120 Buku Guru Kelas XII SMASMK
4. Stereotip
Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki
keragaman suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki ciri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu kita besar-besarkan sehingga
membentuk sebuah kebencian.
Setelah mempelajari berbagai fakta mengenai multikuluturalisme dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya maka kita dapat merangkum
beberapa poin penting dalam rangka memperkuat persatuan sebagai umat. Berikut
ada bebebrapa poin penting menyangkut mutlikulturalisme yang dapat memperkuat persatuan umat kristiani
• Menerima dan menghargai semua orang tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.
• Menolong sesama serta menunjukkan solidaritas tanpa memandang latar belakang perbedaan.
• Menghilangkan prasangka buruk terhadap suku, bangsa, budaya maupun kelas sosial tertentu termasuk berbagai julukan.
• Berpikir positif terhadap semua orang namun tetap kritis. Artinya harus memiliki kemampuan menyaring berbagai perbedaan yang ada sehingga
tidak kehilangan identitas. • Menjadikan hukum kasih sebagai landasan dalam bergaul dengan sesama.
H. Penjelasan Bahan Alkitab
Galatia 3:28
Perbedaan yang ditekankan kaum Yudais mengenai perbedaan latar belakang, sekarang setelah kedatangan Yesus dihapus. Di dalam Kristus kita
menjadi satu. Tidak ada hambatan bagi siapa saja untuk menjadi seorang Kristen. Arogansi Yahudi terhadap bangsa-bangsa lain, budak, dan wanita telah
benar-benar dihapus. Perbedaan ini tidak berlaku untuk keselamatan Roma 3:22; 1 Korintus 12:13; dan Kolose 3:11, namun ini tidak berarti bahwa kita
tidak lagi merupakan laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, Yahudi atau Yunani. Perbedaan-perbedaan itu tetap ada dan ada bagian
yang berbicara tentang perbedaan-perbedaan ini, namun dalam hal menjadi seorang Kristen tidak ada hambatan. Setiap penghalang yang didirikan oleh
manusia yang membenarkan diri sendiri, legalistik atau bias, telah dirobohkan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 121
oleh Kristus sekali dan untuk selamanya. Sikap eksklusif kaum Yahudi telah dikoreksi oleh Paulus bahwa di dalam Kristus semua orang sama. Tidak ada
yang superior dan inferior, hanya Kristus yang dimuliakan.
Kolose 3: 11
Pada ayat sebelumnya Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah sehubungan dengan kehidupan jemaat Kolose yang semakin mengalami
kemajuan dalam iman dan kasih. Paulus meyakinkan orang-orang percaya di Kolose dalam Kitab Kolose 2:6-7, bahwa karena mereka telah menerima
Kristus maka mereka harus tetap hidup di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia dan tetap bertambah teguh dalam iman kepada Dia.
Jikalau kita memperhatikan dengan saksama keseluruhan surat kolose dari pasal 1 sampai dengan pasal 4, maka salah satu hal yang ditegaskan
oleh rasul Paulus ialah berkenaan dengan tuntutan Allah kepada setiap orang percaya untuk senantiasa hidup baru dan menjadi manusia baru. Untuk itu
setiap orang percaya yang telah diselamatkan oleh Allah seharusnya hidup dalam kebaruan sejati. Kehidupan dalam kebaruan sejati ini ditandai dengan
adanya tindakan untuk menanggalkan kehidupan lamacara hidup lama yang dikuasai oleh dosa. Tindakan menanggalkan manusia lama ini beranjak dari
sebuah kenyataan bahwa Yesus Kristus telah mematahkan kuasa dosa serta membebaskan kita dari kekuatan dosa yang membelenggu kita sehingga
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menanggalkan manusia lama tersebut. Dalam Roma 8:13, Rasul Paulus mengungkapkan sebuah kebenaran penting
tentang upaya setiap orang percaya untuk menanggalkan manusia lamanya, yaitu dengan cara hidup senantiasa dalam Roh. Hal ini sangat beralasan karena
tidak mungkin “daging dapat meyelesaikan masalah daging” tetapi sebaliknya hanya “Rohlah yang dapat menyelesaikan masalah daging” sehingga oleh
karenanya maka Paulus katakan “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan
tubuhmu, kamu akan hidup” Roma 8:13.
Setiap orang percaya yang hidup dalam kebaruan sejati tidak hanya menanggalkan manusia lama tetapi juga harus siap untuk mengenakan manusia
baru. Manusia baru yang dimaksud menunjuk pada cara berpikir serta cara bertindak yang berbeda dengan kehidupan lama yang pernah dihidupi. Paulus
mengungkapkan model manusia baru yang harus dikenakan, yaitu manusia baru yang penuh dengan belas kasihan, penuh dengan kemurahan, penuh
dengan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.