136 Buku Guru Kelas XII SMASMK
G. Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam Mewujudkan Multikulturalisme
Berikut beberapa tantangan yang dihadapi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme.
• Di kalangan gereja tertentu warisan kolonial yang bersifat anti budaya lokal masih mempengaruhi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme.
Oleh karena itu, dibutuhkan waktu dan pencerahan untuk mengubah pola pikir gereja-gereja seperti itu.
• Berbagai prasangka terhadap orang-orang dari kalangan suku, budaya dan daerah tertentu.
• Individualistik. Berbagai tantangan dan beban hidup yang berat menyebabkan banyak orang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
maupun kelompok. Akibatnya kepentingan orang lain maupun kelompok lain tidak penting lagi. Namun, pada sisi lain, masyarakat masa kini yang
mengglobal memiliki satu ikatan solidaritas yang diikat oleh media sosial, misalnya twitter, facebook, instagram, dan lain-lain. Masyarakat dunia
akan cepat memberi reaksi dan simpati terhadap peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang dimuat di youtube ataupun media sosial lain. Contoh
ketika terjadi tsunami di Aceh pada tahun 2010, bantuan datang dari berbagai belahan dunia. Di Yahoo ada cerita satu keluarga di Tiongkok
yang miskin dan menderita memperoleh pertolongan dari berbagai tempat karena ceritanya dimuat di media sosial lihat buku teks untuk
peserta didik.
H. Penjelasan Bahan Alkitab
Efesus 2:11-21
Melalui surat Efesus, nampak jelas Paulus menekankan pentingnya persatuan di dalam tubuh gereja karena jika gereja terpecah karena
perbedaan yang ada, maka hal itu sama sekali tidak berguna. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang di dalamnya tidak ada lagi
pembedaan meskipun adanya perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Gereja adalah tubuh Kristus. Semua anggota gereja,
baik orang Yahudi maupun non Yahudi dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darahnya yang kudus. Gereja dipanggil menjadi alat Tuhan yang
menyaksikan kasih Kristus di tengah dunia. Paulus menyadari jika
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 137
berbagai perbedaan atau keberagaman dijadikan alasan untuk tidak saling bekerja sama maka pekerjaan pelayanan tidak akan dapat dilaksanakan,
demikian pula persekutuan akan hancur, sehingga gereja seharusnya menghargai perbedaan.
Paulus melihat dan menggambarkan keragaman sebagai dasar untuk membentuk satu kesatuan. Keragaman dalam jemaat bukan untuk
membuat anggota jemaat membandingkan diri satu dengan yang lain, bukan juga untuk menciptakan persaingan dan perpecahan, melainkan
membentuk kesatuan yang dianalogikan sebagai satu tubuh Kristus. Tugas Gereja, yakni bersekutu, bersaksi dan melayani akan semakin bertumbuh
dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada namun memaknai perbedaan itu sebagai
satu kekuatan yang sangat berguna bagi orang lain. Dan pada akhirnya, gereja yang sejati adalah gereja yang meletakkan Kristus sebagai batu
penjuru, penopang yang membuat ”bangunan” tersebut dapat kokoh berdiri.
Kitab Galatia 3:26-28
Menurut Wikipedia, surat Galatia ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh
pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah
hangatnya pergumulan di komunitas Yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga
jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari
Paulus karena ia adalah orang yang menghargai berbagai perbedaan latar belakang. Baginya, keberagaman bukanlah halangan untuk membangun
kebersamaan. Orang Yudais mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum
Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam hal ini.
Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia
untuk melawan Paulus. Paulus memang tidak diteguhkan oleh rasul terdahulu secara formal
menjadi rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya
sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut untuk
mempertanyakan dan meragukan kerasulan Paulus. Membaca isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir
berhasil. Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, ia marah tetapi