukan-Mu. Demi Tuhan kami Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin. Kemudian peserta didik diminta untuk menuliskan doa pribadi demi tercapainya demokrasi dan keadilan di dunia.

H. Penilaian

Penilaian berlangsung sepanjang proses belajar dimana guru dapat mengamati apakah peserta didik cukup antusias membahas topik ini. Secara lebih khusus, guru dapat menilai aktivitas c, e, dan f. Tabel penilaian seperti yang disajikan di Bab 8 dapat dipakai kembali untuk aktivitas f. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 197 Bab 10 Sikap Gereja Terhadap Demokrasi di Indonesia Bahan Alkitab: 1 Samuel 8: 10-17; Mat 22: 15-21; Roma 13:1-7 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 1.1 Menghayati kasih Allah kepada semua orang yang diwujudkan dalam nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global. KI-2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, san- tun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai perma- salahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempat- kan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2.1 Menunjukkan nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global. 198 Buku Guru Kelas XII SMASMK Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI-3 Memahami, menerapkan, menga- nalisis dan mengevaluasi penge- tahuan faktual, konseptual, prose- dural, dan metakognitif berdasar- kan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebang- saan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pen- getahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk mem- ecahkan masalah 3.1 Menjelaskan makna nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global dengan mengacu pada teks Alkitab. KI-4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipela- jarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 4.1 Menalar nilai-nilai demokrasi pada konteks lokal dan global men- gacu pada teks Alkitab. Indikator: • Menganalisis kasus pelanggaran terhadap demokrasi • Memberikan penilaian kritis terhadap pelanggaran demokrasi. • Melakukan kegiatan dalam rangka mengetahui sikap gereja terhadap demokrasi • Menulis ciri-ciri pemimpin masyarakat yang akan dipilih oleh peserta didik kriteria pemimpin Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 199 Tugas Mengumpulkan tugas observasi tentang kesadaran hak asasi manusia dan demokrasi yang sudah dikerjakan dan membahasnya bersama guru. Apa kesimpulan yang kamu peroleh?

A. Pengantar

Pembahasan mengenai sikap gereja terhadap demokrasi amat penting untuk dipelajari oleh peserta didik di SMA kelas XII. Mengapa? Oleh karena pada jenjang SMA kelas XII peserta didik yang akan berusia 17 tahun maupun yang telah berusia 17 tahun akan turut serta dalam pemilihan umum yang dikenal dengan “pesta demokrasi”. Untuk itu gereja, orang tua dan lembaga sekolah perlu mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab. Pembahasan mengenai demokrasi amat penting dibelajarkan pada semua jenjang usia sesuai dengan usia dan kemampuannya. Di samping alasan tersebut di atas, demokrasi telah menjadi praktik kehidupan sehari-hari yang layak untuk dilaksanakan oleh setiap orang sebagai warga negara maupun lembaga Negara.

B. Kekristenan dan Demokrasi

Agama Kristen memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan sistem demokrasi di berbagai bagian dunia. Magna Charta, yang menjadi landasan kemerdekaan di negara-negara yang berbahasa Inggris, menetapkan bahwa kekuasaan raja harus dibatasi. Gagasan ini, yang dikemukakan oleh orang-orang Kristen, jelas didasarkan pada Alkitab yang memperingatkan betapa berbahayanya bila raja dibiarkan berkuasa mutlak. 1 Sam. 8:10-17 Yohanes Calvin dan orang-orang Kristen lainnya ikut menyiapkan demokrasi dengan ajaran mereka bahwa seseorang, dengan berkat dan restu Allah dan di bawah otoritas yang benar, dapat melawan tirani. Dengan demikian, orang Kristen percaya bahwa pemimpin harus dapat mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada rakyat yang dipimpinnya. Bila ia mempergunakan kuasanya dengan sewenang-wenang, si pemimpin dapat saja dilawan dan digulingkan. Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi manusia dan demokrasi diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila. Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan Pembukaan UUD 1945 dan pasal- pasalnya. Namun sekadar pernyataan bahwa negara Indonesia berdiri di atas 200 Buku Guru Kelas XII SMASMK dasar negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya menjamin perwujudan demokrasi. Menurut A.Ubaedillah dan Abduk Rozak ed. dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, demokrasi tidak dengan sendirinya terbentuk tetapi lahir dan mewujud melalui sebuah proses yang panjang dalam pembelajaran, pembiasaan serta penghayatan. Demokrasi hanya dapat terwujud apabila demokrasi sebagai prinsip dan acuan hidup bersama antarwarga negara dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak. Jadi, perwujudan demokrasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan negara semata-mata melainkan merupakan bagian dari tanggung jawab warga negara dan tanggung jawab gereja sebagai lembaga maupun sebagai persekutuan. Di atas sudah disinggung bahwa Indonesia didirikan di atas prinsip- prinsip demokrasi. Namun, bagaimanakah praktik demokrasi di Indonesia selama ini? Apakah negara kita sudah berjalan di atas rel yang semestinya? Tulisan di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai demokrasi di Indonesia. Indonesia Miliki Tujuh Aspek Demokrasi VIVAnews - Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies, Rizal Sukma, menganalisis Indonesia telah berada di tahap demokrasi. Tujuh aspek demokrasi telah berjalan baik. Pertama, Indonesia telah menganut sistem multipartai. “Sejak dulu sistem ini telah berlaku namun partai yang benar-benar ada hanya satu partai pemerintah, dua partai lainnya hanya aksesoris,” kata Rizal dalam pemaparan kepada 35 mahasiswa Stanford Graduate School of Business di Hotel Intercontinental MidPlaza, Jakarta, Senin 21 Desember 2009. Kedua, Indonesia telah menggelar Pemilu Demokratis, bahkan sudah tiga kali. Ketiga, Indonesia melakukan desentralisasi pemerintahan. “Sejak Undang-undang mengenai desentralisasi disahkan pada 2001, kekuasaan pemerintahan didistribusikan hingga tingkat kabupaten. Sebelumnya semua berpusat di Jakarta, bahkan kepada satu orang di Jakarta,” ujar Rizal. Aspek keempat adalah kebebasan pers. Rizal menyatakan, pada 2008, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pers bebas. Aspek kelima, militer tidak terlibat dalam politik. “Dan terus bergerak