92 Buku Guru Kelas XII SMASMK
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 93
Bab
4
Sikap Gereja Terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia
Bahan Alkitab: Matius 22:37-40; Amos 5:21-24
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-1 Menghayati dan mengamalkan aja-
ran agama y ang dianutnya 1.2 Menerima HAM seb-
agai anugerah Allah. KI-2
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-
jawab, peduli gotong royong, kerja sama, toleran, damai, santun, res-
ponsif dan pro-aktif dan menunjuk- kan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Mengembangkan perilaku yang mencer-
minkan nilai-nilai HAM.
94 Buku Guru Kelas XII SMASMK
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-3 Memahami, menerapkan, menga-
nalisis dan mengevaluasi pengeta- huan faktual, konseptual, proce-
dural, konseptual, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ten-
tang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan mi-
natnya untuk memecahkan masalah. 3.1.1 Memahami arti HAM
dan hubungannya den- gan tuntutan keadilan
yang Allah kehendaki
3.1.2 Menganalisis berbagai pelanggaran HAM di
Indonesia yang meru- sak kehidupan dan kes-
ejahteraan manusia.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelaja- rinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan 4.1. Menerapkan sikap dan
perilaku yang meng- hargai HAM.
Indikator: • Menganalisis kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia serta
memberikan penilaian kritis atasnya sebagai remaja Kristen. • Menjelaskan arti pelayanan Yesus dalam kaitannya dengan kebebasan
manusia. • Melakukan kegiatan di gereja masing-masing yang berkaitan dengan
peran gereja dalam hak asasi manusia. • Menulis releksi mengenai mewujudkan HAM yang diikuti dengan
kewajiban asasi sebagai orang Kristen kemudian mempresentasikan di kelas.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri 95
A. Pengantar
Pelajaran ini merupakan bagian akhir dan puncak dari 3 bab sebelumnya mengenai Hak asasi manusia. Pada pembahasan ini, peserta didik dibimbing
untuk mempelajari mengenai sikap gereja terhadap HAM. Bukan hanya sikap gereja sebagai institusilembaga tetapi sebagai persekutuan dimana remaja
kristen menjadi bagian dari gereja itu sendiri. Tujuan mempelajari bahan ini agar peserta didik memiliki pemahaman yang baik dan benar mengenai HAM
dan cakupannya, mengenai kenyataan pelaksanaan HAM di Indonesia. Agar peserta didik memiliki kesadaran penuh bahwa tiap orang Kristen terpanggil
untuk secara proaktif mewujudkan HAM dalam kehidupannya.
B. Pembahasan Tugas
Guru meminta peserta didik mengumpulkan tugas observasi tentang kesadaran hak asasi manusia yang sudah dikerjakan dan membahasnya
bersama guru. Apa kesimpulan yang mereka peroleh? Apakah ada kesulitan dalam melakukan wawancara? Hasil wawancara peserta didik terhadap
responden dapat menjadi masukan mengenai kesadaran HAM di kalangan remaja. Jika ternyata remaja sudah memiliki kesadaran HAM maka guru dapat
melanjutkan pembahasan mengenai HAM sebagai tanggung jawab bersama. Guru juga dapat bertanya pada peserta didik apakah mengalami kesulitan
dalam mengadakan wawancara. Jika ada kesulitan guru dapat memperbaiki pada tugas yang akan datang. Misalnya jika ada pertanyaan yang kurang jelas
dan kurang rinci, menyangkut hal-hal teknis, serta lainnya.
C. Hak Asasi Manusia Menurut Alkitab
Pembahasan mengenai HAM dalam Alkitab akan mengarahkan peserta didik untuk memahami prinsip-prinsip teologis mengenai HAM. Pilihan pada
Injil Matius dan Kitab Amos berdasarkan pertimbangan:
1. Injil Matius 22:37-40 menulis mengenai kasih dimana hukum ini
merupakan hukum yang terpenting bagi orang Kristen. Bahwa hubungan manusia dengan Allah tidak terlepas dari hubungan manusia dengan
sesama. Demikian pula sebaliknya hubungan manusia dengan manusia tidak terlepas dari hubungannya dengan Allah. Demikian pula kaitannya
dengan kasih, manusia tidak dapat mengasihi Allah jika tidak mengasihi sesamanya. Demikian pula sebaliknya, jika manusia tidak mengasihi
sesamanya, ia juga tidak dapat mengasihi Allah. Hukum kasih menjadi dasar bagi orang Kristen dalam mewujudkan HAM dan keadilan bagi
sesama tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada.
96 Buku Guru Kelas XII SMASMK
2. Kitab Amos 5:21-24 menulis mengenai perwujudan HAM dan keadilan
merupakan ibadah yang sejati bagi Allah. Jadi, mewujudkan HAM dan keadilan bukanhanya sekadar tindakan mulia namun merupakan ibadah
yang sejati. Manusia tidak dapat memisahkan antara ibadah formal dengan sikap hidup.
Melalui penjelasan ini diharapkan peserta didik memilkiki pemahaman yang mendalam mengenai esensi iman Kristen bahwa ibadah bukan hanya
melakukan ibadah formal seperti berdoa, membaca Alkitab, menghadiri kebaktian dan ibadah melainkan juga menyangkut sikap hidup sehari-hari
yang konsisten dalam menjalankan perintah Allah.
Penjelasan selanjutnya guru dapat membaca di buku siswa ataupun dalam bagian penjelasan bahan Alkitab pada poin I. Dalam bagian tersebut dijelaskan
isi teks Alkitab.
D. Memandang HAM sebagai Tanggung Jawab Bersama: Warga Negara dan Warga Gereja
Puisi yang tercantum di buku siswa adalah tulisan W.S. Rendra 1935- 2009, penyair terkemuka Indonesia. Ia turut berjuang di era reformasi untuk
menumbangkan pemerintahan otoriter yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Rendra menulis puisi itu untuk mengenang lembaran-lembaran hitam dalam
sejarah bangsa Indonesia ketika seribu lebih orang Indonesia diperkosa, disiksa, dibunuh, dan dibakar. Pada waktu itu orang-orang Indonesia
keturunan Tiongkok dan orang Kristen telah menjadi sasaran kekerasan yang amat keji. Peristiwa itu telah menorehkan lembaran hitam dalam perjalanan
HAM di Indonesia. Sangat mengherankan karena sampai dengan saat ini belum terungkap siapa yang menjadi otak pelanggaran berat hak-hak asasi
manusia pada bulan Mei-Juni 1998 itu. Yang diadili dan dijatuhi hukuman barulah prajurit-prajurit kecil pelaksana di lapangan. Karena itu vonis yang
diberikan pun hanya sebatas pemecatan dan hukuman penjara untuk para pelaku penembakan di Universitas Trisakti dan Semanggi.
Sementara itu, siapa para pelaku pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan atas sekian ribu korban lainnya mungkin akan tetap gelap dan
tidak terungkapkan. Berbagai peristiwa pelanggaran HAM yang diungkapkan dalam bahan pelajaran ini tidak bertujuan mendiskreditkan pihak mana pun.
Dengan membuka peristiwa ini, generasi muda dapat belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan oleh generasi terdahulu dan termotivasi untuk mewujudkan
demokrasi dan HAM dalam kehidupannya. Hal ini perlu ditegaskan karena