Perkembangan Pengelolaan TN Sembilang

123 10.478.462 733.828 757.398 778.627 798.360 12.380.852 9.280.812 7.997.269 8.452.831 7.379.421 6.471.041 5.631.697 6,06 5,10 6,56 6,78 4,00 7,43 8,32 6,94 - 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 2005 2006 2007 2008 PD R B k ap it a R p da n J m l pe nd ud uk jiw a - 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 PDRBkapita dgn migas Rp juta PDRBkapita tanpa migas Rp juta Jumlah penduduk Pertumbuhan pendapatankapita dg migas Pertumbuhan pendapatankapita tanpa migas

4.2. Perkembangan Pengelolaan TN Sembilang

Dalam dokumen rencana pengelolaan TN Sembilang 2009-2028 TNS 2009 dijelaskan bahwa sejarah perkembangan pengelolaan TN Sembilang didasarkan pada rekomendasi Gubernur Provinsi Sumatera Selatan melalui surat Gubernur No 5225459BAPPEDA-IV1998, dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 76Kpts- II2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan tanggal 15 Maret 2001, yang didalamnya tercantum penunjukan kawasan Sembilang menjadi Taman Nasional. Selanjutnya ditindaklanjuti oleh Gubernur Provinsi Sumatera Selatan melalui Surat Gubernur No 5225128I tanggal 23 Oktober 2001 untuk meminta penetapan kawasan Taman Nasional Sembilang dengan luas 205.750 ha. Penilaian potensi yang dilakukan oleh Ditjen Bangda Departemen Dalam Negeri, bekerjasama dengan Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam PHPA Departemen Kehutanan tahun 19961997, juga menyimpulkan bahwa kawasan Sembilang memenuhi kriteria sebagai Kawasan Pelestarian Alam dengan bentuk Taman Nasional. Sehingga berdasarkan usulan, kajian dan rekomendasi tersebut, Kawasan Sembilang kemudian ditetapkan sebagai kawasan hutan tetap dengan fungsi hutan konservasi sebagai Taman Nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95Kpts-II2003 tanggal 19 Maret 2003, dengan luas 202.896.31 ha Pengelolaan kawasan TN Sembilang merupakan satu kesatuan pengelolaan dari tata ruang dan rencana pembangunan daerah. Secara umum tata guna lahan di sekitar kawasan TN Sembilang meliputi : 1 Kawasan hutan produksi, baik yang telah dibebani hak maupun yang belum dibebani hak, 2 Areal Penggunaan Lain APL Sumber: BPS Banyuasin 2009. Data diolah Gambar 29 Pendapatan perkapita Kabupaten Banyuasin atas dasar harga berlaku dan pertumbuhannya 124 berupa kawasan perkebunan, lahan transmigrasi dan lahan-lahan yang belum dibebani hak, 3 kawasan pelestarian alam TN Berbak di Provinsi Jambi, dan 4 Kelompok Hutan Lindung Rimau dan Air Telang, serta 5 Calon pelabuhan domestik maupun internasional Tanjung Api-Api. Kebijakan optimalisasi pemanfatan ruang baik kawasan hutan produksi maupun APL yang berbatasan langsung dengan TNS tidak terelakkan di masa mendatang. Sampai tahun 2008 sudah diterbitkkan satu ijin prinsip IUPHHK-HTI yakni PT. Sumber Hijau Permai, sedangkan lainnya masih dalam proses. Optimalisasi pemanfaatan APL mengalami perkembangan cukup pesat. Sampai tahun 2008 tercatat dua perusahaan perkebunan sudah beroperasi yaitu PT. Raja Palma dan PT Citra Indo Niaga. Memperhatikan kondisi saat ini tidak menutup kemungkinan penerbitan ijin prinsip tersebut akan terus bertambah . Kawasan transmigrasi Karang Agung Karang Agung Tengah dan Karang Agung Ilir dengan 31 desa terletak di sebelah selatan TN Sembilang. Kawasan ini berdekatan langsung dengan taman nasional. Kawasan transmigrasi ini dimulai pada tahun 1982 dan 1985. Dalam perkembangannya desa-desa tersebut ada yang telah membuka tambak mendekati dan sebagian terindikasi berada dalam kawasan taman nasional. Di sebelah utara TN Sembilang terletak Taman Nasional Berbak, salah satu Situs Ramsar lahan basah yang dianggap penting secara internasional yang ada di Indonesia. Di antara ke dua kawasan ini mengalir Sungai Benu yang juga merupakan batas Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Kawasan di antara ke dua taman nasional ini terdapat sebuah desa definitif yakni Desa Tanah Pilih di dalam kawasan TN Sembilang. Kondisinya telah terbuka dan hanya terdapat sedikit hutan rawa yang tersisa yang berhubungan langsung dengan ke dua kawasan taman nasional tersebut. Kebijakan Pemerintah Daerah mengharapkan adanya batas desa yang jelas dan dikeluarkan dari taman nasional. Salah satu rencana pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan yang berada di dekat TN Sembilang adalah rencana pembangunan Pelabuhan Samudera Tanjung Api-Api. Pelabuhan samudera ini diharapkan dapat memberikan akses transportasi utama dari dan ke Sumatera Selatan melalui laut. Di sekitar kawasan Tanjung Api-Api ini direncanakan dibangun kawasan industri. Di sebelah barat kawasan juga merupakan wilayah konsesi minyak dan gas bumi Jambi Merang Joint Operating Body Pertamina-YPF Jambi Merang. Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi dilakukan di sekitar kawasan. Demikian juga halnya di kawasan Semenanjung Banyuasin telah dibuka oleh masyarakat secara ilegal untuk pengembangan usaha budidaya perikanan tambak. 125

4.3 Isu dan Permasalahan Lingkungan Pesisir